Memberikan janji adalah perkara yang mudah karena hanya sekedar mengucapkannya, tetapi untuk menepati janji adalah amanah yang wajib dipenuhi karena pepatah mengatakan janji adalah hutang, janganlah mudah berjanji, karena jika mengingkari janji termasuk dalam ciri orang munafik. Sudah menjadi kewajaran, jika setiap kampanye yang dilakukan oleh para calon pemimpin dalam penyampaian visi dan misi tak afdol kalau tidak dibumbui dengan sejumlah janji manis, bak angin saja sampaikan di depan khalayak, dan dengan entengnya kemudian ia melupakan semua itu, apatah lagi sedang sibuk duduk di kursi jabatan yang diidam-idamkan bak kata pepatah “seperti kacang lupa kulitnya”.
Inilah pepatah yang patut disematkan kepada pemimpin yang pernah memberikan janji manisnyam namun seakan langsung amnesia dengan apa yang pernah diumbarnya dulu ketika berkampanye agar mendapat simpati rakyat. Ironi memang rakyat hanya dimanfaatkan untuk pemenuhan suara yang nantikan menentukan jabatan mereka, tapi mereka lupa jika jabatan yang mereka emban itu adalah sebuah amanah yang harus dipenuhi dan wajib dijalankan.
Bagi kaum Kapitalis, adalah Wajar jika mereka sangat mengagungkan kebijakan yang lahir atas dasar pemahaman kapitalis, dimana jabatan hanya sebagai alat untuk di perebutkan dan mencari gemerlapnya dunia (Hedonisme) semata. Sehingga hasilnya rakyatlah yang menjadi korban janji manis ketika saat kampanye dan rakyat hanya bisa menggigit jari karena sudah termakan janji manisnya.
Teringat kala itu pemerintah berjanji untuk berusaha memajukan insfrastruktur Indonesia untuk kemajuan negeri dan membuka lapangan kerja untuk ekonomi rakyat. Akan tetapi pada kenyataannya justru terbalik, pembangunan insfratruktur seperti jalan tol dan bandara hanya di nikmati oleh segelintir orang. Hanya para pemilik modal (Kaum kapitalis) yang menguasai faktor produksi dan modal yang bisa merasakan sejumlah keuntungan di bidang ekonomi. Padahal kala itu Penguasa ini berjanji untuk mensejahterakan rakyat dan membuat kebijakan yang akan mendukung kemajuan rakyatnya.
Kenapa ini bisa terjadi? tidak lain karena sejatinya sejak awal perebutan kekuasaan tersebut membuat mereka harus tunduk dan patuh pada pemilik modal. Pemerintah yang seharusnya menjadi pemimpin bagi rakyatnya, dan menjadikan kepentingan rakyat sebagai prioritas utama. Tetapi justru pemerintah cenderung tak peduli terhadap jeritan rakyat.
Demi untuk menjaga kelangsungan kekuasaannya, mereka berupaya untuk mendapat dukungan finansial di kalangan para kapitalis. Mereka ingin dianggap sukses dalam memimpin negeri dengan kemajuan insfratruktur. Akan tetapi masih banyak permasalahan yang carut marut tak kunjung terselesaikan oleh pemerintah.
Diantanranya kemiskinan yang terus meningkat bagi masyarakat kalangan bawah, penganguran yang kian semakin banyak serta kasus kriminalitas yang diakibatkan karena mereka tak memilki penghasilan. “Mereka” seakan hanya peduli dan tunduk pada kaum kapitalisme yang telah menanamkan modalnya di Indonesia.
Demokrasi yang ada, melahirkan pemimpin yang selalu ingkar janji. ucapan yang tidak ada pertanggung jawaban di kemudian hari. Hal ini tidak akan terjadi bila kebijakan dilahirkan dengan iman dan islam, karena dalam Islam kepemimpinan adalah amanah yang kelak akan dipertanggung-jawabkan bukan ajang pemuas dahaga kekuasaan.
Terlebih dihadapan Allah SWT. Tugas dari seorang pemimpin dalam Islam adalah untuk menjalankan syariat dengan menyeluruh yang tunduk terhadap perintah Allah, dan menjalani kehidupan sesuai yang di inginkan sang pencipta. Oleh karenanya sesungguhnya dengan Islam akan melahirkan yang terbaik untuk seluruh manusia, karena Islam rahmatan lil alamin. Dan dengan penerapan syariah, akan mampu mewujudkan sebuah kehidupan yang makmur dengan penuh rahmat dan keberkahan dari Allah SWT.
Selain itu akan terwujudnya sosok kepemimpinan yang amanah. Karena landasan kepemimpinan dan asas Negara di bangun berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, bukan hanya karena keinginan nafsu pribadi dan materi yang dikejar seperti hal nya dalam sitem kapitalis buah dari demokrasi yang saat ini di terapkan. Wallahu’alam bi ash-showab (*Red/dr)
Oleh : Ilma Kurnia P, S.P (Pemerhati Generasi)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru