Share ke media
Opini Publik

Mubalighoh Kaltim Tolak Demokrasi: Islam Jalan Perubahan Hakiki

23 Aug 2024 02:00:30590 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : Acara Mubalighoh Kaltim Tolak Demokrasi: Islam Jalan Perubahan Hakiki Sedang Berlangsung

Samarinda 

#Reportase

Mubalighoh Kaltim Tolak Demokrasi: Islam Jalan Perubahan Hakiki

(Samarinda, Ahad 12 Agustus 2024) Dalam memperingati hijrah Rasulullah Saw para tokoh mubalighoh Provinsi Kalimantan Timur berkumpul dalam Liqa Muharram Mubalighoh Aswaja Kaltim 1446 H dengan tema “Perubahan Hakiki: Tinggalkan Demokrasi, Ittiba’ pada Nabi Saw”. Forum yang sama juga diselenggarakan di berbagai daerah di Nusantara.

Di Kaltim sendiri, Liqo Muharram dihadiri kurang lebih 85 orang dari kalangan ustadzah dan mubalighoh Aswaja. Baik dari kalangan Nyai, Pengasuh Pesantren, Ketua dan Penggerak Majelis Taklim, Guru Agama dari berbagai daerah Kaltim seperti Samarinda, Balikpapan, Bontang, Tenggarong, Penajam, Paser Utara, dan Sangatta.

Acara berlangsung khidmat yang dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Quran dan ucapan sambutan dari tuan rumah bahwa forum ini merupakan forum silahturahmi dan penguatan akidah Islam dalam penerapan Islam Kaffah. Tujuan acara ini adalah refleksi perjuangan Nabi Saw dalam menapaki perubahan hakiki.

Di tengah carut marut kehidupan ini, umat membutuhkan perubahan yang hakiki. Berbagai pihak telah berupaya untuk melakukan perubahan, tidak terkecuali para Mubalighoh. Sementara mayoritas penggerak perubahan masih menjadikan Demokrasi melalui Pemilu sebagai satu-satunya jalan untuk melakukan perubahan.

Dengan segala curahan waktu, tenaga, dan biaya sangat besar bahkan tidak sedikit memakan korban, perubahan yang diharapkan tak kunjung terwujud. Sebaliknya carut marutnya kehidupan makin nyata. Hal ini terjadi karena belum adanya gambaran yang jernih tentang perubahan hakiki yang seharusnya dilakukan.

Melalui momen Muharram sebagai bulan hijrah dari sistem kufur Jahiliyah di Makkah menuju sistem Islam di Madinah, Forum Mubalighoh Aswaja mengajak para tokoh dan ulama perempuan berkumpul pada agenda ini.

Ustadzah Ismariah selaku pemateri pertama menyatakan bahwa banyaknya fakta kerusakan di tengah masyarakat hari ini diakibatkan penerapan sistem sekulerisme demokrasi. Berbagai potret kehidupan masyarakat yang makin sempit. Lapangan pekerjaan bagi laki-laki yang kian sedikit, biaya hidup tinggi dikarenakan harga pokok yang menanjak naik, biaya BPJS makin mencekik, pajak makin tinggi, pendidikan yang mahal, dan banyak lagi menyebabkan kemiskinan di berbagai pelosok negeri.  Belum lagi kerusakan generasi dan kriminilitas tanpa henti menjadi bukti nyata rusaknya sistem demokrasi sekulerisme.

Inilah pangkal kerusakan dan kesengsaraan umat. Maka perlu ada upaya untuk melakukan perubahan hakiki yaitu bukan sekedar ganti pemimpin, namun juga harus mengganti sistem kehidupan. Inilah perubahan hakiki yaitu penerapan sistem Islam dalam bingkai negara. Maka sudah saatnya mencampakan sistem sekuler kapitalisme dan menegakkan sistem Islam dalam naungan negara.

Pemateri kedua yaitu Ustadzah Ima Rofah menyampaikan bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan. Dosa terbesar kaum muslimin bagi penerapan sistem sekulerisme demokrasi dikarenakan ada kesyirikan yang besar yaitu menyamakan diri dengan Sang Maha Pencipta yaitu Allah. Dengan membuat hukum yang disahkan dalam Undang-Undang sehingga kedaulatan berada di tangan manusia bukan di tangan Allah.

Demokrasi sarat dengan penipuan dan permainan kotor yang menghalalkan berbagai cara demi meraih kekuasaan. Demokrasi bahkan berada dalam kendali oligarki, sehingga legalisasi hukum akan selalu menguntungkan oligarki. Di antaranya UU No. 11 tahun 2020 yaitu UU Omnibus Law Cipta Kerja, UU IKN, UU Kesehatan, dan UU No. 28 tahun 2024 tentang pemberian alat kontrasepsi kepada remaja nyata hanya menguntungkan para “tuannya” yaitu oligkarki.

Maka demokrasi nyata membawa kerusakan karena bukan berasal dari Islam dan merupakan kesyirikan yang besar bagi kaum muslimin. Maka haram mengambil, menerapkan dan memperjuangkannya. Acara yang dipandu oleh host semakin semangat dengan pekikan takbir para peserta.

Dilanjutkan materi ketiga oleh Ustadzah Yulita Andriani yang menjelaskan perubahan hakiki bukan dengan jalan demokrasi karena demokrasi bukan berasal dari Islam, penuh permainan politik yang menipu dan destruktif.  Perubahan hakiki hanya bisa diraih dengan metode syar’i yang dicontohkan oleh tauladan kita yaitu Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad menciptakan perubahan dari masyarakat kufur di Mekkah menjadi masyarakat Islam di Madinah dengan penerapan sistem Islam secara kaffah.

Dakwah Nabi Saw dengan mengajak orang-orang untuk masuk Islam melalui diskusi bukan kekerasan. Kemudian dibina dengan pemahaman Islam yang kuat serta keimanan kokoh dalam rangka mengemban tanggung jawab dakwah.

Dengan mengikuti aktivitas dakwah Rasulullah maka perubahan hakiki akan terwujud. Kunci perubahan hakiki yaitu adanya partai politik yang didalamnya harus memiliki kader yang bersyaksiyah Islam dengan ide gagasan yang shahih dan rinci. Kemudian didukung dengan penerapan sistem yang shohih dan konsisten.

Dilanjut dengan tahap kedua yaitu interaksi dengan masyarakat melalui perang pemikiran dan perjuangan politik dengan opini umum di tengah masyarakat. Dari opini yang berkembang di tengah masyarakat akan muncul kesadaran. Sampai kepada lahirnya dukungan kepada partai politik yang mengikuti kepada aktivitas dakwah Rasul. Sebagaimana kaum anshar yang menyerahkan kekuasan kepada Rasulullah yang kemudian diikat dalam baiat Aqabah II.

Ditutup penyampaian Ustadzah Yulita Andriani dengan pernyataan perlu ada peran nyata dari para tokoh umat untuk wajibnya membina umat dengan Islam Kaffah. Tidak cukup hanya dengan memperbaiki ibadah dan akhlak semata namun perlu penerapan Islam Kaffah dalam bingkai negara.

Di sesi tanggapan semua muballighoh sepakat dengan yang disampaikan oleh para pemateri. Forum Akbar ini dilanjutkan dengan sesi konsolidasi bersama para tokoh umat Mubalighah Kalimantan Timur. Pada konsolidasi mubalighah, para tokoh mubalighah menyampaikan aspirasi dan opininya sebagai bentuk kontribusi dalam upaya menuju perubahan hakiki. Mubalighah terbukti memiliki posisi strategis dalam kancah kehidupan masyarakat hari ini, sebagaimana data potensi keterpengaruhan tokoh di Indonesia antara lain ulama 30%, Penguasa dan Pengusaha masing-masing 20%, Civil Society 15%, Intelektual 10%, dan Tokoh Adat 5%.

Ibu Eti Purwani (Ketua Penasehat MT Gabungan Karang Joang) menyampaikan bahwasanya sepakat dengan yang disampaikan. Pemahaman yang tadinya kita tidak tahu jadi tahu. Ketika sudah tahu maka harus ada ketakutan dari dalam diri ketika melanggarnnya. Dalam memberikan pemahaman kepada orang lain, kita tidak boleh bosan dan harus terus menerus disampaikan. Memang didalam dakwah kita harus sabar.

Disambung lagi dengan Ibu Nia (Mubalighoh asal kota Balikpapan) menyampaikan meskipun masih belum banyak yang belum mengambil Islam sebagai solusi negara, namun tidak ada sesuatu di muka bumi ini masalah yang tidak diselesaikan Allah. Maka saya optimis Islam kaffah pasti akan tegak.

Bunda Johana mantan pejuang demokrasi dan penguruh Majelis Taklim, mengatakan jangan terbuai mantra syirik, “kalau tidak duduk di parlemen siapa yang akan memperjuangkan nasib kita“. Maka menjadi tugas kita mendakwahkan agama ini dan menggali ilmu dengan ikut kajian.

Bunda Rusini seorang tokoh dari Kutai Timur bertambah semangat dalam memperjuang Islam dan tidak merasa takut dalam berdakwah di komunitas AGPAII guru agama di daerahnya.  Bunda Sarmi dari Loa Duri pun siap menyampaikan ke majelisnya tentang kebobrokan demokrasi dan pentingnya Islam kaffah.

Ustadzah Dwi Antini seorang guru agama dari Sangatta berkomitmen akan menyampaikan kepada orang-orang yang berada di sekitarnya tentang bahaya PP No 28 Tahun 2024 bagi generasi bangsa. Selanjutnya Bunda Eva sebagai Ketua MT Ar Rohmah Balikpapan ikut menyampaikan bahwasanya aksi kita berdasarkan perasaan, pemikiran, informasi yang benar akhirnya akan beraksi dengan benar. Maka wajib kita menyandarkannya kepada Islam Kaffah.

Acara konsolidasi tokoh berlangsung semangat dan para tokoh bersepakat untuk ikut memberikan kontribusinya menyampaikan dan mendakwahkan Islam kaffah kepada komunitas, lingkungan, dan orang-orang yang bisa diajak memperjuangkan Islam kaffah.  Acara pun ditutup dengan pembacaan doa oleh Ustadzah Jubaidah Alie dengan khidmat.[]

Diliput Oleh : Novianti Noor