Tenggarong – Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kutai Kartanegara (Kukar) Bidang Sosial Budaya bekerja sama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) menggelar seminar pembangunan kesehatan mendukung pencegahan stunting di Hotel Grand Elty Singgasana, Tenggarong, Selasa (10/10/2023). Seminar ini guna lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan jajaran pengurus DWP.
Kepala DP3A Kukar yang diwakili Kabid Kualitas Hidup Perempuan, Kualitas Keluarga, Data dan Informasi Chalimatus Sakdiah membuka seminar ini. Dalam sambutan dikatakan, tema kegiatan yaitu peningkatan sumber daya manusia (SDM) pengurus DWP Kukar, menuju perubahan perilaku keluarga menuju percepatan pencegahan stunting.
“Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar. Serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global,” bebernya.
Lebih lanjut disampaikan, isu kesetaraan gender serta isu perempuan dan anak lainnya saling berkaitan satu sama lain. Salah satunya isu tumbuh kembang anak usia dini yaitu stunting.
“Stunting menjadi salah satu program prioritas pemerintah karena dampaknya yang berkepanjangan sehingga diperlukan intervensi berkelanjutan dalam pencegahan dan penurunan angka stunting di Indonesia. Perlu disadari, dalam menyelesaikan isu stunting dibutuhkan kerja sama dari berbagai macam sektor pembangunan,” terangnya.
Kata Chalimatus, untuk mencetak generasi emas dan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, sangatlah penting memberi perhatian pada tumbuh kembang anak. Dalam seribu hari pertama masa kehidupannya sejak dalam masa kandungan.
“Di masa ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai aspek, yang menentukan kualitasnya di masa depan. Karena itu, pemerintah telah menetapkan stunting sebagai program prioritas yang perlu dicegah dan ditangani,” paparnya.
Penyebab stunting pada anak, sambungnya, sangatlah kompleks dan berlapis. Meskipun secara umum penyebab utama kurangnya gizi pada ibu dan anak adalah kurangnya asupan makanan bergizi serta penyakit, faktor sosio-kultural, ekonomi, politik, dan kesetaraan gender pun turut mendasari penyebab terjadinya stunting.
“Perkawinan usia anak, kemiskinan, kekerasan berbasis gender (KBG), hingga ketimpangan gender dalam mengakses pendidikan, layanan kesehatan, serta sumber daya lainnya terhadap perempuan menjadi bagian yang mempengaruhi resiko stunting,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua DWP Kukar Yulaikah Sunggono mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kegiatan ini. Dia berharap para peserta dapat mengikuti dan memahami materi yang diberikan, serta menyebarluaskan ilmu yang didapat.
“Isu stunting tidak akan dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, apalagi hanya menitikberatkan intervensi pada sektor kesehatan semata,” sebut Yulaikah.
Karenanya semua sektor pembangunan harus bekerja sama dalam menyelesaikan isu stunting serta isu-isu ketidaksetaraan gender, isu perempuan dan anak lainnya yang saling berkaitan satu sama lain.
“Sebagai organisasi istri pegawai negeri atau ASN, dituntut harus mengetahui masalah stunting ini. Kita juga dituntut untuk menjaga kesehatan dan ketahanan keluarga, serta tumbuh kembang anak sesuai dengan salah satu misinya memperkuat peran perempuan dalam pembangunan keluarga dan nasional,” tutur Yulaikah. (dn)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru