Samarinda - Pendidikan berkualitas adalah pondasi penting untuk mencetak generasi yang cerdas dan berakhlak mulia, Guru adalah pilar penting bagi negara, karena mereka tidak hanya sekedar menstranfer Ilmu tapi juga berperan untuk mencerdaskan dan membentuk karakter peserta didik. Namun, tantangan besar seperti kekurangan guru yang berkualitas menjadi hambatan yang signifikan, Dalam kondisi ini, harapan akan pendidikan berkualitas terasa seperti mimpi yang sulit terwujud.
Beginilah Potret yang terjadi kepada ratusan siswa SMPN 9 Bontang yang mengalami keterbasatasan tenaga pendidik. Berdasarkan pernyataan dari Kepala Sekolah SMPN 9 Bontang, Lilyn Indriyawati, saat ini mereka memiliki total 342 siswa dan hanya memiliki 19 guru untuk menangangani para siswa. Kondisi ini akhirnya menuntut pengorbanan besar dari para guru, meskipun menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik), jumlah guru yang ada dianggap mencukupi.
Belum lama ini Lilyn mengungkapkan banyak guru harus mengajar hingga 36 jam per minggu, yang tentu sangat melelahkan. Namun, mereka tetap semangat untuk memenuhi jam mengajar sesuai ketentuan Dapodik. Ia juga mengatakan bahwa tantangan tersebut tidak membuat guru di SMPN 9 Bontang menyerah. Sebaliknya, mereka terus berupaya menjaga semangat dalam menjalankan tugas. Tenaga didik di lingkupnya bekerja dengan hati. Mereka tidak hanya mengajar tetapi juga membimbing dan memotivasi siswa agar tetap berprestasi, meskipun di tengah keterbatasan.
Di SMPN 9 Bontang memiliki lingkungan hijau yang menjadi daya tarik tersendiri. Dengan ini Lilyn percaya, suasana asri di sekolah memberikan energi positif bagi siswa dan guru. Pasalnya, tanaman di sekitar sekolah menciptakan lingkungan yang nyaman. Lilyn berharap adanya tambahan tenaga pendidik agar siswa mendapatkan perhatian yang lebih baik dan proses pembelajaran berjalan lebih efektif sehingga kualitas pengajaran semakin optimal. (KaltimAkurasi.id, 27 November 2024)
Pendidikan Berkualitas: Masih Jauh dari Harapan
Berdasarkan data dari Kemendikbud, Indonesia mempunyai sebanyak 3,3 juta guru di sekolah negeri. Ironisnya, pada 2024 potensi kekurangan jumlah guru bisa terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya karena jumlah yang pensiun rata-rata mencapai 70 ribu guru setiap tahunnya. Nunuk Suryani, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek menyatakan bahwa Indonesia berpotensi mengalami kekurangan guru sekitar 1,3 juta orang pada tahun 2024.
Pendidikan berkualitas membutuhkan jumlah guru yang memadai agar proses pengajaran bisa optimal. Indonesia sendiri memiliki jumlah penduduk yang besar, dengan penyebaran sekolah yang banyak sampai ke setiap pelosoknya. Miris sekali, jika satu guru harus menangani beberapa kelas sekaligus. Selain itu, guru juga kerap kali harus mengajar mata pelajaran di luar kompetensinya dan menangani lebih banyak siswa. Akibatnya mengurangi efektivitas pengajaran sehingga berdampak langsung pada kualitas pendidikan siswa.
Dalam kondisi kekurangan guru, maka beban kerja guru yang ada menjadi semakin berat. Belum lagi menghadapi kekurangan ekonomi karena gaji mereka yang minim, seingga guru masih harus pencari usaha sampingan, bahkan mirisnya tidak sedikit guru yang terjerat pinjol. Kondisi ini diperburuk dengan banyak nya anak didik yang terpapar prinsip hidup yang sekuler serta dengan adanya ancaman kriminalisasi dari para orang tua siswa. Tidak heran hal ini menyebabkan bukan hanya kualitas pengajaran yang menurun tetapi juga meningkatkan risiko kelelahan serta tekanan psikologis yang menyertai para guru.
Ironisnya, di sisi lain, banyak lulusan pendidikan yang menganggur. Pemerintah memiliki peluang besar untuk mengatasi dua masalah sekaligus: merekrut tenaga guru baru untuk mengisi kekosongan dan mengurangi angka pengangguran. Namun, kebijakan ini sering kali terhambat oleh anggaran daerah yang terbatas. Pemerintah daerah sering kali enggan menambah jumlah guru karena khawatir terbebani oleh pengeluaran untuk gaji dan tunjangan. Alhasil, sekolah terpaksa mempertahankan jumlah guru yang ada, meskipun kebutuhan terus meningkat dan berdampak pada kualitas pembelajaran.
Adanya penerapan Sistem Kapitalisme saat ini yang menjadikan dunia pendidikan sering kali membuat sektor ini terjebak dalam paradigma bisnis. Pendidikan tidak lagi diprioritaskan sebagai hak dasar, melainkan dilihat dari segi keuntungan. Pendidikan tidak di anggap sebagai hal yang penting, karena faktor penunjang Pendidikan, yaitu ketersediaan guru yang berkualitas tidak menjadi perhatian bagi para penguasa.
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Ekonomi (SDAE) yang tidak tepat membuat dana untuk pembangunan Pendidikan, termasuk perekrutan guru, sering kali tidak mencukupi. Padahal Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, tetapi pengelolaannya yang tidak tepat membuat hasilnya tidak sepenuhnya dinikmati masyarakat. Jika sumber daya alam dikelola dengan baik, anggaran untuk pendidikan, termasuk perekrutan guru yang berkualitas, dapat ditingkatkan secara signifikan.
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak tepat menyebabkan hasil dari kekayaan ini tidak dirasakan secara optimal oleh masyarakat, salah satunya termasuk untuk sektor pendidikan. Sumber daya alam seharusnya menjadi modal utama untuk kemakmuran rakyat. Namun banyak sumber daya alam dikelola oleh perusahaan asing yang keuntungannya lebih banyak mengalir keluar negeri daripada ke kas negara. Dampaknya, dana yang seharusnya digunakan untuk Pendidikan yang berkualitas menjadi minim.
Dalam sistem kapitalisme, Sumber daya alam dieksploitasi habis-habisan tanpa memikirkan keberlanjutan, sementara rakyat tidak mendapatkan manfaat yang seharusnya bahkan justru mendatangkan berbagai dampak negatif kepada rakyat seperti kerusakan dan pencemaran lingkungan. Tidak heran banyak rakyat yang menderita tak terkecuali para guru yang jauh dari kata Sejahtera akibat buah dari sistem kapitalisme ini.
Solusi Islam : Pendidikan Prioritas Utama
Dalam Islam, pendidikan bukan hanya menjadi kebutuhan individu, tetapi juga kewajiban sosial yang harus dipenuhi oleh negara. Islam memberikan perhatian besar terhadap pendidikan dan menjadikan guru sebagai pilar penting dalam mencerdaskan umat. Negara bertanggung jawab menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, termasuk guru yang kompeten.
Islam mengelola sumber daya alam dengan prinsip keadilan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, termasuk pendidikan. Dana dari pengelolaan ini digunakan untuk membangun sekolah, mengembangkan kurikulum, dan merekrut guru yang berkualitas. Pendidikan diselenggarakan oleh negara tanpa membebankan biaya kepada masyarakat. Kekhalifahan Islam memastikan setiap individu mendapatkan akses pendidikan tanpa diskriminasi. Baik kaya maupun miskin semua memiliki hak yang sama untuk mendapatkan Pendidikan yang terbaik.
Tujuan pendidikan Islam adalah mencerdaskan akal dan membentuk jiwa islami. Dalam Islam meraih ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, laki-laki dan perempuan. Rasulullah saw. bersabda, “Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.” (HR Ibnu Majah).
Orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi di sisi Allah Swt., sebagaimana firman-Nya, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan yang diberi ilmu di antara kalian beberapa derajat.” (QS Al-Mujadilah [58]: 11).
Guru dalam sistem Islam tidak hanya dijamin kualitasnya melalui pelatihan dan pendidikan yang memadai, tetapi juga dijamin kesejahteraannya. Sehingga mereka dapat fokus pada tugas mengajar tanpa khawatir untuk memuhuhi kebutuhan hidup. Negara bertanggung jawab penuh untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk guru yang memadai. Negara tidak akan membiarkan kekurangan guru menghambat pendidikan rakyatnya.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, beliau dikenal sangat memperhatikan pendidikan. Guru-guru diberikan gaji yang layak agar mereka bisa menjalankan tugas dengan optimal. Ia memandang pendidikan sebagai investasi jangka panjang untuk kemajuan umat. Begitu pula pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, di mana pendidikan berkembang pesat dan guru-guru dihormati serta diberikan fasilitas yang memadai. Adanya pemberian insentif khusus kepada guru yang bersedia mengajar di daerah terpencil. Kebijakan ini berhasil meningkatkan pemerataan pendidikan di seluruh wilayah kekhalifahan. Juga membangun perpustakaan besar, Baitul Hikmah, sebagai pusat pembelajaran.
Krisis guru adalah tantangan besar yang membutuhkan solusi komprehensif. Pendidikan berkualitas tidak akan tercapai tanpa keberadaan guru yang cukup, berkualitas, dan sejahtera. Sistem Islam memberikan teladan bagaimana pendidikan dan guru harus dihargai untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan berakhlak mulia. Wallahualam bissawab.
Oleh : Rizky Saptarindha A.md (Aktivis)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru