Share ke media
Opini Publik

Budaya Dimajukan Akankah Daerah Berdaya Sejahtera

06 Jul 2024 11:38:47436 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : kompas.id - Berdaya Berlandaskan Budaya - 24 Juni 2024

Samarinda - Dalam sambutan acara Grand Final Pemilihan Sadi Sengkaka Duta Budaya Kukar Tahun 2024, 

Bupati Edi melalui Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Ahyani Fadianur Diani menekankan pentingnya peran masyarakat dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan lokal, sebagai bagian dari identitas dan kebanggaan daerah.

Edi meminta agar kebudayaan dijadikan sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, budaya tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkaya kehidupan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, guna mewujudkan Kukar sebagai daerah yang berbudaya, serta menjadi daerah yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. https://www.niaga.asia/edi-damansyah-ajak-warganya-berpartisipasi-aktif-majukan-kebudayaan-kukar/

Budaya pada suatu daerah tertentu menjadi daya tarik tersendiri. Diharapkan dengan dimajukannya budaya pada tiap daerah mampu menjadi daya pikat bagi sektor pariwisata dan menambah pendapatan daerah. Selain itu, dimajukannya budaya diharapkan menguatkan nasionalisme, identitas kesukuan, identitas kebangsaan dan karakter anak bangsa tumbuh dengan baik.

Tidak dapat dipungkiri budaya lokal yang mau dimajukan sebenarnya respon perlawanan dari derasnya arus modernisasi dan globalisasi. Berharap budaya lokal ketika semakin maju mampu wujudkan daerah berdaya dan sejahtera, generasi pun tumbuh luhur dengan warisan leluhur. Namun di sisi lain kekayaan SDAE dikuasai dan dinikmati pihak luar, bagaimana mungkin budaya bisa buat daerah sejahtera jika kontras demikian?

Terperdaya Budaya Buat Sejahtera

Budaya saat ini sudah bergeser dari adat ketimuran, meskipun ada yang masih teguh memegang budaya leluhur hanya sedikit di daerah pelosok dan saat seremonial. Oleh karena itu, wajar pemerintah terus berusaha untuk memajukan budaya dan menyuruh masyarakat berpartisipasi aktif memajukan kebudayaan.

Indonesia khususnya Kukar memang kaya dan unik akan budaya, namun jika berharap majukan budaya akan sejahtera bisa dikatakan terperdaya.

Budaya lokal sengaja dimajukan untuk menarik wisatawan dan mempertahankan jerat penjajahan yang tak kelihatan. Artinya kita disibukkan dengan perkara yang minim bikin sejahtera sementara kekayaan maksimal SDAE dikerok pihak luar.

Salah besar berharap budaya berdaya untuk menarik pariwisata, sedangkan digalakkan pariwisata malah mengundang bahaya terselubung. Gaya hidup yang dibawa orang luar berkunjung akan berpengaruh kepada masyarakat lokal, tidak sedikit bertentangan dengan norma agama.

Budaya di atas agama itulah yang terjadi. Padahal dalam Islam budaya harus berlandaskan syariat Islam. Namun sistem kapitalisme sekuler saat ini membiarkan hal itu terjadi, budaya apa pun tidak masalah meski merusak akidah.

Budaya dalam Islam

Budaya atau urf merupakan produk pemikiran. Dalam Islam budaya boleh selama tidak bertentangan dengan agama seperti ada unsur syirik menyekutukan Allah, tidak menganggap benda/ acara mendatangkan kebaikan atau keburukan, tidak melanggar syariat seperti terbukanya aurat, campur baur, taruhan mengundi nasib, dsbnya.

Selain itu, budaya hendaknya tidak menyerupai kekhasan budaya lain (Hadlorah). Memang kebiasaan masyarakat bisa menjadi tolak ukur boleh atau tidak, namun tetap dikedepankan syariah Islam. Oleh karena itu, Islam memang harus dijadikan budaya dalam kehidupan bukan mengislamkan budaya agar bisa terus dilaksanakan padahal dilarang dalam Islam.

Ketika Islam datang, salah satu cara yang ditempuh untuk mendakwahkan Islam adalah melalui budaya. Islam tidak anti terhadap budaya selama syariat Islam tetap terdepan dan dijadikan tolak ukur maka silahkan saja dipertahankan.

Selain itu, mempelajari budaya jika di dalamnya sebagai ilmu pengetahuan yang boleh dipelajari maka silahkan diajarkan dan dipertahankan. Namun, jika budaya tersebut sebagai pandangan hidup tertentu maka tidak boleh dipelajari karena bertentangan dengan pandangan Islam. Budaya harus berlandaskan Islam dan hendaknya Islam harus membudidaya agar menjadi kekhasan tersendiri. Bangga menjadi muslim! Itulah yang seharusnya menjadi identitas kita.

Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd, alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin