Share ke media
Opini Publik

Kembangkan Pariwisata dan Ekraf Demi IKN, Tepatkah?

09 Dec 2022 08:35:04590 Dibaca
No Photo
ilustrasi gambar : kaltim.suara.com - Wisata dan Ekonomi Kreatif di IKN Nusantara Harus Dikembangkan, Hetifah Sjaifudian Desak Langsung Pemkab PPU Soal Ini - 18 Mei 2022

Samarinda - Pemerintah provinsi di Kalimantan Timur (Kaltim) terus berupaya mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Hal ini sinkron dengan arahan pemerintah pusat di tahun 2021 yang menjadi momentum kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif  (parekraf) Indonesia.

Di daerah, sebagai upaya dalam mengembangkan parekraf Wakil Bupati Paser Syarifah Masitah Assegaf lakukan audiensi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI pada 30 November lalu. Wabup Paser didampingi Kepala Bidang Ekraf Infrastruktur dan SDM Disporapar Paser, Saharuddin diterima oleh Direktur Pengembangan Destinasi Regional II Kemenparekraf Harwan Ekon Cahyo beserta jajarannya.

Direktur Harwan memberi apresiasi kedatangan Wabup Paser yang jemput bola dengan membuka pintu komunikasi intens demi membenahi pengembangan pariwisata dan Ekraf di Paser. Dijelaskan, poin penting dalam audiensi tersebut yaitu menyangkut persiapan dalam menyambut IKN. (Tribunkaltim.co, 1/12/2022)

Selain Paser, Pemkab Berau pun mendukung IKN dengan melakukan pengembangan pariwisata melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan menjalin kerja sama Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Berau untuk membentuk konten. Konten ini merupakan edukasi dan promosi pariwisata di Berau.

Mereka mengajak masyarakat untuk membuat konten visual dan tulisan untuk lebih mengenalkan Berau, dengan reward hingga puluhan juta rupiah. Semua konten apakah itu bentuk fisik atau visual, akan diberikan penghargaan oleh BRIN dengan total maksimal Rp 20 juta. Karya tulisannya bebas mengenai sejarah, budaya, maupun makanan khas Berau. Mereka juga mengajarkan bagaimana cara penulisan, pengambilan visual serta ada nilai kearifan lokalnya yang akan dikembangkan di Bumi Batiwakkal. (Beraupost.co, 28/11/2022)

Demikianlah upaya dalam mengembangkan pariwisata dan ekraf di daerah untuk mendukung IKN dan menjadi sumber pendapatan daerah yang diandalkan. Tepatkah sudah upaya tersebut? Mengapa tidak fokus ke sektor lain yang lebih potensial, mengingat Berau dan Paser kaya akan SDA. Padahal sektor pariwisata ini kalau dianalisis potensi negatifnya lebih banyak dibanding positifnya.

Bahaya di balik Digencarkannya Pariwisata

Untung yang diraih berupa pendapatan daerah dari dikembangkannya parekraf sebenarnya tidak sebanding dengan buntung yang didapat masyarakat. Ekonomi kreatif seperti UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) masyarakat sekitar tempat wisata pun masih tertatih-tatih kalah saing dengan pendatang luar yang bekerja sama dengan pengelola pariwisata.

Pariwisata sebagai sumber pendapatan negara justru menjadikan tempat wisata sebagai obyek kapitalisasi. Dibenak pemerintah hanya berupa materi atau untung yang diincar, tak peduli merugikan masyarakat sekitar dengan masuknya pemikiran liberal dan gaya hidup termasuk kemaksiatan yang sangat membahayakan kehidupan sosial masyarakat.

Pengelolaan pariwisata dalam sistem kapitalisme sekuler saat ini memang semakin menjauhkan agama dari kehidupan. Seakan agama tidak mengatur bagaimana pariwisata yang benar tanpa harus mengundang buntung alias bahaya.

Sistem Kapitalisme sekuler saat ini memang menjadikan pariwisata sebagai sumber perekonomian. Apapun akan dilakukan demi kepentingan ekonomi dan bisnis. Meski untuk itu, harus berdamai dengan praktik kemaksiatan bahkan kesyirikan. Devisa didapat tidak sebanding dengan dosa yang mengundang murka dan bencana. Naudzubillah min dzalik.

Pariwisata dalam Islam

Pariwisata tanpa terikat dan diatur syariat Islam hanya akan mengundang buntung atau bahaya. Tujuan pariwisata dalam Islam bukan untuk meraih materi berupa manfaat, pendapatan dan kesenangan semata.

Dalam Islam pariwisata dikembangkan untuk meningkatkan ketakwaan umat Islam dan sarana dakwah bagi umat lain. Terkait keindahan alam misalnya maka akan dimanfaatkan untuk tadabbur alam, betapa indahnya ciptaan Allah.

Pariwisata meski bisa menjadi salah satu sumber devisa, namun dalam Islam tidak akan dijadikan sebagai sumber perekonomian negara. Tujuan utama dipertahankan pariwisata hanya sebagai sarana dakwah. Negara tidak akan mengeksploitasi pariwisata untuk kepentingan ekonomi dan bisnis.

Ada empat sumber tetap bagi perekonomian dalam negara Islam, yaitu pertanian, perdagangan, industri dan jasa. Keempat sumber inilah yang menjadi tulang punggung bagi negara dalam membiayai perekonomianya. Negara juga mempunyai sumber lain, baik melalui pintu zakat, jizyah, kharaj, fai’, ghanimah hingga dharibah. Semuanya ini mempunyai kontribusi yang tidak kecil dalam membiayai perekonomian negara.

Dengan demikian hanya Islam sebagai negara yang mampu menyejahterakan rakyat. Islam tidak akan berharap pada pariwisata yang justru mengundang bahaya.

Negara dalam Islam akan membuat potensi SDAE yang melimpah dikelola dengan benar. Negara juga akan mengembangkan sektor lain seperti pertanian, industri, teknologi, dll sehingga membuat masyarakat sejahtera tanpa berharap pada sektor pariwisata.

Demikianlah pariwisata dalam Islam hanya untuk menambah keimanan. Berbeda sekali dengan pariwisata saat ini yang dijadikan ajang bisnis meski mengundang bahaya dan mengikis keimanan.  Wallahu a’lam.

Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin

disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu masyarakat yang ingin menuangkan pokok-pokok fikiran, ide serta gagasan yang sepenuhnya merupakan hak cipta dari yang bersangkutan. Isiredaksi dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis