Samarinda - Harga beras mengalami lonjakan sejak ketersediaan beras tidak sebanyak kebutuhan konsumsi masyarakat. Kebutuhan beras selama setahun di Kaltim mencapai 350 ribu ton, sementara stok beras lokal hanya mampu memenuhi 30-40 persen kebutuhan konsumsi masyarakat di Kaltim, yakni 140 ribu ton. Untuk mencukupi kebutuhan itulah Kaltim harus mendatangkan pasokan beras dari luar daerah.
Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Kalimantan Timur Amaylia Dina mengatakan, saat ini Kalimantan Timur masih mendatangkan beras dari Sulawesi dan Jawa. (Kompas, 25/02/2024)
Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga beras kualitas super ii di beberapa provinsi telah menyentuh angka Rp 15.425 rupiah per kg (data per Rabu, 07 Februari 2024). Di Kalimantan Timur, Beras kualitas super ii harian di pasar modern Kalimantan Timur menjadi urutan pertama yang termahal se-Indonesia dengan harga jual Rp 19.600 rupiah per kg. Urutan kedua Sumatra Barat dimana harga beras kualitas ii dijual Rp 18.250 rupiah per kg. Urutan ketiga, harga beras kualitas super ii di Bengkulu seharga Rp 18.100 rupiah per kg, Banten Rp 17.900 rupiah per kg, dan Kalimantan Utara Rp 17.200 rupiah per kg. (Katadata,08/02/2024)
Sungguh pukulan telak bagi masyarakat menghadapi mahalnya harga beras. Apalagi bulan suci Ramadhan sudah di depan mata. Bagaimana kondisi masyarakat jika harga bahan pangan terus melonjak?
Pemerintah terus berdalih kenaikan harga beras adalah dampak anomali cuaca El Nino
Namun sejatinya, El Nino bukanlah satu-satunya penyebab defisit beras di Indonesia. Menengok negara lain yang sama-sama terkena imbas El Nino, produksi beras masih surplus. Contohnya Thailand, USDA mencatat surplus 8,4 juta metrik ton, Vietnam surplus 5,5 juta mertrik ton, dan Kamboja surplus 1,88 juta metrik ton (Katadata, 22/02/2024). Artinya permasalahan utama kenaikan harga beras bukanlah karena El Nino.
Ada permainan para kapitalis dalam sektor pertanian. Dengan modal besar, mereka akan melakukan apa saja untuk mewujudkan usahanya. Termasuk membeli lahan pertanian di wilayah pinggiran yang harganya lebih murah. Berbanding terbalik dengan kondisi yang semakin berat bagi para petani, selain menghadapi masalah El Nino, mereka harus menelan kenyataan pahit pengurangan subsidi pupuk.
Tak berhenti disitu, para kapitalis semakin cerdik menangkap peluang. Mereka membeli padi dari petani dengan harga lebih mahal sedikit dari pasar. Padi-padi itu kemudian disulap menjadi beras kemasan dengan harga dua kali lipat atau lebih. Jauh lebih untung dari yang didapatkan oleh para petani.
Upaya impor beras yang dilakukan pemerintah juga sering dikeluhkan petani. Karena beras impor, harga beras lokal ikut turun. Namun faktanya saat ini ternyata harga beras masih terus bertengger meskipun ada beras impor. Kalaupun turun, tidak banyak. Tentu importirlah yang paling diuntungkan dalam hal ini, bukan petani atau masyarakat. Importir yang berisi para kapitalis pemilik modal.
Islam Mewujudkan Ketahanan Pangan
Sebagai sistem hidup yang sempurna Islam memiliki politik pangan tersendiri. Pertama, negara wajib hadir dalam setiap kebijakan. Negara tidak boleh membiarkan rakyatnya kelaparan. Rasulullah SAW. bersabda,
“Khalifah itu laksana perisai tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Muslim).
Kedua, negara hadir di tingkat produksi, distribusi hingga konsumsi. Pada tingkat produksi, negara akan menjalankan politik pertanahan Islam. Tidak boleh ada pembangunan industri di lahan-lahan subur. Lahan pertanian juga tidak dibiarkan kosong, akan diberikan pada siapa saja yang bisa menghidupkannya. Di tingkat distribusi, negara memastikan tidak ada penimbunan dan penipuan. Jalur distribusi juga dipangkas seminimal mungkin untuk menjaga harga beras tidak naik dan tetap terjangkau masyarakat. Pada tingkat konsumsi, negara memastikan setiap warga terpenuhi kebutuhannya tanpa ada satupun yang kesulitan mendapatkan beras hingga menderita kelaparan.
Ketiga, semua program tersebut akan didukung dengan diterapkan sanksi tegas bagi pelaku penimbun, penipu, atau pihak-pihak yang mengganggu keterjaminan pangan bagi masyarakat. Jika semua upaya itu dapat dipenuhi, insyaa Allah jaminan surplus pangan mampu tercapai. Allah berfirman,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raaf: 96).
Dengan demikian, jelaslah bahwa alam bukan faktor utama yang bisa disalahkan saat terjadi masalah pangan. Sebab utamanya adalah kaum kapitalis dan segala permainannya, mengorbankan para petani dan masyarakat. Sungguh, hanya Islam yang dapat menyelamatkan negeri dari cengkeraman kapitalisme dan mewujudkan ketahanan pangan bagi seluruh masyarakat.
Wallahualam.
Oleh: Nurul Atikah (Aktivis Muslimah)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru