Share ke media
Wisata

Ribuan Warga Ikuti Proses Mengulur Naga Dan Belimbur di Puncak Erau Adat Pelas Benua

01 Oct 2023 08:00:55510 Dibaca
No Photo
Tradisi Belimbur di sebagai puncak acara Erau Adat Pelas Benua. (istimewa)

Tenggarong - Prosesi Ngulur Naga dan Belimbur yang dipusatkan di halaman Keraton/Museum Mulawarman, Tenggarong, Ahad (1/10/2023) menjadi puncak ritual Erau Adat Pelas Benua Kutai Kartanegara (Kukar) Tahun 2023. Prosesi Ngulur Naga dan Belimbur ini merupakan salah satu ritual sakral dalam upacara Adat Erau.

Dalam ritual ini, rombongan utusan Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura mengarak sepasang replika naga laki dan naga bini untuk dilepaskan di Kutai Lama, Kecamatan Anggana, yang menjadi tempat asal legenda naga tersebut.

Meski dipuiisatkan di halaman keraton, namun Belimbur juga dilakukan setiap sudut Tenggarong. Di jalanan kota, masyarakat saling menyiram air untuk membersihkan diri. Menariknya, salah satu syarat dalam kegiatan adat ini yaitu masyarakat yang disiram tidak boleh marah. Semuanya harus basah dan riang gembira yang diartikan dalam Belimbur adalah pembersihan diri.

Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten I Setkab Kukar Akhmad Taufik Hidayat menuturkan, Belimbur merupakan proses upacara adat yang dilakukan untuk menyucikan diri Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dari pengaruh jahat. Prosesinya dimulai oleh Sultan dengan memerciki tubuhnya menggunakan Air Tuli, air suci dari perairan Kutai Lama, dengan Mayang Pinang. Serta memerciki Air Tuli ke empat penjuru mata angin, dilanjutkan dengan memercikkan air dengan tangannya kepada para kerabat serta orang-orang yang terdekat dengannya.

“Ritual ini dilakukan pula secara bersama-sama oleh seluruh rakyat Kukar dan para pengunjung untuk mendapatkan penyucian diri dan perlindungan diri dari unsur-unsur jahat, baik yang berwujud maupun tak berwujud,” ujarnya.

Makna sakral dari puncak pelaksanaan Erau ini supaya Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dan orang-orang di sekitarnya, serta rakyat Kukar secara umum mendapatkan keberkahan, keselamatan, dan terhindar dari malapetaka. Hal ini dapat pula bermakna upaya Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura untuk menegakkan kebenaran, baik yang tersurat maupun tersirat. Memiliki ikatan dengan kekuatan magis yang dipercayai dalam adat istiadat yang berkembang di wilayah Kukar serta memberi isyarat penerimaan pada pancaran kekuatan spiritual bagi siapapun yang mengikuti prosesi ritual adat Erau.

“Erau sebagai festival rakyat membuktikan kekayaan dan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat Kutai Kartanegara secara khusus dan bangsa Indonesia secara umum,” sebutnya.

Erau tersebut merepresentasikan identitas bangsa Indonesia melalui kearifan lokal masyarakat Kukar serta bagaimana antusiasme masyarakat dalam merawat nilai-nilai adiluhung dari tradisi dan budaya yang dimilikinya.

Menurut Edi, event Erau bagi Pemkab Kukar merupakan ruang terbuka yang tersedia bagi masyarakat Kukar dalam menampilkan jati diri serta mengaktualisasikan seni dan budayanya guna meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kukar, terutama agar perekonomian masyarakat Kukar terus bergerak. Erau juga menjadi potensi penggerak peningkatan pariwisata di wilayah Kaltim serta akan menjadi citra eksklusif yang membanggakan bagi masyarakat Kaltim dan berdirinya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di wilayah Kaltim di masa yang akan datang.

Pihaknya mengutip salah satu pasal dalam Undang-Undang (UU) Panji Selaten Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang menyebutkan bahwa “Siapa-siapa yang ada di Tanah Kutai dan teluk rantaunya, meminum air dan diam berusaha dalam daerahnya, tiada menjunjung akannya atau hukum ini, akan dihukum oleh Tanah Kutai serta adatnya”.

Guna menjaga kesakralan adat Erau yang secara esensial merupakan ritual untuk memelas (tepong tawar) tanah, hutan, dan air agar rakyat mendapat kemakmuran dan kesejahteraan maka seyogianya setiap orang menjaga sikap kepatutan dalam prosesi ritual adat Mengulur Naga dan Belimbur ini.

“Saya meminta masyarakat untuk tetap menjaga dan junjung tinggi marwah adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dengan menjaga etika serta kaidah bersikap secara normatif dalam upacara Erau Adat Pelas Benua tahun 2023 ini, sehingga Erau dapat terlaksana dengan lancar, aman, dan tertib,” tegas Bupati. (dn)