Share ke media
Opini Publik

Jualan Terorisme di Akhir Tahun, Natal dan Tahun Baru

12 Dec 2023 10:22:23534 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : nasional.kompas.com - Aksi Terorisme Marak Terjadi Jelang Natal dan Tahun Baru, Mengapa? - 7 Desember 2022

Berita Viral yang Membingungkan

Terduga teroris Samarinda yang diamankan Densus 88 adalah bendahara jemaah Islamiyah. Densus 88 mengamankan IAZ, terduga teroris ini di jalan Lambung Mangkurat, RT.08, Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Ilir, Jum’at (1/12/2023).

Operasi penyergapan yang dilakukan Densus 88, menyita perhatian warga sekitar Jalan Lambung Mangkurat, RT 08, Kelurahan Pelita.

Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar menyebut kelompok pertama yakni Jamaah Islamiyah (JI) dan Anshor Daulah berjumlah 19 orang.

Aswin juga mengatakan Abu Oemar (AO) selaku pimpinan kelompok teroris dari jaringan Jemaah Ansharut Daulah (JAD) memerintahkan seluruh anggotanya untuk menyusun rencana amaliah untuk upaya penggagalan Pemilu Serentak 2024. (sumber : https://kaltim.tribunnews.com/2023/12/02/terduga-teroris-samarinda-yang-diamankan-densus-88-adalah-bendahara-jemaah-islamiyah-sosok-iaz.)

Sementara itu, berita lain lagi justru lebih menyesakkan dada. Mereka yang disebut sebagai pelaku KKB (Kelompok Kekerasan Bersenjata) yang “kebal” hukum dan tidak juga disebut teroris, justru sudah menambahkan daftar korban.

Tangis haru keluarga pecah saat jenazah Pratu Sandy Primadana tiba di rumah duka di Perumahan Korem 611 ASN di desa Loa Lepu, Kecamatan Tenggarong Seberang, Sabtu (2/12/2023). Prajurit TI asala Kutai Kertanegara ini gugur dalam kontak senjata di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

(Sumber:  https://kaltim.tribunnews.com/2023/12/03/soal-rencana-nikah-di-desember-pesan-terakhir-pratu-sandy-yang-gugur-usai-kontak-senjata-dengan-kkb?page=all.)

Proyek Akhir Tahun Bernama Terorisme

Dicuplik dari Kompas.com, menurut pengamat terorisme yang juga seorang dosen Antropologi Universitas Malikussaleh, Al Chaidar menyebut ada jaringan terorisme yang sengaja melakukan serangan-serangan menjelang waktu-waktu perayaan agama tertentu, tak terkecuali mendekati Natal. Besar dugaan, upaya ini dilakukan untuk menyebarkan ketakutan, khususnya pada kelompok pemeluk agama tertentu.

Mereka yang melakukan aksi terorisme dianggap sebagai pihak-pihak yang tidak mau menerima perbedaan. Tuduhan mereka selalu menyasar umat Islam bahkan sekarang meluas pada umat Islam yang memahami syariat Islam secara kaffah dan memperjuangkannya sebagai suatu sistem hidup. 

Sepanjang Oktober 2023 saja , Densus 88 antiteror total menangkap 59 teroris di sejumlah wilayah di Indonesia. Hal ini semakin menguatkan kesan memaksakan isu terorisme ditengah-tengah kenaikan harga, kampanye-kampanye jelang pemilu, pajak yang semakin menyesakkan dan kelangkaan BBM. Siapa yang tidak tahu, daerah penghasil energi terbesar adalah Kaltim tetapi antrian kendaraan di berbagai POM bensin masih mengular, bahkan sampai ada pengaturan jam-jam pengisian bahan bakar kendaraan ini.

Namun, karena isu terorisme hanya mengarah pada Islam, digencarkanlah program moderasi beragama, agar kaum muslimin mau mengambil Islam yang moderat, yang ‘bersedia’ menerima “perbedaan” yaitu segala macam perbedaan yang berasal dari Barat yang ujungnya adalah toleransi ketika berbeda, termasuk toleransi pada kemaksiatan dan akhirnya merusak keIslaman kaum muslimin.

Sebenarnya, publik sudah mengetahui bahwa ketika uncul isu terorisme berarti sedang berjalan proyek deradikalisasi. Proyek deradikalisasi adalah bagian dari proyek global War on Terrorism (WOT) yang dipimpin oleh AS. Sejak rezim Trump, diubah narasinya menjadi War on Radicalism. Proyek ini bertujuan untuk memecah belah umat Islam. Sehingga wajar jika sasaran dari proyek ini adalah umat Islam dengan target islamofobia, terutama fobia akan Islam politik yang akan menerapkan syariat Islam.

Walhasil, aksi teror yang nyata-nyata dilakukan oleh OKB Papua, justru tidak dianggap sebagai pelaku teroris, tetapi dianggap sebagai pelaku KKB saja alias hanya pelaku kekerasan saja.

Islam, Menentang Terorisme

Terorisme tidak ada sangkut pautnya dengan jihad dan Khilafah. Adanya sekelompok umat yang memiliki pemahaman kekerasan di ruang publik dalam berjuang sehingga mengorbankan rakyat sipil, tentu tidak dibenarkan. Islam tidak menoleransi sedikit pun pembunuhan tanpa hak. Membunuh seorang muslim tanpa hak, itu sama saja dengan membunuh manusia seisi bumi. Terlebih yang menjadi korban setiap bom meledak adalah saudara mereka seakidah.

Allah SWT berfirman:

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى ٱلْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (QS. Al-Ma’idah: 32)

Maka mereka yang melakukan kekerasan dengan latar belakang Islam, sesungguhnya bukan pejuang Islam. Mereka hanyalah orang-orang yang masih belum memahami Islam secara utuh yang dimanfaatkan oleh proyek deradikalisasi.

Sikap Kaum Muslimin terhadap Proyek Deradikalisasi

Lantas langkah-langkah yang harus kita tempuh dalam menyikapi persoalan ini adalah sebagai berikut:

Pertama, meningkatkan kesadaran politik kaum muslim melalui pembinaan yang terus-menerus pada umat. Kesadaran politik bagi umat adalah suatu keharusan. Kesadaran politik ini akan membimbing umat untuk menyikapi setiap peristiwa menurut kacamata Islam.

Kesadaran politik yang dimaksud di sini bukanlah sebagaimana perpolitikan politisi sekuler, tetapi kesadaran politik di sini adalah kesadaran mendorong umat untuk memandang setiap persoalan dari sudut pandang akidah dan syariat Islam. Sehingga umat akan mampu menyelesaikan setiap permasalahan dalam kehidupannya dengan Islam. Umat paham langkah yang benar sesuai tuntunan syariat dalam menghadapi segala persoalan kehidupan.

Dengan pemahaman politik Islam yang benar, umat akan paham bahwa akar masalah kehidupan ini bukan radikalisme tapi penerapan sistem kapitalisme-sekularisme yang menyebabkan kesengsaraan umat manusia di dunia karena kerakusan dan keserakahan para kapitalis.

Kedua, memberikan pemahaman yang benar kepada umat tentang makna jihad yang sesungguhnya. Sehingga umat bisa memaknai jihad tanpa mereduksi makna yang sesungguhnya. Umat pun tidak akan terprovokasi untuk melakukan aksi kekerasan lalu melabelinya dengan perjuangan Islam.

Ketiga,  memahamkan umat bahwa penerapan syariat dan menegakkan Khilafah sebagaimana para Khulafaur Rasyidin dulu adalah kewajiban agama. Sehingga umat tidak akan termakan oleh ide moderasi beragama yang anti syariat Islam.

Keempat,  menyingkap rencana musuh-musuh Islam dan makar mereka dalam menjauhkan umat dengan nilai-nilai Islam. Sehingga umat Islam tidak mudah terjebak framing jahat para penjajah yang tidak menginginkan Islam bangkit dan berjaya.

Langkah-langkah di atas tentu saja harus dibarengi dengan meneladani bagaimana Rasulullah saw. berdakwah tanpa kekerasan. Dan Allah SWT berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS. An-Nahl: 125)

 Wallahu a’lamu bishshawab.

Penulis: Yulita Andriani (Muballighoh dan Pengamat Sosial)