Samarinda - Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur, H. Mohlis, S. Ag. MM,. memberikan pembinaan materi Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Penguatan Moderasi Beragama kepada Kepala Madrasah RA, MI, MTs, dan MA, Wakil Kepala Kurikulum MTs, dan MA, Koordinator kurikulum MI, serta Guru RA se-Kabupaten Paser, di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Paser, Rabu (02/11/2022).
Senada dengan itu, Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenpora, Nadiah Zainudin Amali hari Jumat (9/9) pagi membuka acara Moderasi Beragama yang di selenggarakan Kemenpora di Aula Putri Aji Karang Melanu, Universitas Balikpapan, Katim.
Pada acara tersebut, Nadiah Amali menyampaikan peran pemuda saat ini penting untuk kemajuan bangsa Indonesia. Kerukunan umat beragama menurutnya menjadi modal utama bagi bangsa Indonesia untuk maju. “Tanpa kerukunan, akan sulit untuk menggapai cita-cita besar bangsa agar sejajar dengan bangsa besar lainnya di dunia,” kata Nadiah.
Menurut Nadiah, peran pemuda dalam pengembangan toleransi dan kerukunan antar umat beragama merupakan karya dan tugas bersama bangsa Indonesia dari masa ke masa. Dan baginya, toleransi dan kerukunan antar umat beragama dilakukan tanpa mengusik aqidah dan keimanan masing-masing pemeluk agama.
Benarkah dengan pengembangan toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang ditanamkan melalui Moderasi beragama, sudah mampu memberi solusi bagi para pemuda atas berbagai permasalahnnya, sedangkan saat ini semakin bertambah masalah-masalah khususnya dikalangan generasi muda, yang terkait dengan gangguan mental mereka.
Gangguan mental menjadi
tren baru di kalangan generasi. Lantas, dengan bermunculannya masalah-masalah
seperti ini, mengapa penguasa justru sibuk dengan proyek moderasi di kalangan
generasi? Ditambah, Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan
saat ini memang tengah berjalan sebuah proyek besar yang disebut moderasi
agama. Sasaran utamanya Islam dan umat Islam. Sebenarnya, ada apa dibalik
Moderasi Beragama?
Proyek Besar Moderasi
Beragama, dibuat dan dipesan oleh Barat
Barat menilai, setelah runtuhnya komunisme,
tantangan mendatang bagi hegemoni barat adalah Islam. Agar tidak menjadi
ancaman, Dunia Islam harus dibuat ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta
mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global,”
jelasnya.
Semua rencana ini, terbaca sangat nyata dalam
dokumen yang dikeluarkan oleh Rand Corporation pada 2007, berjudul Building
Moderate Muslim Network. “Di situ dijelaskan juga karakteristik muslim
moderat, yakni Muslim yang menyebarluaskan dimensi-dimensi kunci peradaban
demokrasi, termasuk di dalamnya gagasan tentang HAM, kesetaraan gender,
pluralisme, serta menerima sumber-sumber hukum nonsektarian.
Ringkasnya, Islam moderat adalah pemahaman Islam
yang disesuaikan dengan pemikiran, pemahaman, dan peradaban Barat. Dengan
demikian, muslim moderat adalah sosok muslim yang menerima, mengadopsi,
menyebarkan dan menjalankan pemahaman Islam ala Barat.
Proyek ini bertujuan untuk menancapkan paham
tertentu yang disebut Islam moderat dan menjadikan kaum muslim menjadi muslim
moderat. Program ini menyasar para guru agama, mahasiswa, kaum milenial hingga
kalangan pesantren.
Proyek ini tidak datang tiba-tiba. Barat menilai,
setelah runtuhnya komunisme, tantangan mendatang bagi hegemoni barat adalah
Islam. Agar tidak menjadi ancaman, Dunia Islam harus dibuat ramah terhadap
demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk
menciptakan perdamaian global.
Proyek Moderasi dibuat Dalam Rangka Menjauhkan
Umat Islam dari Kebangkitannya
Musuh-musuh Islam menggandeng kaki tangannya dari
kalangan umat Islam sendiri untuk menderaskan pemikiran kufur tersebut di
tengah-tengah umat. Mulai dari penguasa, ulama, intelektual, pengusaha, pemuda,
hingga rakyat biasa telah teracuni pemikiran sesat dan menyesatkan ini.
Mengapa?
Mereka tidak ridho jika umat Islam terus bangkit.
Mereka terus berupaya memadamkan cahaya Islam. Dana digelontorkan dan strategi
sistemik pun dirancang untuk tujuan besar itu. Salah satunya adalah dengan ‘menderaskan
sekularisme melalui program moderasi beragama. dengan dalih menyesuaikan
zaman, hukum-hukum Islam diubah sesuai kehendak kafir Barat penjajah. Istilah
jihad dan Khilafah yang merupakan bagian dari ajaran Islam, tercantum bahkan
dalam Al-Qur’an, distigma negatif, sehingga harus dihilangkan dari benak umat
Islam.
Tanpa disadari, pendidikan moderasi beragama ini
telah ditargetkan masuk dalam ranah keluarga. Seorang publik figur didaulat
menjadi sosok yang akan memberikan panduan bagaimana keluarga menanamkan
moderasi beragama dalam mendidik anak dari sejak pranatal hingga pascanatal.
Agar umat menerima pemahaman moderasi beragama dalam keluarga ini,
disandingkanlah dengan berbasis pada Al-Qur’an. Hal ini tertuang dalam
disertasi yang berjudul “Pendidikan Moderasi Beragama dalam Keluarga
Berbasis Al-Qur’an”.
Sepertinya disertasi ini sangat menarik dan
inspiratif. Namun jika ditelaah secara teliti, mengandung racun yang sangat
berbahaya. Moderasi beragama adalah ide Barat yang ruhnya sekularisme-kapitalis,
yang dia benarkan kebatilannya dengan berbasis atau berlandaskan pada
Al-Qur’an. Padahal moderasi beragama adalah ide batil yang lahir dari akidah
sekularisme yang batil. Sedangkan Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT, sumber
kebenaran hakiki.
Terlihat memikat dan menjanjikan, padahal moderasi
beragama berpotensi menciptakan atmosfer kekacauan sesama pemeluk beragama.
Bukankah keragaman agama, suku, dan budaya adalah alami adanya? Justru ‘memaksakan
agar semuanya seragam’ dengan karakter moderat telah membajak setiap konsep
agama dan keyakinan individu.
Karakter moderat berada di wilayah abu-abu dan
tidak berprinsip. Hal ini kontras dengan konsep Islam yang menyatakan, “Lakum
diinukum waliyadin (untukmu agamamu dan untukku agamaku).” Moderasi
beragama jelas merupakan konsep yang mengancam kehidupan beragama. Generasi
Islam sendiri akan mengalami krisis identitas yang akut.
Moderasi beragama akan melahirkan profil generasi
umat yang moderat sesuai standar Barat penjajah. Profil muslim yang menerima
ide demokrasi, liberalisme, pluralisme, feminisme, hak asasi manusia, menolak
formalisasi syariat Islam kaffah dalam institusi negara, dan
menolak Khilafah Islam. Imannya lemah, tidak mau terikat dengan syariat Islam,
meninggalkan aktivitas dakwah, bahkan mampu mengaborsi kebangkitan Islam.
Inilah yang dikehendaki musuh-musuh Islam. Dan profil generasi Islam kaffah otomatis
sirna.
Umat Islam Harus Membendung Diri dari Arus
Moderasi Beragama
Menurut Ustadz Muhammad Ismail Yusanto bahwa pada
QS An-Nisa’ ayat 89, Allah mengingatkan perilaku kaum kafir yang akan terus
berusaha membuat kita menjadi kafir sehingga kita sama dengan mereka.
Secara i’tiqadi (secara akidah)
sambungnya, kesamaan itu akan terjadi ketika kita murtad mengikuti agama
mereka. “Namun, ini tidak mudah, karena umat Islam masih memiliki kesadaran
untuk tetap mempertahankan agamanya. Yang mungkin terjadi adalah umat Islam
tetap sebagai muslim, tetapi cara berpikir dan perilakunya sudah tidak ada
bedanya dengan orang kafir alias sama saja. Jika sudah sama, maka umat Islam
tidak akan lagi menjadi penghalang bagi perwujudan semua keinginan Barat.
Tampaknya hal inilah yang saat ini terjadi,” papar beliau.
Upaya melindungi generasi membutuhkan peran serta
seluruh komponen umat. Semua pihak, baik negara, masyarakat, lembaga pendidikan
maupun keluarga harus berperan aktif dan turut serta dalam melindungi generasi.
Untuk memahamkan pemuda haruslah dari segala arah
sebab jauhnya pemuda dari Islam adalah persoalan sistemis. Mulai dari
lingkungan pendidikan, media, hingga keluarga, semua harus turut melindungi
generasi dengan memberikan pemahaman yang benar tentang Islam. Semua ini tidak
akan mungkin terlaksana jika sistem yang menaunginya adalah sistem kufur.
Perlindungan secara menyeluruh terhadap generasi
hanya mungkin terlaksana jika syariat Islam terterapkan secara keseluruhan
dalam sistem pemerintahan Islam, bukan dalam sistem seperti saat ini.
Rasulullah saw. bersabda, “Konstantinopel akan
jatuh di tangan orang Islam. Pemimpin yang akan menaklukkannya adalah
sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang mengikutinya adalah sebaik-baik
pasukan.” (HR Ahmad bin Hanbal al-Musnad 4/335)
Keberhasilan Muhammad al-Fatih sejatinya karena ia
telah memahami Islam kafah. Dari titik itulah, Muhammad al-Fatih bercita-cita
besar untuk menaklukkan Konstantinopel hingga Allah Swt. benar-benar
menjadikannya pemenang. Masya Allah, Allaahu Akbar.
Jiwa dan akal keluarga dan generasi harus
terwarnai oleh Islam kafah sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 208 yang memerintahkan agar masuk ke dalam Islam secara kafah.
Oleh karena itu, tidak ada tempat bagi moderasi
beragama di dalam Islam. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, justru ini tidak lebih sebagai sebuah
strategi Barat untuk menyesatkan pemahaman umat.
Maka,penanaman Islam kafah yang kukuh dan
berpengaruh pada kehidupan itulah yang akan menjadi solusi bagi para guru,
sekolah, pelajar, mahasiswa dan keluarganya.
Dengan menanamkan pemikiran Islam yang murni yang
diamalkan dalam kehidupan, serta didukung oleh suasana masyarakat yang Islami,
maka generasi muda dan keluarga muslim insyaallah akan terhindar dari kerusakan.
Bahkan, mereka akan mampu menangkal kerusakan yang menggempur mereka. Yaitu
dengan hadirnya kebijakan negara yang mampu menerapkan Islam secara murni dan
kafah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
memerintahkan hamba-Nya untuk menjaga diri dan keluarganya dari siksa api
neraka. Firman-Nya,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ
نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ
لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.
At-Tahrim [66]: 6).
Wallaahu ‘alam bishshowwab.
Oleh : Kurnia Rusmini
disclaimer :
Tulisan ini merupakan partisipasi individu masyarakat yang ingin menuangkan
pokok-pokok fikiran, ide serta gagasan yang sepenuhnya merupakan hak cipta dari
yang bersangkutan. Isi, redaksi dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung
jawab penulis.
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru