Samarinda - Pemerintah
provinsi di Kalimantan Timur (Kaltim) terus berupaya mengembangkan sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif. Hal ini sinkron dengan arahan pemerintah pusat di tahun 2021 yang
menjadi momentum kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf)
Indonesia.
Di
daerah, sebagai upaya dalam mengembangkan parekraf Wakil Bupati Paser Syarifah
Masitah Assegaf lakukan audiensi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Kemenparekraf) RI pada 30 November lalu. Wabup Paser didampingi Kepala
Bidang Ekraf Infrastruktur dan SDM Disporapar Paser, Saharuddin diterima oleh
Direktur Pengembangan Destinasi Regional II Kemenparekraf Harwan Ekon Cahyo
beserta jajarannya.
Direktur
Harwan memberi apresiasi kedatangan Wabup Paser yang jemput bola dengan membuka
pintu komunikasi intens demi membenahi pengembangan pariwisata dan Ekraf di
Paser. Dijelaskan, poin penting dalam audiensi tersebut yaitu menyangkut
persiapan dalam menyambut IKN. (Tribunkaltim.co, 1/12/2022)
Selain
Paser, Pemkab Berau pun mendukung IKN dengan melakukan pengembangan pariwisata
melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan menjalin kerja sama
Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Berau untuk membentuk konten. Konten ini merupakan edukasi dan promosi pariwisata
di Berau.
Mereka
mengajak masyarakat untuk membuat konten visual dan tulisan untuk lebih
mengenalkan Berau, dengan reward hingga puluhan juta rupiah. Semua konten
apakah itu bentuk fisik atau visual, akan diberikan penghargaan oleh BRIN
dengan total maksimal Rp 20 juta. Karya tulisannya bebas mengenai sejarah,
budaya, maupun makanan khas Berau. Mereka juga mengajarkan bagaimana cara
penulisan, pengambilan visual serta ada nilai kearifan lokalnya yang akan
dikembangkan di Bumi Batiwakkal. (Beraupost.co, 28/11/2022)
Demikianlah
upaya dalam mengembangkan pariwisata dan ekraf di daerah untuk mendukung IKN dan menjadi sumber pendapatan daerah yang diandalkan.
Tepatkah
sudah upaya tersebut? Mengapa tidak fokus ke sektor lain yang lebih potensial,
mengingat Berau dan Paser kaya akan SDA. Padahal sektor pariwisata ini kalau
dianalisis potensi negatifnya lebih banyak dibanding positifnya.
Bahaya
di balik Digencarkannya Pariwisata
Untung
yang diraih berupa pendapatan daerah dari dikembangkannya parekraf sebenarnya
tidak sebanding dengan buntung yang didapat masyarakat. Ekonomi kreatif seperti
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) masyarakat sekitar tempat wisata pun
masih tertatih-tatih kalah saing dengan pendatang luar yang bekerja sama dengan
pengelola pariwisata.
Pariwisata
sebagai sumber pendapatan negara justru menjadikan tempat wisata sebagai obyek
kapitalisasi. Dibenak pemerintah hanya berupa materi atau untung yang diincar,
tak peduli merugikan masyarakat sekitar dengan masuknya pemikiran liberal dan
gaya hidup termasuk kemaksiatan yang sangat membahayakan kehidupan sosial
masyarakat.
Pengelolaan
pariwisata dalam sistem kapitalisme
sekuler saat ini memang semakin menjauhkan agama dari kehidupan. Seakan agama
tidak mengatur bagaimana pariwisata yang benar tanpa harus mengundang buntung
alias bahaya.
Sistem
Kapitalisme
sekuler saat ini memang menjadikan pariwisata sebagai sumber perekonomian.
Apapun akan dilakukan demi kepentingan ekonomi dan bisnis. Meski untuk itu,
harus berdamai dengan praktik kemaksiatan bahkan kesyirikan. Devisa didapat
tidak sebanding dengan dosa yang mengundang murka dan bencana. Na’udzubillah min dzalik.
Pariwisata
dalam Islam
Pariwisata
tanpa terikat dan diatur syariat Islam hanya akan mengundang buntung atau
bahaya. Tujuan pariwisata dalam Islam bukan untuk meraih materi berupa manfaat,
pendapatan dan kesenangan semata.
Dalam
Islam pariwisata dikembangkan untuk meningkatkan ketakwaan umat Islam dan
sarana dakwah bagi umat lain. Terkait keindahan alam misalnya maka akan
dimanfaatkan untuk tadabbur
alam, betapa indahnya ciptaan Allah.
Pariwisata
meski bisa menjadi salah satu sumber devisa, namun dalam Islam tidak akan
dijadikan sebagai sumber perekonomian negara. Tujuan utama dipertahankan
pariwisata hanya sebagai sarana dakwah. Negara tidak akan mengeksploitasi
pariwisata untuk kepentingan ekonomi dan bisnis.
Ada
empat sumber tetap bagi perekonomian dalam negara Islam, yaitu pertanian,
perdagangan, industri dan jasa. Keempat sumber inilah yang menjadi tulang
punggung bagi negara dalam membiayai perekonomianya. Negara juga mempunyai
sumber lain, baik melalui pintu zakat, jizyah, kharaj, fai’, ghanimah hingga
dharibah. Semuanya ini mempunyai kontribusi yang tidak kecil dalam membiayai
perekonomian negara.
Dengan
demikian hanya Islam sebagai negara yang mampu menyejahterakan rakyat. Islam
tidak akan berharap pada pariwisata yang justru mengundang bahaya.
Negara
dalam Islam akan membuat potensi SDAE yang melimpah dikelola dengan benar.
Negara juga akan mengembangkan sektor lain seperti pertanian, industri,
teknologi, dll sehingga membuat masyarakat sejahtera tanpa berharap pada sektor
pariwisata.
Demikianlah pariwisata dalam Islam hanya untuk menambah keimanan. Berbeda sekali dengan pariwisata saat ini yang dijadikan ajang bisnis meski mengundang bahaya dan mengikis keimanan. Wallahu a’lam.
Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin
disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu masyarakat yang ingin menuangkan pokok-pokok fikiran, ide serta gagasan yang sepenuhnya merupakan hak cipta dari yang bersangkutan. Isiredaksi dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru