Oleh:
M. Husni Fahruddin Al Ayub, A.Md, S.Hut, SH, MH CLA
Ketua Tim Pemenangan AnNuR
Ia berasal dari kerajaan Plantae, famili Moraceae dengan marga Ficus. Masyarakat dunia mengenalinya sebagai spesies Ficus Benjamina. Di Indonesia, kita menyebutnya sebagai beringin—akrab dengan budaya asli Nusantara. Tumbuhan berbentuk pohon besar yang sering kali dianggap suci dan melindungi penduduk setempat. Makin tua umurnya, makin keramat ia karena dianggap sebagai tempat kekuatan magis berkumpul.
Kita mahfum, beringin adalah pohon besar nan rindang. Ia melindungi dan memberikan kesejukan. Akarnya menjalar menembus tanah. Buahnya selalu hadir memberikan manfaat bagi kehidupan lainnya.
Sebagai makhluk yang banyak memberikan manfaat, tentu ia harus besar, kuat, kokoh, tinggi menjulang, dominan, memiliki produktivitas tinggi dengan menghasilkan anakan-anakan yang mudah tumbuh dan berkembang, berbuah, dan berbunga—tanpa mengenal musim, usia panjang, dan tidak bisa ditumbangkan dengan mudah, survive dengan pelbagai kondisi. Kriteria ini menunjukkan beberapa ciri khas makhluk pemimpin.
Partai Golongan Karya—dengan simbol pohon beringin—nampak seirama. Golkar adalah partai besar. Ia mengakar kesegala lapisan dan penjuru, tersistem dengan instrumen yang sangat kompleks, mencetak kader yang menguasai posisi terdepan di pelbagai lini, partai lawas yang terus bertahan, selalu bisa keluar dari setiap permasalahan.
Partai Golkar kini telah berubah. Tak sekadar menjadi pelindung, namun pohon estetik—yang di bonsai, dikerdilkan, untuk dipandang dan dilihat kemudian dijual dengan harga yang tinggi.
Golkar miskin kader yang dijadikan pemimpin, itulah sekarang yang terlintas. Apakah itu realitas? Jauh hari sejak zaman Aburizal Bakrie hingga Setya Novanto—kini memantapkan Airlangga Hartato. Semua masih mengelukan yang bukan kader sebagai calon presiden—kini yang disuarakan Joko Widodo sebagai Presiden. Dalam inti sambutan Airlangga Hartato, hanya nama Jokowi yang digadang-gadang sebagai presiden 2 periode.
Jokowi pun dalam sambutannya, menceramahi Partai Golkar; jangan ada grup-grup, jangan terpecah, perlu kembali ke jati diri sebagai partai karya. Pun Ketua Dewan Pengurus Daerah Partai Golkar provinsi se-Indonesia meminta Jokowi merestui Airlangga Hartato sebagai Ketua Umum Partai Golkar selanjutnya.
Partai Golkar sejatinya menjadi beringin yang utuh bila saat pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa terdengar suara yang meneriakan satu nama kader Partai Golkar sebagai pendamping Jokowi.
Partai Golkar butuh persemaian untuk menciptakan beringin-beringin berkualitas sesegera mungkin. Airlangga Hartato, di tanganmu Partai Golkar dapat seirama dengan beringin aslinya. (*)
*/: Hotel Sultan Jakarta, 18 Desember 2017, disela Munaslub Partai Golkar
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru