Share ke media
Opini Publik

Moderasi Beragama, Ada Apa dibalik Itu?

20 Nov 2022 11:00:03362 Dibaca
No Photo
ilustrasi gambar : tanwir.id - Moderasi Beragama: Ciri dan Program Pembangunan Bangsa

Samarinda - Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur, H. Mohlis, S. Ag. MM,. memberikan pembinaan materi Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Penguatan Moderasi Beragama kepada Kepala Madrasah RA, MI, MTs, dan MA, Wakil Kepala Kurikulum MTs, dan MA, Koordinator kurikulum MI, serta Guru RA se-Kabupaten Paser, di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Paser, Rabu (02/11/2022).

Senada dengan itu, Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenpora, Nadiah Zainudin Amali hari Jumat (9/9) pagi membuka acara Moderasi Beragama yang di selenggarakan Kemenpora di Aula Putri Aji Karang Melanu, Universitas Balikpapan, Katim.

Pada acara tersebut, Nadiah Amali menyampaikan peran pemuda saat ini penting untuk kemajuan bangsa Indonesia. Kerukunan umat beragama menurutnya menjadi modal utama bagi bangsa Indonesia untuk maju. “Tanpa kerukunan, akan sulit untuk menggapai cita-cita besar bangsa agar sejajar dengan bangsa besar lainnya di dunia,” kata Nadiah.

Menurut Nadiah, peran pemuda dalam pengembangan toleransi dan kerukunan antar umat beragama merupakan karya dan tugas bersama bangsa Indonesia dari masa ke masa. Dan baginya, toleransi dan kerukunan antar umat beragama dilakukan tanpa mengusik aqidah dan keimanan masing-masing pemeluk agama. 

Benarkah dengan pengembangan toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang ditanamkan melalui Moderasi beragama, sudah mampu memberi solusi bagi para pemuda atas berbagai permasalahnnya, sedangkan saat ini semakin bertambah masalah-masalah khususnya dikalangan generasi muda, yang terkait dengan gangguan mental mereka.

Gangguan mental menjadi tren baru di kalangan generasi. Lantas, dengan bermunculannya masalah-masalah seperti ini, mengapa penguasa justru sibuk dengan proyek moderasi di kalangan generasi? Ditambah, Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan saat ini memang tengah berjalan sebuah proyek besar yang disebut moderasi agama. Sasaran utamanya Islam dan umat Islam. Sebenarnya, ada apa dibalik Moderasi Beragama?

Proyek Besar Moderasi Beragama, dibuat dan dipesan oleh Barat

Barat menilai, setelah runtuhnya komunisme, tantangan mendatang bagi hegemoni barat adalah Islam. Agar tidak menjadi ancaman, Dunia Islam harus dibuat ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global,” jelasnya.

Semua rencana ini, terbaca sangat nyata dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Rand Corporation pada 2007, berjudul Building Moderate Muslim Network. “Di situ dijelaskan juga karakteristik muslim moderat, yakni Muslim yang menyebarluaskan dimensi-dimensi kunci peradaban demokrasi, termasuk di dalamnya gagasan tentang HAM, kesetaraan gender, pluralisme, serta menerima sumber-sumber hukum nonsektarian.

Ringkasnya, Islam moderat adalah pemahaman Islam yang disesuaikan dengan pemikiran, pemahaman, dan peradaban Barat. Dengan demikian, muslim moderat adalah sosok muslim yang menerima, mengadopsi, menyebarkan dan menjalankan pemahaman Islam ala Barat.

Proyek ini bertujuan untuk menancapkan paham tertentu yang disebut Islam moderat dan menjadikan kaum muslim menjadi muslim moderat. Program ini menyasar para guru agama, mahasiswa, kaum milenial hingga kalangan pesantren.

Proyek ini tidak datang tiba-tiba. Barat menilai, setelah runtuhnya komunisme, tantangan mendatang bagi hegemoni barat adalah Islam. Agar tidak menjadi ancaman, Dunia Islam harus dibuat ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global.

Proyek Moderasi dibuat Dalam Rangka Menjauhkan Umat Islam dari Kebangkitannya

Musuh-musuh Islam menggandeng kaki tangannya dari kalangan umat Islam sendiri untuk menderaskan pemikiran kufur tersebut di tengah-tengah umat. Mulai dari penguasa, ulama, intelektual, pengusaha, pemuda, hingga rakyat biasa telah teracuni pemikiran sesat dan menyesatkan ini. Mengapa?

Mereka tidak ridho jika umat Islam terus bangkit. Mereka terus berupaya memadamkan cahaya Islam. Dana digelontorkan dan strategi sistemik pun dirancang untuk tujuan besar itu. Salah satunya adalah dengan ‘menderaskan sekularisme melalui program moderasi beragama. dengan dalih menyesuaikan zaman, hukum-hukum Islam diubah sesuai kehendak kafir Barat penjajah. Istilah jihad dan Khilafah yang merupakan bagian dari ajaran Islam, tercantum bahkan dalam Al-Qur’an, distigma negatif, sehingga harus dihilangkan dari benak umat Islam.

Tanpa disadari, pendidikan moderasi beragama ini telah ditargetkan masuk dalam ranah keluarga. Seorang publik figur didaulat menjadi sosok yang akan memberikan panduan bagaimana keluarga menanamkan moderasi beragama dalam mendidik anak dari sejak pranatal hingga pascanatal. Agar umat menerima pemahaman moderasi beragama dalam keluarga ini, disandingkanlah dengan berbasis pada Al-Qur’an. Hal ini tertuang dalam disertasi yang berjudul “Pendidikan Moderasi Beragama dalam Keluarga Berbasis Al-Qur’an”.

Sepertinya disertasi ini sangat menarik dan inspiratif. Namun jika ditelaah secara teliti, mengandung racun yang sangat berbahaya. Moderasi beragama adalah ide Barat yang ruhnya sekularisme-kapitalis, yang dia benarkan kebatilannya dengan berbasis atau berlandaskan pada Al-Qur’an. Padahal moderasi beragama adalah ide batil yang lahir dari akidah sekularisme yang batil. Sedangkan Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT, sumber kebenaran hakiki.

Terlihat memikat dan menjanjikan, padahal moderasi beragama berpotensi menciptakan atmosfer kekacauan sesama pemeluk beragama. Bukankah keragaman agama, suku, dan budaya adalah alami adanya? Justru ‘memaksakan agar semuanya seragam’ dengan karakter moderat telah membajak setiap konsep agama dan keyakinan individu.

Karakter moderat berada di wilayah abu-abu dan tidak berprinsip. Hal ini kontras dengan konsep Islam yang menyatakan, “Lakum diinukum waliyadin (untukmu agamamu dan untukku agamaku).” Moderasi beragama jelas merupakan konsep yang mengancam kehidupan beragama. Generasi Islam sendiri akan mengalami krisis identitas yang akut.

Moderasi beragama akan melahirkan profil generasi umat yang moderat sesuai standar Barat penjajah. Profil muslim yang menerima ide demokrasi, liberalisme, pluralisme, feminisme, hak asasi manusia, menolak formalisasi syariat Islam kaffah dalam institusi negara, dan menolak Khilafah Islam. Imannya lemah, tidak mau terikat dengan syariat Islam, meninggalkan aktivitas dakwah, bahkan mampu mengaborsi kebangkitan Islam. Inilah yang dikehendaki musuh-musuh Islam. Dan profil generasi Islam kaffah otomatis sirna.

Umat Islam Harus Membendung Diri dari Arus Moderasi Beragama

Menurut Ustadz Muhammad Ismail Yusanto bahwa pada QS An-Nisa’ ayat 89, Allah mengingatkan perilaku kaum kafir yang akan terus berusaha membuat kita menjadi kafir sehingga kita sama dengan mereka.

Secara i’tiqadi (secara akidah) sambungnya, kesamaan itu akan terjadi ketika kita murtad mengikuti agama mereka. “Namun, ini tidak mudah, karena umat Islam masih memiliki kesadaran untuk tetap mempertahankan agamanya. Yang mungkin terjadi adalah umat Islam tetap sebagai muslim, tetapi cara berpikir dan perilakunya sudah tidak ada bedanya dengan orang kafir alias sama saja. Jika sudah sama, maka umat Islam tidak akan lagi menjadi penghalang bagi perwujudan semua keinginan Barat. Tampaknya hal inilah yang saat ini terjadi,” papar beliau.

Upaya melindungi generasi membutuhkan peran serta seluruh komponen umat. Semua pihak, baik negara, masyarakat, lembaga pendidikan maupun keluarga harus berperan aktif dan turut serta dalam melindungi generasi.

Untuk memahamkan pemuda haruslah dari segala arah sebab jauhnya pemuda dari Islam adalah persoalan sistemis. Mulai dari lingkungan pendidikan, media, hingga keluarga, semua harus turut melindungi generasi dengan memberikan pemahaman yang benar tentang Islam. Semua ini tidak akan mungkin terlaksana jika sistem yang menaunginya adalah sistem kufur.

Perlindungan secara menyeluruh terhadap generasi hanya mungkin terlaksana jika syariat Islam terterapkan secara keseluruhan dalam sistem pemerintahan Islam, bukan dalam sistem seperti saat ini.

Rasulullah saw. bersabda, “Konstantinopel akan jatuh di tangan orang Islam. Pemimpin yang akan menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang mengikutinya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad bin Hanbal al-Musnad 4/335)

Keberhasilan Muhammad al-Fatih sejatinya karena ia telah memahami Islam kafah. Dari titik itulah, Muhammad al-Fatih bercita-cita besar untuk menaklukkan Konstantinopel hingga Allah Swt. benar-benar menjadikannya pemenang. Masya Allah, Allaahu Akbar.

Jiwa dan akal keluarga dan generasi harus terwarnai oleh Islam kafah sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 208 yang memerintahkan agar masuk ke dalam Islam secara kafah.

Oleh karena itu, tidak ada tempat bagi moderasi beragama di dalam Islam. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, justru ini tidak lebih sebagai sebuah strategi Barat untuk menyesatkan pemahaman umat.

Maka,penanaman Islam kafah yang kukuh dan berpengaruh pada kehidupan itulah yang akan menjadi solusi bagi para guru, sekolah, pelajar, mahasiswa dan keluarganya.

Dengan menanamkan pemikiran Islam yang murni yang diamalkan dalam kehidupan, serta didukung oleh suasana masyarakat yang Islami, maka generasi muda dan keluarga muslim insyaallah akan terhindar dari kerusakan. Bahkan, mereka akan mampu menangkal kerusakan yang menggempur mereka. Yaitu dengan hadirnya kebijakan negara yang mampu menerapkan Islam secara murni dan kafah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka. Firman-Nya,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66]: 6).

Wallaahu ‘alam bishshowwab.

Oleh : Kurnia Rusmini

disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu masyarakat yang ingin menuangkan pokok-pokok fikiran, ide serta gagasan yang sepenuhnya merupakan hak cipta dari yang bersangkutan. Isi, redaksi dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.