Satu Muharram adalah tahun baru umat Islam, biasa disebut dengan Tahun baru Hijriyah dalam kalender Islam. Tahun ini masuk tahun baru Hijriyah 1440 H. Dalam masyarakat Jawa biasa dikenal dengan Syuran atau Syuro.
Nah kebiasaan masyarakat jawa dalam merayakan malam satu Syuro di tandai dengan membuat bubur Syuran bukan di tandai dengan nonton filem horor satu syuro yaaa. Bubur Syuran dibuat dari Beras, Santan, Garam, Jahe, Serai (pake kunir utk mendapatkan warna syantik) diaduk hingga menjadi bubur kental.
Untuk taburannya serpihan jeruk bali, buah delima plus 7 jenis kacang kacangan (Kacang Tanah. Kacang Hijau, Kacang Kedelai, Kacang Mede, Kacang Merah, Kacang Tolo dan Kacang Bogor) yang di goreng maupun direbus. Masih ditambah irisan mentimun dan daun kemangi. Hmm kletik, kletuk, kriuk, krenyes dah. Lauk pelengkapnya opor ayam dan sambal goreng labu siam dengan kuah encer yang pedas. Tambah yummy kan.
Dalam masyarakat Jawa yang masih cukup kental adat, biasanya bubur syuran disajikan dengan ugo rampenya yakni kembang/kembar mayang yang diletakkan dalam Bakor kuningan/tembaga terdiri dari 7 kuntum mawar merah, 7 kuntum mawar putih, 7 kuntum melati dan 7 lembar daun pandan. Kenapa 7? Tujuh melambangkan jumlah hari dalam seminggu. Sedangkan mawar merah melambangkan keberanian, mawar putih melambangkan hati yang bersih, melati dan daun pandan melambangkan keharuman dunia.
Itulah makna dan lambang bubur syuran yang melambangkan kehidupan dunia, ada asam, manis, pedas, kletik, kletuk, kriuk dan krenyes.
Meskipun Muharram sudah lewat apa salahnya kalau kita mencoba resep ini. Sebagai bagian kekayaan kuliner Indonesia sah-sah saja bukan? jika dinikmati oleh semua orang dan pada setiap waktu. (*Red/dr)
Oleh : Dwi Agustina Djati | Semarang City | Desember 2018
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru