Share ke media
Opini Publik

BBM Langka, Nelayan Dirundung Nestapa

03 Sep 2023 11:59:5991 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : foto.tempo.co - Nestapa Nelayan di Tengah Solar Langka - 7 April 2022

Samarinda - Sejumlah nelayan di pelosok hulu migas Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim) kesulitan mendapat Bahan Bakar Minyak (BBM). Kalaupun ada, harga BBM mahal. Akibatnya, mereka tidak bisa mencari ikan yang menjadi mata pencarian. Padahal, mereka adalah warga kabupaten yang kaya minyak dan gas bumi (migas). Diketahui, harga BBM di Kota Bangun jenis Pertalite tembus hingga Rp17.000 per liter, Pertamax mencapai Rp18.000 per liter dan solar dihargai hingga Rp8.000 per liter (Balikpapan.inews.id, 11/08/2023).

Salah satu warga bernama Ramli menjelaskan kondisi tersebut sudah terjadi selama berbulan-bulan. Beberapa nelayan bahkan memutuskan berhenti mencari ikan, lantaran merugi dan kesulitan mencari BBM. Jika pun ada, harganya mahal. Beragam upaya telah dilakukan untuk mendapatkan BBM. Para nelayan bahkan menempuh puluhan kilo meter, mendatangi tiap SPBU. Alih-alih mendapatkan BBM, mereka kerap tidak dilayani karena dilarang membeli menggunakan jeriken.

Kesalahan Fatal dalam Tata Kelola SDA 

Langkanya BBM di kabupaten kaya migas dinilai menimbulkan gejolak ekonomi. Direktur Pokja 30, Buyung Marajo menyebut kelangkaan dan harga BBM yang tinggi adalah bukti gagalnya pemerintah baik pusat dan daerah serta pertamina yang mengatur distribusi dan pengawasan dilapangan sampai penerima BBM bersubsidi tersebut. Pernyataan tersebut tak terbantahkan. Berulangnya persoalan kelangkaan dan mahalnyanya BBM menunjukkan abainya pemerintah dalam hal penyediaan kebutuhan umat. Tidak seharusnya BBM langka dan mahal di daerah yang kaya akan SDA berupa migas. 

Namun, begitulah faktanya ketika SDA dikelola dengan sistem kapitalisme. Kesalahan tata kelola SDA dalam sistem ini telah menyebabkan problem BBM tidak pernah tuntas. Di antara kesalahan tersebut yaitu, pertama, salah status kepemilikan. Sejak diadopsi sistem ekonomi kapitalisme, barang tambang berupa migas ini sudah mengalami liberalisasi. Tidak heran jika rakyat sebagai pemilik sah kehilangan kedaulatannya atas SDA yang dimiliki.

Kedua, salah pengelolaan. Akibat kapitalisasi, negara perlahan melepas tanggung jawabnya sebagai pengelola migas. Migas menjadi barang publik yang dibisniskan mengikuti prinsip pasar bebas. Ketiga, salah pendistribusian. Kesalahan kepemilikan dan pengelolaan tentu berpengaruh pada distribusinya. Semestinya, seluruh rakyat berhak menikmati subsidi. BBM adalah milik umum, siapa pun berhak memanfaatkannya dengan baik. 

Demikianlah kesalahan fatal dalam pengelolaan SDA akibat penerapan ideologi kapitalisme liberal. Lalu imbasnya bukan hanya BBM yang langka dan mahal, nasib rakyat pun selalu dirundung nestapa karena kesehateraan sulit terwujud.

Pengelolaan SDA dalam Islam Menyejahterakan

Dalam pandangan Islam, sumber daya alam yang jumlahnya besar seperti minyak bumi merupakan harta milik umum. Pemerintah harus mengelolanya secara langsung, dengan alasan apa pun tidak boleh diserahkan kepada pihak swasta apalagi asing. Semua hasil pengelolaannya diberikan kepada seluruh rakyat berupa BBM murah bahkan gratis. Jika masih tersisa dari hasil pengelolaan tersebut dapat diberikan dalam bentuk kesehatan, pendidikan, atau kebutuhan publik lainnya secara gratis. 

Sistem Islam juga akan melahirkan para pemimpin yang bertakwa, menjadikan kepemimpinan adalah sebuah amanah yang pasti akan dimintai pertanggungjawabannya dari Allah SWT terhadap kepemimpinannya. Selain itu pemimpin juga berfungsi sebagai pelindung dan pelayan rakyat. Semua konsep ini membentuk pemimpin bertanggung jawab dan jujur serta mencintai rakyatnya. Pemimpin yang seperti ini tidak mungkin menipu, apalagi menyengsarakan rakyatnya dengan menerapkan aturan yang zalim.

Demikianlah gambaran singkat pengaturan Islam dalam kepemilikan SDA, pengelolaan, serta distribusinya. Konsep tersebut mampu menjadikan negara sukses menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat termasuk BBM. Maka, sudah saatnya umat Islam bersegera mengembalikan kehidupan Islam agar keadilan dan kesejahteraan terwujud. 

Wallahua’lam bishshawab

Oleh: Ita Wahyuni, S.Pd.I (Pemerhati Masalah Sosial)

disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu dari masyarakat yang ingin menuangkan pemikiran, ide dan gagasannya yang hak ciptanya sepenuhnya dimiliki oleh yang bersangkutan. Isi redaksi dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.