emasuki bulan suci Ramadhan 1439 H dan sekaligus menyongsong Idul Fitri, Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim, sedianya menghadapi momentum hari-hari yang penuh dengan dinamika kehidupan sehari-hari. menjalani ibadah puasa dan persiapan tradisi mudik dan arus balik yang fenomenal di Indonesia, dengan kompleksitas permasalahan memerlukan perhatian ekstra, tidak saja secara individu orang per orang, juga semua pihak, termasuk didalamnya pemerintah secara nasional maupun pemerintah daerah.
Harga segala macam kebutuhan, baik barang maupun jasa, tidak dapat dielakan mulai melonjak naik. “Ayam boiler sebelumnya Rp. 35.000 s.d. Rp. 50.000,- sekarang sudah Rp. 48.000 s.d. Rp. 60.000,- per ekor; telor ayam boiler per butir Rp. 1.400,- s.d. Rp. 1.800,- sekerang sudah mencapai Rp. 1.700,- s.d. Rp. 2.000,- per butir dan lain-lain komuditas yang sangat dibutuhkan dalam pada bulan Ramadhan sampai Idul Fitri yang akan datang” kata ‘Dina’ seorang ibu rumah tangga yang media ini temui diseputaran pasar Rahmat, Samarinda. Mungkin tahun ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dimana defisit keuangan negara/Pemda, secara signifikan turut memperparah kemampuan ekonomi masyarakat, mengingat belanja negara/daerah merupakan sektor terbesar penggerak ekonomi masyarakat.
Peningkatan inflasi baik secara lokal maupun nasional, tidak dapat dinafikan, justru terjadi pada saat-saat momentum hari-hari besar keagamaan, seperti misalnya Idul Fitri, Idul Adha, Natal / Tahun Baru, dan hari-hari besar keagamaan lainnya, namun yang paling signifikan adalah Hari Raya Idul Fitri dan Natal/Tahun Baru Masehi. Belajar dari pengalamam dimana momentum tersebut merupakan rutinitas yang terjadi berulang-ulang setiap tahunnya seyogyanya Pemerintah jauh-jauh hari memikirkan hal tersebut, guna mengurangi tekanan ekonomi yang sangat kuat disemua lapisan masyarakat kita.
Pada bulan Ramadhan dimana umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa, bukan berarti tingkat konsumsi menurun, justru sebaliknya konsumsi masyarakan semakin tinggi dibanding dengan hari-hari biasa dan puncaknya menjelang Idul Fitri, dimana aktivitas belanja masyarakat semakin meningkat, maka disitupulalah hukum pasar terjadi dan tidak tertutup kemungkinan disitulah para spikulan memainkan perannya menangguk untung!
Operasi pasar yang rutin dilakukan menjelang hari-hari besar keagamaan, sejujurnya tidak terlalu berdampak signifikan terhadap inflasi, baik secara lokal maupun nasional, mengingat pelaksanaanya dilakukan tidak secara terprogram dan masif, padahal dengan kekuasaan dan finansial yang dimiliki Pemerintah, sesungguhnya beban ekonomi masyarakat bisa diringankan, mengingat beberapa komoditas barang dan jasa berada sepenuhnya dibawah kekuasaan pemerintah, seperti misalnya BBM, GAS, TDL (listrik), tarif TOL, Suku Bunga Perbankan, dll. dimana hal tersebut memiliki multiplier effect terhadap harga komoditas secara signifikan.
Biasanya isu menarik ini baru sungguh-sungguh mulai diperhatikan, menjelang “pesta demokrasi” dalam rangka upaya untuk meyakinkan masyarakat, bahwa Pemerintah peduli.. wallahu ‘alam.
Selamat menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1939 H, mohon maaf lahir dan bathin (dr/digitalnews)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru