Share ke media
Opini Publik

Palestina Terus Membara, Kapan Merdeka?

13 Nov 2023 02:10:40631 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : ruangtengah.co.id - Kemerdekaan Palestina Suara Yang Tak Boleh Dibungkam - 18 Oktober 2023

Samarinda - Sorot mata anak kecil yang penuh ketakutan, tangisan pilu seorang ibu dan ayah yang kehilangan anaknya, begitu pun seorang istri atau suami yang kehilangan seluruh anggota keluarganya. Setidaknya beberapa kondisi itulah yang menggambarkan Palestina hingga detik ini.

Bahkan ketika tulisan ini diketik, jumlah korban di Gaza akibat serangan kaum zionis Israel terus meningkat hingga menyentuh angka 10.818 korban termasuk 4.412 anak-anak, 2.918 wanita, dan 667 orang lanjut usia, serta 26.905 orang luka-luka. Termasuk juga 2.650 laporan orang hilang dan 1.400 anak-anak yang masih berada di bawah reruntuhan. 900 ribu penduduk kota Gaza dan bagian utaranya bahkan tidak memiliki tempat berlindung, makanan, minuman, obat-obatan atau perlindungan. (Kemenkes Palestina, 9/11/2023)

Tak henti sampai disitu, kebrutalan Zionis Yahudi terhadap rakyat Palestina semakin di luar nalar. Selain menimbulkan korban jiwa, mereka juga mengebom tempat-tempat ibadah seperti Masjid Al-Mustafa di Khan Yunis, Gaza, Masjid Al-Ikhlas, Masjid Khalid bin Walid, Masjid Al Sahwa, dan masih banyak lagi yang hingga kini totalnya meningkat menjadi 59 masjid yang telah rata oleh tanah, ditambah 136 masjid dan 3 gereja yang mengalami kerusakan. (Detik.com, 9/11/23).

Kekejian Zionis juga tak pandang bulu ketika menurut beberapa sumber, disebutkan mereka juga mengebom rumah sakit, menembak jurnalis dan tenaga medis. Padahal dalam hukum internasional mereka harus dilindungi, namun bagi Zionis Yahudi mereka tetap harus dibantai. Jelaslah sudah bahwa permasalahan yang terjadi antar Palestina dan Israel bukan hanya sekedar konflik namun yang terjadi adalah penjajahan yang berujung pada genosida (pembantaian).

Wahai kaum Muslimin tidakkah hati ini merasa pilu melihat kondisi saudara se-aqidah kita yang terus dibantai nun jauh disana? Mereka butuh pertolongan, perlindungan dan pembebasan wilayah mereka. Bukan sekedar bantuan logistik yang walaupun sedikit meringankan beban mereka, namun bayang-bayang akan kerasnya suara dentuman bom dan tembakan akan terus bergentayangan yang bisa kapan saja mencabut nyawa mereka atau membuat mereka terluka. Tentulah hati ini merasa pilu dan ingin segera menyelamatkan mereka. https://mostbet-games.net/hi/

Sungguh kita telah mengakui bahwa hari ini seluruh dunia telah berpihak kepada Palestina dan mendukung pembebasan mereka yang dibuktikan dengan berbagai ratusan aksi damai yang telah terselenggara. Bahkan baru-baru saja terbit resolusi Majelis Umum PBB yang mengakui kedaulatan Palestina dan telah didukung oleh 151 negara. Namun semua itu seakan tak ada artinya bagi Zionis Yahudi Israel. Mereka tetap membantai, merusak, menjarah dan menculik warga Palestina dengan tuduhan-tuduhan keji. Lalu apa sejatinya akar masalah yang menimpa Palestina? Mengapa pemimpin-pemimpin negeri Muslim tak bisa mengakomodasi seluruh tentaranya untuk menolong saudara di Palestina?

Kapan Merdeka?

Jika melihat fakta-fakta menyedihkan di atas, pendudukan Israel secara paksa terhadap Palestina bukanlah terjadi dalam semalam. Sejak tahun 1897, Theodore Hertzl, seorang jurnalis Yahudi, menyerukan diadakannya konggres Zionis pertama di Bassel, Swiss. Konggres ini dihadiri semua pemimpin Yahudi dari seluruh penjuru dunia yang menghasilkan keputusan untuk membentuk organisasi Yahudi Internasional dan kesepakatan mereka untuk menyetujui berkumpulnya orang-orang Yahudi di Palestina hingga terwujud tanah air untuk mereka.

Hingga pada tanggal 14 Mei 1948, mimpi buruk umat Islam pun menjadi nyata ketika Yahudi mulai mendeklarasikan negara meraka tepat di sore hari. Militer mereka berhasil mengalahkan pasukan negara-negara Arab. Mereka menduduki sekitar 77% tanah Palestina, menamakan negara ini dengan “Israel” dan mengusir sekitar 800 ribu warga Palestina. Fakta sejarah ini menunjukkan bahwa Negara Israel berdiri di atas jasad-jasad warga Palestina yang tak berdosa.

Oleh sebab itu, umat Islam mesti sadar bahwa kaum Zionis Yahudi Israel selamanya tidak akan pernah ridha terhadap umat Islam apalagi berharap mereka mau mentaati resolusi PBB. Sungguh berbagai kecaman atau kutukan dunia tak akan pernah membuat mereka takut tersebab karakter merekalah yang telah disifati Al-Qur’an sebagai kaum yang jahat, penipu dan pengkhianat. (Lihat QS Al-Baqarah ayat 120 dan QS Al-Ma’idah ayat 62).

Umat Islam juga mesti memahami bahwa konflik yang terjadi antar Palestina dan Israel akan terus berulang bahkan tidak hanya terjadi di Palestina, namun Umat Islam di belahan dunia manapun akan terus mengalami penindasan dan pengusiran seperti yang terjadi pada Kaum Muslim Uyghur, Rohingya, India, Perancis dan lainnya selama nasionalisme masih menjadi pujaan di negeri-negeri kaum Muslimin. Tersebab nasionalisme lah, umat Islam terpecah belah menjadi lebih dari 50 negara dan pemimpin negeri Muslim tidak bisa menolong saudara se-aqidah karena sibuk dengan masalahnya sendiri di negerinya.

Sungguh hukum internasional yang terwujud dalam nasionalisme telah membuat penguasa negeri-negeri Islam hanya bisa bergeming. Upaya mereka hanya sampai kepada kutukan kosong yang tak akan pernah membuat Yahudi Israel takut dan berhenti. Kebanyakan dari mereka adalah agen-agen penjajah yang telah berhutang dan menjalin kerja sama dengan Israel atau sekutunya yaitu Amerika sehingga mereka tak mampu menolong langsung dan hanya berlindung dibalik ketiak penjajah.

Oleh karenanya, kita mesti sadar bahwa Palestina dan negeri-negeri kaum Muslimin lainnya akan terus terjajah selama umat Islam masih tersekat-sekat dengan nation state (negara bangsa). Perlu solusi final untuk menghentikan berbagai penjajahan di dunia ini. Tak usahlah berharap pada HAM (Hak Asasi Manusia) karena terbukti HAM hanyalah senjata bagi negara-negara Barat untuk terus mengkriminalisasi umat Islam. Lalu apa solusi final tersebut?

Islam Perisai Umat

Rasulullah saw., bersabda, “Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan pembunhan seorang Muslim.” (HR. Tirmidzi dan an-Nasa’i). Melalui hadis ini saja, sudah dapat dipastikan bahwa Islam sangat menjaga nyawa manusia dan berdosa besar di sisi Allah jika nyawa manusia terlebih umat Islam jatuh secara sia-sia. (Lihat QS Al-Ma’idah ayat 32).

Oleh karena itulah ketika penguasa Amuriah yang kafir diketahui telah menawan seorang wanita yang disiksa dan dihinakan hingga berteriak meminta tolong, Khalifah Al-Mu’tashim Billah langsung mengerahkan puluhan ribu pasukan kaum Muslim menuju kota Amuriah hanya demi menyelamatkan seorang Wanita tersebut. Bisa dibayangkan jika nyawa satu wanita saja begitu dihormati dan dihargai, maka bagaimana dengan ribuan nyawa umat Islam di Palestina? Tentu jika Khalifah Al-Mu’tashim mengetahui kondisi Palestina yang terjajah hari ini, maka ia akan menangis dan marah atas ketidakberdayaan umat Islam menyelamatkan saudaranya sendiri.

Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya umat Islam bagaikan satu tubuh yang jika salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka seluruh tubuh juga ikut merasakan sakit. Umat Islam adalah bersaudara dan mereka diperintahkan oleh Rasul mereka yang mulia untuk saling membela dan menjaga kehormatan sebagaimana sabdanya, “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya. Dia tidak layak menzalimi dan menyerahkan saudaranya kepada musuh…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Wahai kaum Muslimin, saudara-saudara kita di Palestina yang tertindas hari ini tidak membutuhkan obat-obatan atau makanan, namun yang mereka butuhkan adalah pasukan tentara jihad yang akan menolong mereka, menghancurkan musuh mereka dan membawa mereka kembali kepada kemuliaan hidup. Apalah guna tentara negeri-negeri Muslim yang telah dilatih sekian tahun namun justru tidak bisa menolong saudara mereka sendiri? Apa guna tank-tank, senjata dan nuklir negeri-negeri Arab jika tak pernah digunakan untuk menghancurkan musuh-musuh Islam? Apa mereka telah terjangkiti penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati)?

Sungguh solusi final untuk Palestina hari ini tidak lain hanyalah dengan penerapan Islam dalam naungan khilafah rasyidah yang kapasitas pemimpinnya seperti Khalifah Umar bin Khattab, Shalahuddin Al Ayyubi, dan Khalifah Al-Mu’tashim Billah yang selamanya tidak akan rela jika Baitul Maqdis diinjak-injak oleh kaum zionis Yahudi Israel yang dilaknat Allah. Umat Islam butuh pemimpin seperti Sultan Abdul Hamid II yang tegas mengatakan “Selama aku masih hidup, tak akan kubiarkan siapapun merampas tanah kaum Muslimin!“ Perkataannya ini disampaikan ketika pemimpin Yahudi Theodore Herzl membujuknya agar memberikan sebagian kecil wilayah Palestina untuk mendirikan pemukiman Yahudi.

Bergegaslah wahai umat Islam. Bergegaslah untuk menolong saudara kalian. Penuhilah seruan Allah, jika Allah telah menyeru kalian dan janganlah kalian berpaling karena niscaya azab Allah menghampiri. Allah Taala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ ٱنفِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱثَّاقَلْتُمْ إِلَى ٱلْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُم بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا مِنَ ٱلْءَاخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ* إِلَّا تَنفِرُوا۟ يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْـًٔا ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Terjemah: “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. At-Taubah [9]: 39). 

Wallahu ‘alam bis shawab.

Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswa)