Share ke media
Hukum

“Komite Transparansi Pembangunan (KTP) Kaltim Mendesak Aparat Kepolisian Tuntaskan Pemukulan Camat Tenggarong dan ilegal Mining Koridoran“

11 May 2021 12:05:111198 Dibaca
No Photo

Tenggarong - Peristiwa tidak menyenangkan dialami Camat Tenggarong, Arfan Boma Minggu (9/5/2021). diduga mengalami penganiayaan yang terjadi di Kelurahan Mangkurawang, RT 17, Tenggarong.

Kejadian yang dialami Camat Tenggarong bukan lperselisihan tapi pemukulan pengeroyokan. Lantas apakah ini perselisihan?

Bukan perselisihan tapi ini adalah murni pelanggaran hukum yang dilakukan oleh oknum yang sengaja melakukan kegiatan penambangan liar (koridoran) degan bukti alat berat yang sedang beroperasi ( Exsavator) di atas tanah areal kebun camat Tenggarong.

Solicihin Natsir atau biasa di sapa dengan Ocha, Wakil Ketua Komite Transparasi Nasional (KTP) Provinsi Kaliamntan Timur mengatakan, Selain menjabat sebagai Camat, Pak Boma juga menajabat Ketua Keluarga Kerukunan Sulawesi Selatan (KKSS) Kutai Kartanegara (Kukar) yang merupakan simbol KKSS, beliau juga sampaikan bahwa persoalan ini jangan sampe ada pihak pihak yang memprovokasi / terprovokasi sehingga dampaknya meluas, secara organisasi KKSS Kukar Yang melayangkan surat ke Kapolres itu adalah tujuannya pelaporan oknum yang sengaja melakukan kegiatan pelanggaran hukum yaitu penambangan liar ilegal mining (koridoran).

dua hal kenapa Camat Tenggarong menegur oknum warga tersebut.

1. karena oknum tersebut melakukan penambangan ilegal diarea kebun Camat Tenggarong.

2. karena oknum itu melakukan penambangan liar (koridoran) di wilayah pemerintahan Camat Tenggarong yang mana kegiatan itu dilarang oleh Negara dan jelas berhadapan dengan Hukum, maka sebagai Camat wajib menegur oknum tersebut.

“Jadi kasus ini harus di usut tuntas sampai ke akar akarnya karena persoalan ini berawal dari penambangan liar dan tentu warga Kutai Kartanegara mendambakan kedamaian tetapi juga warga Kukar tak ingin di rusak lingkungannya dengan maraknya penambangan liar yang dikemudian hari bisa menjadi sumber malapetaka yang akan dirasakan oleh generasi selanjutnya,” Tutup Ocha.