Samarinda - Maraknya balap lari liar yang terjadi selama Ramadan, turut menjadi perhatian Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kutai Kartanegara (Kukar). Demi mengurangi kegiatan balap liar tersebut, Dispora Kukar menggelar Run Street Ramadan Kukar 2025. Kegiatan ini sudah berjalan sejak tahun lalu. Menurut Kadispora Kukar Ali Husni, kegiatan ini lebih positif ketimbang balap liar yang bisa mencelakakan diri sendiri dan juga pengguna jalan lainnya.
“Ini bentuk komitmen pemkab dalam memberikan wadah bagi generasi muda menyalurkan energi ke hal yang positif. Terlebih di bulan Ramadan, selain harus memperbanyak ibadah, kita juga dituntut untuk berolahraga agar tubuh sehat,” ungkap Ali Husni.
Dirinya berterima kasih kepada stakeholder yang turut mendukung kegiatan positif ini. Di antaranya pihak kepolisian dan TNI yang sama-sama memiliki perhatian untuk generasi muda.
Run Street Ramadan Kukar 2025 merupakan lomba lari dengan jarak 100 meter. Kegiatan dipusatkan di Jalan Kartanegara (eks Mayjend Sutoyo), samping Museum Mulawarman, Tenggarong. Event dimulai Minggu (2/3) hingga 25 Maret 2025. Dispora Kukar juga menggadeng Pengkab Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Kukar. (*)
Ini yang dilakukan pemerintah kabupaten Kukar dalam menanggulangi balap liar yang dilakukan para remaja selama bulan Ramadhan dan balap liar sangat menganggu masyarakat, dicarikan kegiatan-kegaiatan positif untuk mereka.
Salah satunya program Run Street Kukar 2025. Pertanyaannya, mampukah kegiatan ini mencegah balap liar ? Apakah menjadi solusi untuk mengatasi balap liar mengingat secara fisik, energi atau tenaga anak-anak remeja itu bisa tersalurkan dengan olah raga, karena diusia mereka yang energik , stamina mereka masih kuat, barangkali dijadikan alasan solusi Dispora disalurkan dibidang olah raga.
Tapi ada sisi lain yang terlupakan yaitu dari segi kejiwaan , mental para remaja yang cenderung labil, berontak dan susah diatur dan mereka mengekpresikannya dengan melakukan kegiatan-kegiatan balap liar, untuk menunjukkan eksistensi diri mereka, karena menjadi suatu kebanggaan bagi mereka kalau bisa mengalahkan teman-temannya.
Balap liar di bulan Ramadhan tentu mengganggu pengguna jalan lainnya. Belum lagi, apakah bisa menjamin tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pertengkaran, tawuran hingga gaul bebas? Usia mereka yang masih belia, sedikitnya tsaqofah, kurangnya pengalaman mengontrol emosi, setiakawan yang tinggi, iman yang masih labil, tidak menutup kemungkinan kegiatan tersebut memancing hal-hal negatif tadi.
Pemerintah seharusnya menindak tegas dan melakukan patroli. Sekedar mengalihkan dari hal negatif menjadi positif bisa diterima namun mengapa tidak digunakan untuk meningkatkan ketakwaan? Penguasa memfasilitasi sesuatu yang mubah padahal dengan tangannya bisa untuk wasilah ibadah, hal ini menjadi bersifat kontra produktif dengan tujuan Ramadhan.
Lalu, bagaimana solusi yang seharusnya dilakukan supaya para remaja itu tidak melakukan balap liar? Kita dapat melakukannya dengan: menyentuh kejiwaannya, keimanannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak melakukan kegiatan-kegiatan agama, dengan mengikuti kajian-kajian untuk menambah ilmu dan keimanan mereka sehingga bisa menyadarkan mereka dari perbuatan yang melanggar , menjadi lampu merah bagi mereka untuk melakukan perbuatan yang salah. Ini yang seharusnya dilakukan pemerintah selain dengan patroli petugas keamanan karena jika tidak ada petugas mereka pasti melakukan lagi karena rasa takutnya hanya kepada petugas bukan karena takut kepada Allah. Jika anak- anak ada ilmu agama dia pasti merasakan bahwa Allah selalu mengawasi dia kemanapun dia berada, dan ini mencegah mereka melakukan perbuatan yang salah.
Apalagi ini dibulan Ramadhan yang seharus kita lebih meningkatkan amal ibadah kita karena amal ibadah yang kita lakukan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, dan dibuka pintu maqhfirah / ampunan dari Allah SWT.
Saat Ramadhan, Sudah Seharusnya Penguasa Membentuk Suasana Penuh Iman dan Takwa
Seharusnya penguasa memberikan kenyamanan dengan suasana yang membuat masyarakat semakin taat kepada Allah. Ada aturan yang melarang masyarakat untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang merusak kemuliaan bulan Ramadhan, misal melarang tempat-tempat maksiat ( hiburan malam) , menindak tegas restoran dan warung-warung makanan yang menjajakan makanan tanpa penutup sehingga membuat orang tergoda untuk tidak berpuasa, menutup tempat-tempat tongkrongan yang mengandung maksiat dan yang terpenting penguasa memfaslitasi kajian-kajian keilmuan agama pada masyarakat bukan malah mencurigai dan melarang kajian-kajian atau tempat-tempat majelis ta’lim karena ditakutkan akan menyebarkan faham-faham radikal, padahal dari tempat-tempat kajian inilah masyarakat akan terbentuk masyarakat yang bertaqwa taat kepada Allah SWT. Kalau masyarakat bertaqwa insyaallah negerinya akan aman dan damai, ini butuh peran negara dalam mewujudkannya.
“Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai”, yakni seperti pelindung yang mencegah musuh dari menyakiti kaum Muslim; juga mencegah sebagian orang dari (kejahatan) sebagian yang lain; memelihara kemuliaan Islam; orang-orang berlindung kepada dirinya (Khalifah) dan gentar terhadap kekuasaannya (An-Nawawi, Al-Minhâj Syarh Shahîh Muslim ibn al-Hajjâj, 6/315, Maktabah Syamilah).Imam al-Ghazali sampai mengatakan bahwa agama dan kekuasaan bak saudara kembar (tidak boleh dipisahkan). Beliau pun menyatakan, ”Agama adalah pondasi dan kekuasaan adalah penjaga. Apa saja yang tidak punya pondasi akan hancur. Apa saja yang tidak punya penjaga maka akan hilang.” (Al-Ghazali, Al-Iqtishâd fii al-’Itiqâd, hlm. 128, Maktabah Syamilah).
Penulis : Sri Andini, S.Ag ( Pendidik dan Pengurus MT Annahdah)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru