Muhammad Husni Fahruddin, sering disapa dengan sebutan Ayub, kelahiran Tenggarong, 06 Maret 1978, saat ini berusia 41 tahun adalah seorang advokat, penulis dan politikus asli Kutai Kartanegara. Putra dari pasangan Haji Muhammad Husni Thamrin (almarhum) seorang guru asal Kecamatan Kembang Janggut yang terletak di Hulu Sungai Mahakam daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur dan Hj. Miskiah (almarhumah) berasal dari Sungai Kitanu Dalam Pagar Kota Martapura Provinsi Kalimantan Selatan.
Husni kecil di lahirkan di tempat kumuh di pinggiran Sungai Mahakam Tenggarong, yang terkenal dengan sebutan Tanjong (Bahasa Kutai yang berarti daerah yang menjorok ke sungai), saat berumur satu tahun, ia dibawa kedua orang tuanya untuk berhijrah ke Kota Samarinda. Saat itu, kehidupan keluarga seorang guru sangatlah memprihatinkan, dengan gaji guru yang sangat rendah membuat orang tua Husni melakukan pekerjaan sampingan, sang bapak menggeluti pekerjaan buruh angkut beras di Pelabuhan Pasar Pagi Kota Samarinda dan sang ibu berjualan jajanan pasar khas Suku Kutai.
Ketika berumur 4,5 tahun, Husni duduk di bangku Sekolah Dasar, walaupun umurnya tidak memenuhi syarat, namun karena dianggap oleh wali kelasnya sudah mampu mengikuti pelajaran maka ia dapat meneruskan pendidikan dasar tersebut.
Husni memiliki darah kepemimpinan, karena sejak kecil telah mulai memainkan peran sebagai pemimpin di dalam keluarga, sebagai anak laki-laki tertua dari enam bersaudara, menuntut dirinya untuk memberikan suri tauladan bagi saudara kandungnya. Demi membantu kehidupan keluarga “Oemar Bakrie” yang terbilang tidak berkecukupan, ia membantu ibunya untuk menjajakan jajanan pasar yang dimulai sejak dini hari sampai mendekati waktu masuk sekolah, setelah sholat subuh, ia mulai meneriakkan jajanan buatan ibunya yang terdiri dari nasi kuning, dadar gulung dan untuk-untuk (semacam kue tepung goreng yang berisi kelapa manis), jajanan tersebut di letakkan pada baki (tempat kue) besar, yang ia jajakan di atas kepala beralaskan peci hitam kusam, sambil berjalan kaki di sekeliling kampung.
Pengalaman masa kecil itulah yang membuat Husni terkadang menjadi sedih bila melihat seorang anak kecil yang berjuang hidup menjadi pedagang asongan, pengamen dan penjual koran, seketika akan terujar dari mulutnya “teruslah berjuang karena perjuanganmu hari ini akan menguatkan kamu di masa yang akan datang”.
Pada tahun 1983, Husni kecil memulai pendidikan di Sekolah Dasar Inpres 026 Samarinda, sekolah dasar yang dibentuk berdasarkan intruksi Presiden soeharto saat itu, karena ketidakmampuan Samarinda saat itu untuk membangun sekolah di wilayah terpencil, kemudian ia melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Samarinda pada tahun 1989 dan pada tahun 1992 di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Samarinda.
Pada dekade 90-an, Kalimantan Timur terkenal dengan kekayaan sumber daya hutannya, banjir kap adalah istilah yang digunakan masyarakat Kalimantan Timur untuk menggambarkan begitu banyaknya kayu-kayu yang terhampar di perairan Sungai Mahakam, sehingga marak sekali perusahaan-perusahaan kayu berdiri bak jamur di musim penghujan, baik dalam skala international, nasional maupun lokal.
Dunia kehutanan menjadi primadona, itulah kemudian yang membuat Husni tertarik untuk melanjutkan pendidikan diploma atau ahli madya kehutanan yang mengutamakan keterampilan dan berharap dapat cepat mendapatkan pekerjaan, untuk itu pada tahun 1995, Poliagro Universitas Mulawarman program studi manajemen hutan yang sekarang berubah menjadi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda menjadi pilihannya, akan tetapi impiannya terkubur untuk dapat sukses di dunia kehutanan, sebab saat lulus di tahun 1998, bisnis kehutanan mengalami kehancuran seiring dengan teriakan protes dunia terhadap kerusakan lingkungan di Indonesia, krisis moneter yang menerpa Indonesia ditambah lagi dengan bergulirnya perjuangan mahasiswa dalam agenda reformasi yang membuat lengsernya Presiden Soeharto saat itu.
Kolapsnya perusahaan-perusahaan di bidang kehutanan, berdampak terhadap hilangnya lapangan pekerjaan, faktor inilah yang membuat Husni berpikir untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi pada Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Banjarmasin, ia terkesima dengan hancur dan terbakarnya gedung-gedung serta pusat perbelanjaan di Kota Banjarmasin akibat kerusuhan reformasi, ternyata setiap kota di seluruh Indonesia memiliki sejarah yang berbeda dalam menyikapi geliat reformasi dan Banjarmasin termasuk daerah dengan kategori merah akibat kerusuhan tahun 1998.
Husni yang sangat mencintai alam, diejawantahkannya dengan masuk dalam organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (MAPA POLITANI), kegiatan hiking, caving, climbing dan camping adalah rutinitas yang selalu dijalankannya selama menjadi mahasiswa, ia menganggap keagungan Tuhan terpancar dan terlukiskan oleh alam sehingga untuk dapat mengenal Tuhan maka alam adalah salah satu sarana pendekatan ketuhanan.
Keluarga Pelajar Mahasiswa Kalimantan Timur (KPMKT) cabang Banjarbaru adalah organisasi yang digeluti Husni selanjutnya, KPMKT adalah tempat berorganisasi sekaligus melepas rindu akan kampung halaman karena organisasi ini menghimpun Pelajar dan Mahasiswa yang berasal dari Kalimantan Timur, kegiatan lainnya selama kuliah adalah sebagai staf peneliti dalam riset LIPI mengenai PLTA DAS Riam Kanan Kalimantan Selatan dibawah bimbingan Prof. DR. Syarifuddin Kadir.
Setelah lulus menjadi sarjana kehutanan, pada tahun 2001, Husni mulai mengenal dunia politik praktis dari Pamannya, Almarhum KH. Sabri Ismail Pimpinan Pondok Pesantren Ribathul Khail yang saat itu merupakan legislator dari Partai Golkar sekaligus Ketua Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) Kabupaten Kutai Kartanegara.
Selain aktif di MDI, yang membuatnya selalu intens bersosialisasi ke pedalaman Kutai Kartanegara, ia pun membaktikan dirinya sebagai pengajar pada mata pelajaran Biologi dan Teknologi Informasi di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Ribathul Khail Tenggarong, pada malam harinya membantu asatidz membimbing santri dalam membaca Al-Qur’an serta kegiatan unformal kepesantrenan sebagai pembina organisasi santri bersama-sama dengan KH. Abdl Ghani HD dan Ustadz HM. Shobirin.
Pada tanggal 23 Mei 2003, Muhammad Husni Fahruddin menikah dengan teman kuliahnya Desy Noriyani, cucu veteran pejuang kemerdekaan Indonesia asal Kabupaten Paser Tanah Grogot, dari hasil pernikahannya, ia dikarunia dua orang anak yakni Nasywa Narjis dan Muhammad Husni Zaki Askari.
Sosok Husni dapat di deskripsikan sebagai tokoh pemuda pemersatu dari kemajemukan bangsa Indonesia, di tengah krisis intoleransi dalam menyikapi perbedaan di bumi pertiwi khususnya di tanah Borneo. Pada tahun 2006, ia bersama tokoh-tokoh Kutai dan tokoh-tokoh pemuda daerah, menyusun sebuah lembaga yang berfungsi untuk memayungi keberagaman suku, agama dan ras yang dewasa ini menjadi titik krusial konflik horizontal dan konflik komunal sebagai akibat timbulnya stigma egoisme kedaerahan yang sekarang lembaga tersebut dikenal dengan Laskar Kebangkitan Kutai (LKK).
Di bawah bimbingan kerabat kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Adji Pangeran Hario Atmo Kesumo, Adji Pangeran Hario Yudo Putro, Haji Adji Pangeran Aryo Jaya Winata, HM. Tajuddin Noor dan Adji Edo, LKK tumbuh menjadi ormas yang membentengi kesatuan dan persatuan di Benua Etam Kalimantan Timur.
Pada tahun 2013, husni terpilih menjadi Ketua Barisan Indonesia (Barindo) Provinsi Kalimantan Timur dan berkesempatan menulis buku biografi Gita Wirjawan yang ketika itu menjadi Ketua Umum Barindo sekaligus Menteri Perdagangan di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika Gita Wirjawan sedang gencar-gencarnya berkampanye ke seluruh Indonesia untuk menjadi calon Presiden Republik Indonesia melalui konvensi Partai Demokrat pada tahun 2014, biografi buatan Husni yang berbentuk buku saku dengan judul “Biografi GW” menjadi alat kampanye Gita yang efektif melalui propaganda Barindo demi mempopuliskan sosok sang calon Presiden walaupun akhirnya Gita tidak terpilih dalam konvensi tersebut.
Aktifitasnya di berbagai organisasi sosial, acap kali bersinggungan kuat dengan hukum dan advokasi, hal ini yang memacu dirinya untuk menempuh Pendidikan S-1 Fakultas Hukum di Universitas Yos Sudarso Surabaya dan melanjutkan S-2 Magister Hukum di Universitas Kadiri, padahal sebelumnya ia juga telah melanjutkan ke jenjang S-2 Magister Kehutanan Universitas Mulawarman yang belum dapat diselesaikan karena kesibukannya menyelesaikan kasus-kasus hukum dan dinamisasi politik Indonesia khususnya Kalimantan Timur. Kemudian, ia mendirikan Kantor Hukum MHF and Partners, serta menginisiasi terbentuknya Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat Kalimantan Timur.
Tahun 2016, Kiprahnya di dunia politik semakin bersinar ketika dipercaya menjadi ketua bidang pemuda dan olahraga serta Ketua Angkatan Muda Partai Golkar Provinsi Kalimantan Timur, sekaligus di berikan amanah sebagai Ketua Tim Pemenangan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2018. Husni juga diamanahkan sebagai Ketua DPP KNPI periode 2019-2021, sekaligus Pelaksana Tugas Sekretaris KNPI Provinsi Kalimantan Timur 2016-2019.
Pendidikan Formal yang ditempuhnya adalah Sekolah Dasar Negeri Inpres 026 Kota Samarinda tahun 1983 – 1989, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Samarinda tahun 1989 – 1992, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 2 Samarinda tahun 1992 – 1995, Poliagro Universitas Mulawarman / Politeknik Pertanian Negeri Samarinda tahun 1995 – 1998, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan tahun 1998 – 2001, Fakultas Hukum Universitas Yos Sudarso Surabaya Jawa Timur tahun 2011 – 2014, S-2 Magister Hukum Universitas Kadiri, Kediri Jawa Timur tahun 2014 – 2016, Auditor Hukum (Certified Legal Auditor) Jimly School, Law and Government, Jakarta tahun 2016.
Sedangkan organisasi yang pernah dan sampai saat ini digelutinya adalah sebagai berikut: Mahasiswa Pencinta Alam Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (MAPA POLITANI) tahun 1996 – 1998, Senat Mahasiswa Poliagro (Politeknik Pertanian Negeri Samarinda) tahun 1997 – 1998, Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Keluarga Pelajar Mahasiswa Kalimantan Timur (KPMKT) Cabang Banjarbaru tahun 1998 – 2001, Sekretaris Jendral Laskar Kebangkitan Kutai (LKK) tahun 2006 sampai dengan sekarang, Ketua LSM Public Policy, Environment and Forestry (PEFo) tahun 2001 sampai dengan sekarang, Sekretaris Asosiasi Kontraktor Umum Indonesia (Askumindo) Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2008 – 2009, Sekretaris Asosiasi Hutan Tanaman Rakyat Indonesia (AHTRI) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2008, Sekretaris Masyarakat Pancasila Indonesia (MPI) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010, Ketua DPD KNPI Kutai Kartanegara tahun 2012 - 2014, Direktur Youth Institute tahun 2013 sampai dengan sekarang, Sekretaris Laskar Anti Korupsi Indonesia (LAKI) Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012 – 2014, Ketua Barisan Indonesia (Barindo) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 sampai dengan sekarang.
Menjadi Ketua Dewan Pembina Pergerakan Mahasiswa Kutai Raya (PMKR) tahun 2013 – 2018, Koordinator Barisan Oposisi Rakyat Nasional dan Elaborasi Organisasi (BORNEO) tahun 2013 sampai dengan sekarang, Ketua Laskar Anti Korupsi Indonesia (LAKI) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 – 2016, Wakil Sekretaris DPD KNPI Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014-2015, Wakil Sekretaris DPP KNPI Bidang Pemberantasan Korupsi Tahun 2015-2018, Ketua Kaukus Kedaulatan Energi dan Keadilan Fiskal (K2EKF) tahun 2015 sampai dengan sekarang, Ketua LBH Laskar Kebangkitan Kutai (LKK) tahun 2015 sampai dengan sekarang, Sekretaris Asosiasi Auditor Hukum Indonesia (ASAHI) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016 sampai dengan sekarang.
Dilanjutkan sebagai Wakil Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga DPD Golkar Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016 sampai dengan sekarang, Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016 sampai dengan sekarang, membentuk Kantor Hukum Muhammad Husni Fahruddin dan rekan (MHF & Partners) tahun 2018 sampai dengan sekarang, Dewan Pembina LBH Masyarakat Kaltim tahun 2018 sampai dengan sekarang dengan tujuan membantu secara percuma bagi masyarakat miskin yang terbelit hukum, Plt. Sekretaris KNPI Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018 sampai dengan sekarang dan terakhir sebagai Ketua DPP KNPI Tahun 2019 sampai dengan sekarang.
Husni sangat aktif sebagai penulis, beberapa tulisannya termuat di beberapa media termasuk artikel-artikel yang bertema hukum dan politik. Ia memiliki semboyan yang selalu di jadikannya pegangan yakni “seorang pemuda janganlah selalu mengikuti arus, dengan kemampuan dan semangat yang dimilikinya, seorang pemuda mampu untuk melawan arus, dengan melawan arus, pemuda akan mengetahui kapasitas dan potensi yang dimilikinya, memahami apa saja yang akan dihadapinya, hasil dari proses perlawan dan perjuangan tersebut, menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga untuk menciptakan dan membentuk karakter diri, menuju sosok seorang pemimpin handal untuk meneruskan estafet kepemimpinan berikutnya di bumi nusantara, itulah karakter pemuda Indonesia”.
Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2020 di seluruh Indonesia, termasuk pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Kutai Kartanegara, Husni didaulat untuk terjun berkontestasi, dorongan dari berbagai elementasi lintas partai politik, organisasi sayap (underbow) partai politik, organisasi kedaerahan dan kemasyarakatan, serta tokoh-tokoh masyarakat sekaligus tokoh-tokoh pemuda agar dirinya maju menjadi calon kepala daerah, mewakili kalangan pemuda millennial yang kreatif, inovatif, terampil, progresif, demokratis, dinamis dan revolusioner, sehingga kedepan daerah yang kaya dengan sumberdaya alam ini dapat di pimpin seseorang yang berkarakter dan memahami kebutuhan daerah serta kemajuan peradaban dunia dengan revolusi industri 4.0 demi kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara. (red/ri)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru