Samarinda - Rapat Koordinasi (Rakor) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) se-Kalimantan Timur (Kaltim) dilaksanakan di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) selama tiga hari. Ada 10 kabupaten/kota di Kaltim yang berkumpul di Kukar, tepatnya di Grand Elty Singgasana, Tenggarong.
Adapun tema yang diusung adalah Membingkai Moderasi Beragama dalam Meningkatkan Kerukunan, Kesatuan dan Persatuan Menuju Pemilu Serentak tahun 2024 yang Bermartabat serta Mendukung Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). ( Pusaranmedia.com, 21/11/2022 )
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) memiliki peran strategis dalam mengelola keberagaman dan merawat kerukunan di Indonesia. Maka dari itu FKUB terus mensosialisasikan nilai moderasi beragama.
Ketua FKUB Kaltim, H. Asmuni Ali mengungkapkan Moderasi beragama ini jika dilaksanakan dengan baik, maka toleransi akan baik. Kekerasan tidak akan terjadi, komitmen kebangsaan akan semakin meningkat, oleh karena itu moderasi beragama penting sekali, ungkapnya saat menghadiri Hari Amal Bhakti ke 76 di halaman kantor Kanwil Kemenag Kaltim, Senin (3/1/2022). (Diskominfo.Kaltimprov.go.id, 04/01/2022)
Upaya penguatan moderasi beragama oleh Kementerian Agama semakin diperkuat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2021 lalu, kementerian agama mulai menyiapkan kader muda sebagai duta moderasi beragama. Pengkaderan ini dikemas dalam kegiatan bertajuk Pelatihan Mentoring Motivator Muda Moderasi Beragama yang berlangsung di Yogyakarta, 6-9 Oktober 2021.
Giat ini diikuti 50 siswa Madrasah Aliyah (MA) atau setingkat SMA, negeri maupun swasta, dari 34 provinsi. Mereka adalah peserta yang terpilih dari 751 peserta seleksi tahap pertama, dan 100 peserta seleksi tahap berikutnya.
Dirjen Pendidikan Islam M Ali Ramdhani mengatakan, kegiatan ini bertujuan mencetak kader harmoni atau duta moderasi beragama. Tidak sekedar teori, para kader juga dibekali strategi implementasi moderasi beragama di masyarakat. Menurutnya , di era digital, banyak konten media sosial berisi jargon yang dapat menyesatkan dan rawan menjadikan seorang terpapar ekstremisme.
Moderasi dianggap solusi sahih bangsa menjaga kerukunan, persatuan dan kesatuan di tengah umat dan bangsa. Benarkah demikian? Dan apakah moderasi beragama sejalan dengan nilai-nilai Islam yang disyariatkan?
Moderasi Mengalihkan Pemuda dari Kebangkitan
Moderasi bukan berasal dari Islam, sebaliknya moderasi malah menyerang syariat Islam. Moderasi adalah bagian dari upaya penjajah mensekulerkan pemuda dan menjadikan pemuda sebagai corong pemikirannya. Sungguh bahaya, karena hal ini bisa menjadikan Islam dan umat terhalang bangkit.
Dengan munculnya duta-duta muda yang bertugas “menginspirasi”, Barat mengarahkan generasi muslim untuk berkiblat kepada role model yang jauh dari sosok berkepribadian Islam. Masyarakat pun secara umum melihat itu semua sebagai sesuatu yang baik dan membanggakan bagi generasi muda. Sedikit sekali yang menyadari bahwa keberadaan duta dan profil tersebut adalah upaya penyesatan bagi jati diri generasi muslim yang sesungguhnya.
Inilah strategi global dan agenda Barat menjauhkan generasi muslim dari Islam yang benar, serta untuk membajak potensi mereka. Para duta moderasi itu adalah korban-korban nilai dan gaya hidup Barat dan sistemnya. Barat mengarahkan para pemuda yang semangat mengkaji Islam untuk menjadi muslim moderat yang berpihak pada ide, nilai, dan sistem Barat.
Kafir barat juga memakai strategi seolah -olah ingin menyelamatkan para pemuda dari pemahaman yang salah. Mereka memberi label radikal, ekstremis bahkan teroris kepada para pemuda shalih yang rajin mengikuti kegiatan keislaman dan berdakwah menyeru kepada penerapan Islam secara kaffah. Mereka sebarkan opini, bahwa bibit radikalisme adalah berasal dari kegiatan-kegiatan keislaman. Dengan tujuan agar para pemuda takut untuk mengkaji Islam dan takut kepada ajaran agamanya sendiri.
Sedangkan para pemuda lainnya, Barat mengarahkan mereka menjadi generasi alay yang krisis jati diri. Masa depan para pemuda dirusak dengan ide kebebasan bertingkah laku sehingga terjerumus ke dalam dunia hitam, narkoba, tawuran, seks bebas, dan perilaku menyimpang lainnya seperti LGBT. Bahkan mereka menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut bukan sesuatu yang melanggar hukum islam bahkan termakan propaganda barat bahwa hal ini adalah hak bagi siapapun untuk menentukan pilihan. Kafir barat berupaya untuk menghancurkan Islam dengan cara menghancurkan generasi penerusnya yaitu para pemuda dengan sekulerisasi.
Apabila kita melihat kondisi pemuda atau remaja saat ini, kita tentu sangat prihatin. Potret pemuda saat ini sangat jauh dari harapan. Pemuda yang notabene dikungkung oleh pola asuh sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan secara sistematis dan terpola menjadi generasi yang lemah secara mental. Mereka lebih senang dengan hal-hal yang instan dan mudah. Lebih suka sesuatu yang bisa dengan mudah mendatangkan limpahan materi tanpa lagi menghiraukan halal haram.
Jika profil para pemuda jauh dari kebaikan, apa yang bisa kita harapkan dari mereka? Padahal, generasi muda adalah pemegang tonggak perubahan sebuah bangsa. Di tangan merekalah tergenggam tanggung jawab mengantarkan umat menuju kebangkitan hakiki. Peran generasi muda sangat besar dalam mewujudkan peradaban gemilang pada masa mendatang.
Generasi muda muslim yang menyadari hakikat kebangkitan sejati akan menjadi kekuatan luar biasa bagi kemajuan umat Islam. Generasi muslim yang paham akan agamanya, lurus akidahnya, sekaligus terikat dengan syariat, merupakan aset berharga yang akan membangkitkan umat menuju tegaknya peradaban agung yang Allah ridhai.
Kekuatan generasi inilah yang kaum kafir Barat takuti—yang notabene membenci tegaknya Islam. Mereka tidak ingin generasi muslim paham hakikat kebangkitan dan cara meraihnya karena itu berarti lonceng kematian bagi peradaban mereka. Akhirnya, mereka berupaya membuat berbagai arus perusakan demi menjauhkan pemuda muslim dari agamanya yang hakiki.
Islam Membentuk Generasi Tangguh Harapan Umat
Kondisi ini berbeda dengan masa ketika Islam diterapkan yakni pada masa kekhilafahan. Aturan pendidikan dalam kehidupan Islam membentuk kepribadian Islam. Adab dan ilmu ditegakkan seiringan sehingga mewujudkan sebaik-baik manusia yang memiliki akhlak yang mulia serta bermanfaat bagi banyak orang.
Sejak dini, Islam sudah diajarkan bahkan dipraktikkan dalam kehidupan para remaja dan pemuda. Tentu dengan daya dukung dari penerapan syariat Islam di tengah kehidupan yang akan menjaga mereka untuk senantiasa menyelaraskan perbuatannya sesuai dengan aturan Islam.
Sistem Islam menciptakan generasi yang kuat, tidak hanya berorientasi kepada penguasaan materi secara fisik, tetapi juga menginternalisasikan ideologi yang berasal dari wahyu Allah Swt., yakni Islam. Dengan ini akan lahir orang-orang bermental tangguh.
Generasi muslim harus menjadi pemimpin perubahan dan penjaga Islam yang tepercaya. Generasi muslim harus menjadi duta Islam sebagaimana sosok Mush’ab bin ‘Umair ra. yang Rasulullah saw. minta untuk mengemban dakwah ke Yatsrib. Ialah duta Islam pertama. Mush’ab meninggalkan kebanggaan palsu dunia dan menggantikannya dengan kemuliaan hakiki akhirat. Berkat perjuangannya, dalam tempo kurang dari setahun, hampir seluruh penduduk Madinah masuk Islam. Inilah profil duta Islam yang hakiki.
Para pemuda juga harus meneladani sosok Muhammad Al Fatih, seorang pemuda tangguh yang diusia 21 tahun mampu menaklukkan konstantinopel. Beliau terkenal sebagai pemimpin terbaik, dari pasukan terbaik. Dengan ketaatan dan ketakwaan yang luar biasa, serta kegigihan upaya dan do’a, maka negeri yang dijanjikan akan ditaklukkan kaum muslimin melalui sabda Baginda Rasulullah Saw terbukti nyata ditangannya.
Sudah saatnya kaum muslim berupaya mewujudkan profil generasi muslim yang berpola pikir dan sikap islami, bukan dari bentukan Barat. Dengan profil demikian, insyaallah mereka mampu mewujudkan peradaban Islam gemilang dalam waktu dekat.
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.” (QS Al-Baqarah [2]: 120).
Butuh dakwah untuk menyadarkan para pemuda agar mereka tidak termakan hasutan dan tipu daya orang-orang kafir dalam menentukan arah perjuangan untuk meraih kebangkitan umat. Para pemuda harus sadar bahwa mereka adalah agen perubahan yang menjadi harapan umat untuk kembali tegaknya peradaban Islam yang mulia yaitu peradaban Islam. Wallahu a’lam bissowab
Oleh : Lifa Umami, S.HI (Pemerhati Masalah Sosial)
disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu masyarakat yang ingin menuangkan pokok-pokok fikiran, ide serta gagasan yang sepenuhnya merupakan hak cipta dari yang bersangkutan. Isiredaksi dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru