Samarinda - Banyaknya jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Bontang, khususnya di Kota Taman pada bulan Januari lalu mendapat sorotan anggota dewan. Wakil ketua DPRD Bontang, Agus Haris meminta pemkot mengambil langkah sigap untuk menangani kasus DBD, sehingga dapat menekan angka penderita dan kematian akibat DBD. Kasus DBD di Bontang pada bulan Januari tengah melonjak tinggi mencapai 65 kasus. Jumlah ini mendekati pola maksimal kurun waktu lima tahin terakhir. Tepatnya di tahun 2019, pada bulan Januari kasus DBD mencapai 74 kasus (prokal.co.id, 9/02/2024).
Menanggapi hal tersebut, Agus Haris mengatakan salah satu yang dianggap perlu dilakukan adalah mengeluarkan kebijakan untuk pemberian vaksin dengue kepada anak-anak. Sebagaimana yang tengah dilaksanakan di Balikpapan. Menurutnya, skema ini dapat dilakukan sembari menunggu keberhasilan dari penyebaran bibit nyamuk wolbachia. Mengingat evaluasi terhadap efektivitas wolbachia baru terlihat setelah satu tahun pasca pelepasan ember telur. Sedangkan efektivitas vaksin dengue dapat dilihat setelah tiga tahun pelaksanaan. Selain itu dewan juga telah mendapat informasi dari Dinas Kesehatan Kaltim bahwa penggunaan dua skema ini tidak saling berdampak. Maka sembari menunggu wolbachia, skema vaksin dengue dapat dilaksanakan (prokal.co.id, 9/02/2024).
Vaksin dengue berisi virus dengue tetravalen yang telah dilemahkan. Tetravalen artinya vaksin tersebut dapat membentuk kekebalan tubuh terhadap empat tipe virus dengue, yaitu virus dengue serotipe 1-4. Peredaran vaksin ini telah mendapat izin di beberapa negara endemik demam berdarah (prokal.co.id, 9/02/2024).
Dinas kesehatan sebelumnya telah menyatakan tidak mungkin dilakukan dua skema ini secara bersamaan. Karena nantinya tidak akan diketahui keberhasilan program penekanan angka DBD hasil dari vaksin dengue atau wolbachia. Fungsional Epidemiologi Muda Diskes Bontang, Nur Ilham mengatakan sebelumnya memang sempat ada wacana untuk melakukan vaksin dengue. Tetapi wacana tersebut mengemuka sebelum menjadi pilot project wolbachia. Oleh karenanya, Diskes akan tetap menunggu progres keberhasilan wolbachia terlebih dahulu sebelum memulai pemberian vaksin dengue (prokal.co.id, 9/02/2024).
Untuk Rakyat, Jangan Coba-coba
Sementara itu hingga Februari 2024 Dinas Kesehatan Kalimantan Timur mencatat ada 1.551 orang positif DBD, dengan angka kematian sebanyak 7 orang. Data ini berdasarkan hasil evaluasi rutin yang dilakukan sekali dalam satu minggu di 10 Kabupaten dan Kota di Kaltim. Kasus DBD tertinggi terjadi di Berau sebanyak 683 kasus, diikuti Kutai Kartanegara 512 kasus, Kutai Barat 218 kasus, Paser 200 kasus dan empat kematian, Kutai Timur 220 kasus, Bontang 86 kasus dan satu kematian, Samarinda 203 kasus dan satu kematian, Penajam Paser Utara 164 kasus dan satu kematian, Balikpapan 84 kasus, serta Mahakam Ulu dengan 4 kasus positif (rri.co.id, 21/02/2024).
Tingginya angka kejadian DBD ini pun menjadi perhatian pemerintah, khususnya Kemenkes. Berbagai upaya dilakukan termasuk mengembangkan inovasi seperti wolbachia dan pemberian vaksin dengue. Teknologi nyamuk ber-wolbachia pada prinsipnya memanfaatkan bakteri alami Wolbachia yang banyak ditemukan pada 60% serangga. Bakteri itu selanjutnya dimasukkan ke dalam nyamuk aedes aegepty, hingga menetas dan menghasilkan nyamuk aedes aegepty ber-wolbachia. Dengan demikian, perlahan populasi nyamuk aedes aegepty berkurang dan berganti dengan nyamuk aedes aegepty ber-wolbachia yang tidak akan menularkan virus dengue kepada manusia. Karena perkembangan virus dengue didalam nyamuk dihambat oleh bakteri wolbachia (kemenkes.go.id, 24/11/2023).
Teknologi nyamuk ber-wolbachia ini telah diujicobakan di Yogyakarta sekitar 5-6 tahun lalu, dan terbukti menurunkan angka kejadian DBD di Yogyakarta bahkan mencapai angka terendah selama 30 tahun terkahir. Dan pada tahun 2021 teknologi nyamuk ber-wolbachia ini direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Kemenkes juga menyampaikan diterapkannya teknologi wolbachia ini dapat menghemat biaya jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk fogging. Penurunan angka kejadian DBD pun akan menurunkan pengeluaran negara (kemenkes.go.id, 24/11/2023).
Namun demikian hingga saat ini banyak daerah yang masih dalam tahap penyebaran nyamuk ber-wolbachia dan belum terlihat hasilnya, juga ada daerah yang belum menerapkan teknologi ini. Di sisi lain angka kejadian DBD masih saja menjadi momok, terutama saat musim pancaroba. Wajar jika ada pihak yang menginginkan dilaksanakan program lain untuk mempercepat penanganan kasus DBD ini. Namun, sudah semestinya pemerintah memikirkan dengan bijak program yang akan dijalankan, bukan melalui langkah coba-coba. Seperti menjalanakan dua program yang belum pasti hasilnya.
Kebijakan yang diambil pun seharusnya berorientasi penuh kepada kesehatan masyarakat, bukan pada untung rugi yang didapat. Berbagai upaya harus dimaksimalkan mulai dari promotif, prefentif, hingga kuratif. Masyarakat harus terus diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan, pencegahan, hingga penanganan DBD. Program fogging, pemberian obat air untuk membunuh jentik nyamuk juga tidak bisa ditinggalkan. Selain itu pengobatan terbaik yang cepat dan tepat harus dipastikan sampai kepada semua lapisan masyarakat.
Kesehatan, Hak Rakyat dan Kewajiban Negara
Dalam sistem Islam negara wajib memebuhi kebutuhan dasar rakyat yang mecakup sandang, pangan, papan, keamanan, serta kesehatan. Negara akan memaksimalkan teknologi dan tenaga ahli yang dimiliki untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan kesehatan. Negara pun akan memprioritaskan anggaran negara untuk pelaksanaan penelitian dan layanan kesehatan bagi masyarakat. Sehingga masyarakat mendapatkan layanan kesehatan terbaik dengan sistem yang cepat. Bahkan tidak menutup kemungkinan layanan kesehatan diberikan secara gratis, dengan menggunakan dana baitul mal yang dihasilkan dari pengelolaan sumber daya alam secara mandiri.
Selain itu, negara akan memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan. Sehingga dapat mengurangi risiko penyakit DBD, dan penyakit lainnya. Tentu semangat menjaga kesehatan itu tidak semata-mata untuk kesenangan jasmani, melainkan dengan semangat ketakwaan agar bisa maksimal menjalankan ibadah dengan tubuh yang sehat. Juga sebagai bentuk penjagaan amanah dan nikmat yang Allah berikan, berupa tubuh yang sehat.
Semua itu menjadi tanggungjawab pemerintah sebagai pengurus rakyat. Dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT dihari pembalasan. Rasulullah saw bersabda:
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari)
Oleh: Ns. Rizqa Fadlilah, S.Kep
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru