Share ke media
Opini Publik

Bendera One Piece di Hari Kemerdekaan: Sekadar Tren atau Kritik Terhadap Penguasa?

14 Aug 2025 03:00:366 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : mediapurwodadi.pikiran-rakyat.com - Bukan Bajak Laut Biasa, Ini Arti Bendera One Piece yang Ramai Dikibarkan Warga Jelang Hari Kemerdekaan RI - 5 Agustus 2025

Samarinda - Di tengah gegap gempita perayaan kemerdekaan, warna merah-putih berkibar di setiap sudut jalan. Namun, dibeberapa daerah, termasuk Samarinda, Kalimantan Timur, pemandangan asing ikut mencuri perhatian. Bendera bajak laut One Piece dengan tengkorak bertopi jerami.

Bagi sebagian orang, ini sekadar ekspresi budaya pop dari anime Jepang. Tetapi bagi sebagian rakyat, seperti Yadi Tandon (32), pedagang air tandon di Samarinda, bendera itu justru menjadi simbol kekecewaan. Ada koruptor bebas malah disambut seperti pahlawan pulang perang, pajak makin memberatkan, aturan makin aneh. Kami rakyat kecil cuma bisa protes begini, keluhnya (Kompas).

Fenomena ini bukan sekedar soal penggemar anime yang terlalu fanatik. Ia mencerminkan keresahan mendalam dan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap simbol resmi negara.

Secara historis, bendera bajak laut atau Jolly Roger adalah kain hitam bergambar tengkorak dan tulang bersilang yang digunakan untuk menakut-nakuti musuh. Dalam versi One Piece, simbol itu dimodifikasi dengan topi jerami ciri khas tokoh utama Monkey D Luffy. Dan diromantisasi sebagai lambang persahabatan, petualangan, dan perlawanan terhadap otoritas yang dianggap korup.

Tidak heran, simbol ini diadopsi oleh generasi muda sebagai identitas dan medium protes. Budaya pop sering menjadi cara aman untuk menyampaikan ketidak puasan, karena dibungkus dalam bentuk hiburan. Namun, ketika simbol fiksi lebih dipercaya mewakili perlawanan ketimbang simbol resmi negara, itu menjadi tanda serius bahwa kepercayaan rakyat terhadap penguasa sudah rapuh.

Pemerintah dan aparat sudah mengeluarkan peringatan agar bendera itu tidak dikibarkan, apalagi saat momen kenegaraan, dengan alasan khawatir dianggap provokasi atau pelecehan simbol negara. Pertanyaannya, benarkah masalah utamanya ada pada bendera itu, atau justru pada penyelewengan yang membuat rakyat memilih simbol fiksi sebagai sarana protes?

Keresahan rakyat punya dasar yang kuat. Kalimantan Timur melimpah batu bara, minyak, gas, dan sawit. Namun kekayaan itu tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan warganya. Data Jatam Kaltim mencatat lebih dari 1.700 lubang tambang menganga, sebagian dekat pemukiman, bahkan merenggut nyawa. Nilai hasil tambang mencapai triliunan rupiah, tetapi mengalir ke korporasi besar, bukan ke kantong rakyat.

Sementara itu, banjir tahunan, kerusakan jalan, dan degradasi lingkungan menjadi warisan pengelolaan kapitalis. Kapitalisme mengubah kekayaan alam menjadi komoditas di pasar global, sementara rakyat hanya kebagian debu tambang.

Penyelewengan sejati bukan pada selembar kain bergambar tengkorak, tetapi pada penguasa yang menutup mata terhadap korupsi, menjalankan hukum tebang pilih, menyerahkan kekayaan alam kepada korporasi asing dan swasta, serta membiarkan rakyat memikul beban penderitaan.

Bendera One Piece di tengah momen kemerdekaan justru menguak ketidakmampuan pemerintah mengurusi negara. Kemerdekaan yang dirayakan hari ini bukanlah kemerdekaan hakiki, melainkan hanya perayaan simbolis dan pengakuan di atas kertas oleh dunia internasional.

Islam memandang kemerdekaan hakiki sebagai kebebasan individu untuk melaksanakan seluruh perintah Allah, termasuk menerapkan hukum syariat dengan menjadikan Islam sebagai asas negara. Selama hukum Allah tidak menjadi landasan, kemerdekaan hanya sebatas slogan, sementara rakyat tetap terjajah oleh aturan buatan manusia.

Dalam sistem pemerintahan Islam kritik rakyat adalah hak yang dijamin bahkan dianggap sebagai bentuk nasehat yang diperintahkan agama. Penguasa tidak boleh alergi terhadap kritik apalagi membungkamnya, karena tugas penguasa adalah raa’in (pengurus) yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Seorang imam adalah pemelihara dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sejarah mencatat. Khalifah Umar bin Khattab ra. Pernah mambatasi mahar, seorang perempuan membantahnya dengan dalil Al-Qur’an di hadapan umum. Umar tidak marah, bahkan mengakui kesalahannya dan mencabut kebijakan itu. Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga menerima surat-surat kritik dari rakyatnya, membacanya sendiri, lalu segera memperbaiki kebijakan yang salah.

Fenomena berkibarnya bendera One Piece di tengah perayaan kemerdekaan hanyalah tanda dari masalah yang lebih dalam , rakyat kehilangan kepercayaan pada simbol dan penguasa. Selama negeri ini tetap tunduk pada sistem kapitalisme, simbol-simbol perlawanan hanya akan menjadi hiburan sementara tanpa pernah menyentuh akar.

Islam memandang kemerdekaan bukan hanya sekedar bebas dari penjajahan fisik, tetapi bebas dari aturan buatan manusia, dengan menjadikan hukum Allah sebagai satu-satunya asas negara. Dengan itu rakyat tidak perlu mencari lambang fiksi untuk melawan ketidakadilan, karena keadilan akan tegak nyata.

Sejarah telah membuktikan bahwa ketika syariat diterapkan, penguasa bukan hanya menerima keritik, tetapi menjadikannya bagian dari pengelolaan negara. Maka, saatnya umat kembali pada peradaban Islam yang menjamin keadilan hakiki, bukan pada simbol bajak laut. tetapi pada panji Rasulullah ﷺ yang mempersatukan dan memuliakan umat. Wallahua’lambisshawab

Oleh: Siti Marhawa ( Aktivis Dakwah)

 

 

 

 

 

 

 

Terkini