Share ke media
Opini Publik

Bela Palestina dengan Aksi Nyata bukan Sekedar Retorika

21 Oct 2023 06:42:04470 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : bbc.com - Soal Yerusalem: Bisakah Anda benar-benar memboikot produk Amerika? - 18 Desember 2017

Samarinda - Innalilahi wa innailaihi rojiun begitu banyak korban jiwa berjatuhan akibat serangan balasan Israel terhadap Hamas Palestina sejak 7 Oktober lalu. Kabar terbaru yang disampaikan oleh pihak Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban serangan rudal Israel di RS Baptis Al-Ahli mencapai 471 orang. Jubir Kemenkes Palestina Ashraf Al Qudra menuturkan bahwa 342 orang mengalami luka-luka dan 28 di antaranya berada dalam kondisi serius.

Lebih lanjut, Kemenkes Palestina menuturkan bahwa 70 persen korban dari serangan tersebut adalah anak-anak, wanita, dan orang tua. Sejauh ini, total sudah ada 3.478 warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel. (detikhealth.co, 19/10/2023)

Perang Hamas-Israel memang tidak menunjukkan tanda-tanda bakal berhenti dalam waktu dekat. Beberapa negara pun mulai mengatur rencana untuk mengevakuasi warganya. Baik dari Jalur Gaza maupun dari wilayah Israel. Termasuk Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia mengeluarkan travel advisory bagi warga negara Indonesia (WNI). Anjurannya, segera tinggalkan dua wilayah tersebut. (Kaltimprokal.co, 11/10/2023)

Situasi di Gaza sudah mengalami krisis kemanusiaan yang parah akibat tiadanya listrik, sementara air, makanan, bahan bakar dan pasokan medis hampir habis. Apalagi dikabarkan bahwa Amerika Serikat telah mengirim bantuan militer untuk membantu Israel.

Nasionalisme Ikatan Perpecahan

Di sisi lain, bantuan kemanusiaan dilarang masuk ke sana bahkan tak ada sama sekali bantuan militer dari negara-negara Arab dan Islam untuk membantu kaum Muslim Palestina. Mereka hanya berani beretorika tanpa aksi nyata melakukan perlawanan. Mereka hanya menyerukan agar kedua pihak saling menghentikan serangan. Retorika tanpa aksi nyata ini karena negeri-negeri muslim tersekat oleh paham nasionalisme kebangsaan.

Ironisnya lagi, sejumlah penguasa Arab dan Islam malah mengakui keberadaan negara Israel serta menjalin hubungan diplomatik dan kerja sama dengan penjajah Israel. Padahal, retorika kepada Israel pun hanya sia-sia karena akar persoalan adalah bercokolnya mereka inilah yang menjadi pangkal persoalan.

Serangan Hamas 7 Oktober lalu menandakan kekuatan dan perlawanan terhadap zionis Israel atas penjajah tanah Palestina selama ini. Mereka Hamas telah mempersiapkan segalanya untuk berjuang. Perjuangan mereka harusnya dibela dan dibantu oleh negara tetangga/ muslim lainnya. Tidak cukup bantuan kemanusiaan, retorika kutukan dan mengevakuasi warga sipil di sana.

Keistimewaan Palestina

Palestina adalah bagian dari negeri Syam. Syam tak bisa dipisahkan dari ajaran Islam. Syam juga adalah negeri para nabi. Di Palestina, sebagai bagian dari negeri Syam, juga terdapat Masjid al-Aqsha. Masjid ini merupakan kiblat pertama kaum Muslim dan tempat singgah perjalanan Isra Mi’raj. Wilayah di sekitarnya juga tempat yang Allah berkahi.

Masjid al-Aqsha adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam dan satu dari tiga masjid yang Rasullullah rekomendasikan untuk dikunjungi. Fakta lainnya, Palestina adalah tanah air kaum Muslim dan telah berabad-abad menjadi bagian dari wilayah Islam.

Kaum Muslim pun terikat dengan Palestina serta Yerusalem karena Yerusalem telah menjadi bagian dari negeri-negeri Islam dengan status sebagai tanah kharaj sejak era Kekhilafahan Umar bin al-Khaththab ra. pada tahun 637 M.

Selanjutnya ketika wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan Khilafah Turki Utsmani tahun 1867—1909, tidak ada upaya lain yang bisa dilakukan Yahudi kecuali dengan membujuk Turki Utsmani agar mau menyerahkan wilayah Palestina kepada Yahudi, atau setidaknya mengizinkan imigrasi secara resmi bangsa Yahudi ke wilayah tersebut. Namun, upaya itu ditolak oleh Khalifah Turki Utsmani, yang saat itu dipegang oleh Sultan Abdul Hamid II. Beliau mengingatkan, merupakan bahaya yang sangat besar bila dibukanya tanah Palestina untuk Yahudi.

Pada tahun 1882, pemerintah Khilafah mengeluarkan dekrit yang melarang didirikannya pemukiman permanen Yahudi di Palestina, sekaligus menolak izin perpindahan bangsa Yahudi ke Palestina. Berbagai upaya dilakukan tokoh zionis, antara lain Theodore Hertzl. Hertzl membujuk Sultan Abdul Hamid II agar mau mengizinkan kedatangan imigran Yahudi ke Palestina.

Tahun 1902, delegasi Hertzl kembali mendatangi Sultan Abdul Hamid II. Mereka menyodorkan sejumlah tawaran untuk menyogok Sultan Abdul Hamid II. Sultan pun berkata kepada Hertzl, “Sesungguhnya, saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal tanah Palestina. Sebab tanah ini bukan milik pribadiku, melainkan milik kaum Muslim. Mereka telah berjuang untuk memperolehnya dengan darah mereka. Silakan Yahudi menyimpan kekayaan mereka yang miliaran itu. Jika pemerintahanku ini tercabik-cabik, saat itu baru mereka dapat menduduki Palestina dengan gratis. Adapun, jika saya masih hidup, meskipun tubuhku terpotong-potong, maka itu adalah lebih ringan daripada Palestina terlepas dari pemerintahanku.”

Demikianlah ketika Khilafah masih tegak, tetapi ketika runtuh pada tahun 1924 kaum Yahudi zionis Israel pun menggerogoti tanah Palestina hingga saat ini. Astaghfirullah..

Pentingnya Khilafah

Dengan mengetahui keistimewaan Palestina dan sejarah Palestina maka bagi kaum muslim, terlebih adanya ikatan persaudaraan sesama muslim sudah sepantasnya kita harus membela Palestina.

 “Seorang Muslim bersaudara dengan muslim lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagai muslim Indonesia tentu mengecam atas kebiadaban Israel, doa pun tidak ketinggalan. Namun, untuk angkat senjata bantu mereka itu wewenangnya penguasa atau negeri-negeri muslim.

Kita harus menyeru para penguasa Muslim untuk bersatu dan mengirimkan tentara membantu para mujahidin Palestina dalam mengusir kaum Yahudi zionis Israel.

Oleh karena itu kita memang membutuhkan seorang Khalifah, pemimpin kaum Muslim seluruh dunia. Rasulullah SAW. telah bersabda:

Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakang dia kaum Muslim berperang dan berlindung (HR al-Bukhari Muslim).

Bela Palestina dengan aksi nyata yakni berjuang menegakkan Khilafah. Gencarkan lagi dakwah dan seruan kepada penguasa dan negara muslim lainnya akan pentingnya Khilafah. Saatnya bangkit bela Palestina selamatkan dengan Khilafah. Allahu Akbar!

Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin 

disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu-individu dari masyarakat yang ingin mengungkapkan pemikiran, gagasan dan gagasannya yang hak ciptanya dimiliki sepenuhnya oleh yang bersangkutan. Isi editorial dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.