Samarinda. Menarik sekali menganalisis Kota Samarinda, tak kalah serunya ketika mendeskripsikan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Perhatikan 3 daerah terbesar se Kaltim, Kota Samarinda dengan DPT 608.683, jumlah pengguna hak pilih 367.023 dan suara sah 352.787, Kab. Kukar dengan DPT 550.248, jumlah pengguna hak pilih 392.396, dan suara sah sebesar 370.008. Sedangkan Kota Balikpapan, dengan DPT 516.687, pengguna hak pilih 315.788 dan suara sah 298.933.
Boleh jadi Kota Samarinda menjadi jumlah pemilih terbesar akan tetapi yang datang untuk memilih dan terhitung menjadi suara sah terbesar dimiliki oleh Kukar.
Masyarakat Kukar agak melek politik, juga dikarenakan masyarakat melihat bahwa ada pilihan paslon yang “berwarna”, tidak hanya warna merah atau kuning saja, sehingga menggugah animo orang Kukar untuk datang ke TPS.
Wajar saja, ketika Rudy-Seno menang besar di Kukar, membuatnya melebarkan jarak suara dengan Isran-Hadi.
Andi Harun Effect.
Kalau di Kukar, Edi Damansyah tidak memberikan efek yang signifikan bagi Isran-Hadi (baca tulisan sebelumnya), bagaimana dengan Andi Harun (AH) di Samarinda?.
Beberapa kepala daerah di Kabupaten dan Kota yang telah terpilih 2 periode, memiliki “ambisi” mencicipi panasnya kursi “Gajah Mada” di tahun 2030.
Di Kukar, Edi damansyah memiliki kans yang kuat bila di 2030 masuk ke kancah pilgub (walaupun masih ada yang kasak-kusuk terkait periodesasi di putusan MK, sehingga beranggapan bisa dibatalkan), dengan asupan APBD besar, 14 T lebih maka mimpi-mimpi para bupati sebelumnya dapat dengan mudah diwujudkan.
Segala bentuk kebijakan dan pembangunan menjadi terlaksana, salah satunya, infrastruktur jalan akan dapat terselesaikan, yang selama ini menjadi bahan sindiran masyarakat Kukar di setiap perhelatan pilkada, ini akan menjadi pencitraan yang baik kedepan bagi Edi, berekuivalen menggiring naiknya popularitas.
Di Balikpapan, Rahmad Mas’ud, otomatis memiliki peluang lebar, namun tidak perlu kita bahas, karena ada sosok Rudy Mas’ud, diperkirakan lebih baik ke Senayan menjadi legislator atau senator, mungkin saja posisi menteri di kabinet, tergantung pilpres selanjutnya.
Di Paser Fahmi Fadli, di Berau Sri Juniarsih dan di Kutim Ardiansyah Sulaiman, pun pasti berpikir hal yang sama, namun lebih mengarah pada posisi kursi nomor 2 di “lamin etam”.
Kota Samarinda, AH tentu yang paling memiliki peluang dan salah satu calon kompetitor terkuat selain Edi Damansyah bagi Rudy Mas’ud di 2030.
Mari kita bermain logika sebelum pencoblosan 27 November, kalau anda menjadi AH kira-kira apa yang mesti dilakukan, menyikapi Pilwali dan Pilgub di Kota Samarinda pada tahun ini, 2024?
Teman di Warung Djenggo depan Mall SCP berujar, maksimalkan bantu Isran-Hadi, kalau Kai (sebutan Isran) menang, maka 2030 tidak ada petahana dan semua memiliki peluang yang sama. Lebih mudah AH untuk maju di pilgub.
Yang paling memiliki probabilitas tertinggi tentu saja adalah AH dan Edi. Kalau berdua berkoalisi makin sulit tertandingi, kata salah seorang penikmat telur setengah matang.
Bubuhan Kopi Cangkir Mulawarman lain pulang pandirannya, amun aku jadi AH, jangan sampai wani melawan instruksi Gerindra, kaina sakit, bantui aja Rudy-Seno, supaya manang ganal, urusan 2030 kaina ja dipikirkan, masih ada jua peluang kaina, 5 tahun lawas, politik dinamis, kaina bisa jua mendampingi Rudy sebagai Wakil Gubernur, kompensasinya Seno maju dan menangkan di Samarinda atau Kukar.
Disambatnya jua, bisa jua Gerindra menginstruksikan maju melawan Rudy, Presiden wayahni kan dari Gerindra, nah lamun imbah di parintah jadi Cagub, apa pang lagi langsung hancapi, untuk Wagub kaina diitihi siapa yang populer. Nyaman banar kalo perasaan.
Lain lagi kesah di Warong Banjar Sari Vorvo, bekerobok sida ngesahkan lamun sekiranya jadi AH, pada kemak enda nulungi Rudy kah atau Isran kah atau netral kah.
Sambil mbeko bretus pepuyu pakai gangan labu plus nasi bekepor, bunyi sida jua, baeknya cari aman, jangan memihak, menangkan diri sorang maha dulu, jangan anggap enteng kotak kosong, kalau salah memainkan peran, tetiba ada yang backup kotak kosong apa mandik berbahaya, jadi biar sida bedua begodak sesama sida di pilgub, jangan di erohi.
Menangkan Rudy salah, menangkan Isran salah jadi baiknya netral maha, atau pas bekesah dengan Kai siap nulungi dan bila bekesahan dengan Rudy siap menangkan, jadi ronoh. Jadi ndik ada yang mainkan peran pembela kotak kosong sehingga AH kawa menang nyaman dan besar.
Walaupun isu yang beredar, banyak kaki tangan AH terutama yang di institusi plat merah, mengerahkan dukungan ke Isran-Hadi, tapi AH tetap terlihat loyal dengan keputusan Gerindra, sehingga sesekali waktu, hadir membersamai Rudy-Seno di beberapa kegiatan kampanye. Ini membuat isu tersebut tertepis.
Hari pencoblosan telah tiba, beberapa jam setelah pencoblosan, dengan cepat data masuk, hasil quick count selesai, esoknya hasil real count juga tampak mendekati 100%, kegaduhan muncul, Kota Samarinda, Isran-Hadi menang berkisar di 2-3% atau kurang lebih 11.617 suara.
Kedua paslon yakin, harusnya menang besar, Rudy-Seno berasumsi akan menang besar begitu juga dengan Isran-Hadi, apa yang salah?.
Tim Rudy-Seno menghitung, apakah KIM Plus di Kota Samarinda tidak bekerja maksimal, padahal menguasai kursi “Basuki Rahmat”, agak bergoyang juga kursi Golkar yang berjumlah 8 orang ini, Bahaya ini kata salah satu Pak Dewan.
Begitu juga kubu Isran-Hadi, kok bisa menang tipis, padahal semua metode dan strategi telah di realisasikan dengan sempurna. Semua organisasi yang ketergantungan dengan APBD Kaltim seperti KONI, Pramuka dan cabor sudah terindikasi terkondisi termasuk institusi plat merah tapi kenapa selisih tipis, adakah yang bermain dua kaki.
Ataukah ini sebenarnya adalah kemenangan Isran-Hadi, yang paling telak, walaupun dengan selisih suara yang tipis, tapi secara politis ini adalah kemenangan besar, sebab, di Kota Samarinda Rudy-Seno telah memainkan total football, menyerang secara habis-habisan, namun tetap kalah, artinya sumberdaya yang di keluarkan Rudy-Seno sangat tidak sebanding dengan gol yang diciptakan.
Penyebab kemenangan Isran-Hadi di Kota Samarinda, disebabkan kegagalan Tim Rudy-Seno dalam menghimpun dan menarik hati pemilih di Samarinda? apakah partai koalisi dan seluruh anggota DPRD dapil Kota Samarinda (KIM Plus), tidak “waja sampai kaputing” atau indikator “Andi Harun Effect” bermain dengan gemulai.
Apa yang akan di lakukan Rudy-Seno terhadap Kota Samarinda kedepan? Perlakuan Gubernur dan Wakil Gubernur nantinya terhadap Kota Samarinda dan Andi Harun, adalah faktor penentu, Andi Harun Efek itu berdampak positif atau negatif bagi Rudy-Seno pada saat Pilgub. Berjalannya waktu itu semua akan tersingkap.
Politik adalah seni membuat janji dan komitmen tanpa batas waktu. Politik adalah seni berdialektika tanpa mengatakan apa-apa dan melakukan apa-apa tanpa berdialektika. Politikus adalah ilusionis, janji dan komitmen dapat berubah bahkan dengan mudah menghilang.
Samarinda, 4 Desember 2024
Penulis: Dr. Muhammad Husni Fahruddin, SH.,MH. Sekretaris Golkar Kaltim, Ketua Fraksi Golkar DPRD Kaltim, Ketum Laskar Kebangkitan Kutai (LKK)]
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru