Samarinda - Beralasan jauh dengan kampung halaman, keingintahuan akan warisan leluhur ini pun mulai berkurang. Ketua umum Ikatan Masyarakat Samarinda asal Karya Baru Bugi (IMASKAB) Kota Samarinda La sunti mengatakan bahwa Budaya Ma’ata’a mulai redup dikalangam generasi muda diperantauan.
Guna mengenalkan kembali, IMASKAB mengelar acara Seminar Sejarah Ma’ata’a di Rumah Jabatan Walikota Samarinda, Kaltim pada, Sabtu (27/07/2019). Ma’ata’a atau biasa dikenal ‘makan-makan’ ini adalah warisan budaya yang dijalankan secara turun temurun oleh masyarakat Buton, umumnya dilakukan dua kali dalam setahun.
Hampir tidak pernah ‘Ma’ata’a dilaksanakan diluar Pulau Buton, berbekal acara duduk makan bersama pada 2018 lalu, IMASKAB mencoba mengenalkan budaya ini sebagai pengetahuan bahkan dimungkinkan sebagai salah satu wisata budaya yang ada dikota Samarinda.
“Majunya globalisasi, budaya juga harus dimajukan. Maka generasi muda harus paham dengan budaya ini (Ma’ata’a),” katanya.
“Tahun 2019 Insya Allah, kita akan mengelar 1000 talang dikota Samarinda, sekaligus kita perkenalkan budaya Ma’ata’a pada masyarakat luas,” sambungnya lagi.
Turut hadir pada seminar sejarah itu adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik (Kesbangpol) Kota Samarinda Sucipto Waris. Dinas Kebudayaan Kota Samarinda, Dewan Pembina IMASKAB Saprudin Saida Panda.
Sementara untuk narasumber dihadirkan langsung dari tokoh masyarakat asal Buton Karyabaru. Dalam sambutannya Sucipto waris seperti bernostalgia pada saat mengikuti rangkaian acara Ma’ata’a di pulau Buton. Kala itu, kata Sucipto waris. Sangat memberikan kesan hingga diperlakukan secara baik oleh masyarakat setempat. “Saya ingat sekali waktu berada di Buton dulu mewakili kota Samarinda, dan sangat berkesan, sangat tepat kalau ini dibudayakan di Samarinda,” paparnya.
Dirinya menyebutkan bahwa setiap budaya nusantara yang dikembangkan dikota tepian akan selalu di akomodir, ” kalau diadakan disini, Ini akan menambah icon bagi turis, Maka bisa kemudian kita buatkan sebagai calender untuk perjalanan turis,” bebernya.
Pada acara Ma’ata’a terdapat sebuah talang yang berisikan makanan hasil pertanian masyarakat, dan itu sangat dinanti kala perayaan budaya ini tiba. Bahkan ini layaknya silaturahmi akbar bagi seluruh masyarakat. “kegiatan ini merupakan anjuran dari agama Islam juga, dimana acara menjadi ajang silahturahmi, berkumpul bersama dan memberikan rezeki kepada sesam berupa memberi makanan gratis.” Papar kepala kesbangpol ini.
Dirinya pun menyebutkan, dengan keaktifan tiap kelompok etnis budaya yang ada di Kota Samarinda akan membantu daya tarik Kota Samarinda agar wisatawan asing mau berkunjung ke Samarinda. (red/ar)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru