Share ke media
Opini Publik

Ibu Berperan Penting Cegah Stunting?

08 Jan 2025 04:23:1062 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : remajabergerak8000hpk.com

Samarinda - Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara (Sekda Kukar), Kalimantan Timur menyatakan bahwa kaum ibu memiliki peran penting dalam penurunan angka stunting, sehingga prevalensi stunting di daerah itu turun signifikan sebesar 9,5 persen ketimbang tahun sebelumnya. 

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di akhir 2023, prevalensi stunting di Kabupaten Kukar berada di posisi terbaik se- Provinsi Kalimantan Timur, yakni tercatat 17,6 persen, turun 9,5 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 27,1 persen (Mediakaltim.com, 22/12/2024).

Penulis utama buku Stunting-pedia: Apa yang Perlu Diketahui tentang Stunting, Lucy Widasari menekankan bahwa orangtua, khususnya ibu, memiliki peran penting dalam mencegah dan menanggulangi stunting. Dia mengatakan, stunting merupakan gangguan gizi kronis akibat kekurangan asupan gizi dalam rentang waktu yang lama, sejak anak dalam kandungan hingga berusia dua tahun (Kompas.com, 25/01/2024).

Kondisi tersebut berdampak pada pertumbuhan, khususnya tinggi badan, perkembangan organ-organ penting, kekebalan tubuh, hingga kecerdasan anak. Terkait hal itu, Lucy menjelaskan, pencegahan stunting dapat dilakukan calon ibu sejak dari berusia remaja, masa sebelum pembuahan atau prakonsepsi, masa kehamilan, hingga masa pertumbuhan anak sampai usia dua tahun.

Penyelesaian Masalah Utama

Ibu bukan hanya sebagai penyangga keluarga, namun juga sebagai pahlawan dengan berbagai peran yang mereka jalani dalam kehidupan sehari-hari. Tak heran, ibu adalah penggerak utama dalam keluarga, masyarakat, hingga negara. Bahkan kini, mereka pun diarahkan untuk berperan aktif dalam mendukung pencegahan stunting, salah satunya terkait kebutuhan gizi dan asupan protein hewani yang cukup pada anak-anaknya. 

Peran seorang ibu memang sangat penting dalam mencegah stunting yakni dengan memperhatikan pola asuh dan pola makan sejak anak tersebut lahir. Hanya saja, pengasuhan yang baik oleh ayah dan ibu sekalipun, tidak akan mampu menyelesaikan persoalan stunting secara tuntas. Meskipun diklaim terjadi penurunan stunting di Kukar, namun tetap perlu dikritisi standar dan realitas di lapangan. Apakah berbagai progam yang ada efektif menurunkan stunting? Karena faktanya, angka stunting tetap tinggi dan masih menjadi masalah kronis. 

Oleh karena itu, tidaklah tepat jika penurunan stunting berharap pada pengasuhan yang dilakukan oleh ibu saja. Karena stunting bukanlah beban keluarga terutama bagi ibu. Serta tidak cukup hanya dengan pemberian makanan tambahan berupa biskuit, susu kotak dalam kegiatan posyandu, atau ketepatan dan disiplin mengkonsumsi obat, dan sebagainya. Maka, penyelesaian stunting haruslah berdasarkan pada masalah utama yang mendasarinya sehingga bisa ditangani dengan tepat dan benar.

Poblem stunting berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Selama ini, negara telah abai terhadap pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan bagi rakyat. Masyarakat pun dibiarkan berada di jurang kemiskinan tanpa adanya solusi tuntas untuk mengentaskan masalah tersebut. Akibatnya, banyak rakyat yang kekurangan gizi, termasuk ibu hamil, bayi, dan balita hingga terjadilah gagal tumbuh atau stunting pada anak. 

Kondisi tersebut merupakan buah pahit dari peradaban kapitalisme. Sistem ini telah menciptakan kemiskinan stuktural, kelaparan, dan buruknya kesehatan generasi. Kapitalisme juga mencabut peran ibu sehingga menyebabkan buruknya pola pengasuhan pada anak. Tak hanya itu, kapitalisme menjadikan negara abai dalam pelayanan dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yaitu sandang, papan, dan pangan. Dalam penanganan stunting, negara pun gagal fokus yang pada akhirnya merenggut hak-hak rakyat untuk hidup sehat, sejahtera dan bahagia.

Pentingnya Sistem Islam dalam Pencegahan Stunting

Menyelesaikan stunting haruslah dilakukan secara fundamental dan menyeluruh. Untuk itulah, pentingnya Islam hadir sebagai solusi untuk menuntaskan stunting. Islam memberi perhatian serius dalam mewujudkan generasi yang sehat dan cerdas. Sehingga Islam mewajibkan negara untuk menjamin kesejahteraan dan bertanggung jawab melayani kebutuhan setiap setiap individu rakyat, termasuk anak-anak. Adapun untuk mencegah stunting, negara Islam akan melakukan langkah-langkah yang cepat dan tepat.

Pertama, negara menyediakan infrastruktur kesehatan yang memadai bagi seluruh warga. Tidak boleh ada pembatasan akses layanan kesehatan bagi siapa pun. Orang kaya maupun miskin berhak terjamin kesehatannya, terutama ibu hamil dan balita. Dalam sistem pemerintahan Islam, layanan kesehatan diberikan secara gratis, baik dalam rangka pemeriksaan, rawat jalan, perawatan intensif, pemberian nutrisi tambahan, ataupun vaksinasi.

Kedua, negara menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Negara juga memberikan lapangan pekerjaan yang layak bagi kepala keluarga untuk memenuhi nafkah keluarga. Dengan tercukupinya nafkah memungkinkan bagi keluarga mendapat asupan gizi dan nutrisi yang cukup, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Selain itu, langkah ini juga akan mengoptimalkan peran strategis seorang ibu bukan hanya sebagai ummun wa rabbat al-bayt (ibu dan pengatur rumah suaminya) melainkan mampu memberikan pengasuhan yang berkualitas di antaranya dengan memenuhi kebutuhan gizi bagi anak-anaknya. 

Ketiga, negara akan mengatur kepemilikan negara dan mewajibkan pengelolaan kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, negara akan memiliki sumber pendapatan yang besar, sehingga setiap individu rakyat akan terpenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari kemiskinan. Keempat, negara melakukan pengawasan dan pengontrolan berkala agar kebijakan seperti layanan kesehatan, akses pekerjaan, stabilitas harga pangan, hingga sistem pendidikan, serta penggunaan anggaran dapat berjalan secara amanah. 

Demikianlah cara Islam menangani stunting dengan tepat. Tentu dengan support sistem yang ada, negara Islam akan mampu memberantas stunting sampai tuntas.  Bahkan bagi ayah dan ibu akan mampu mengoptimalkam perannya dalam memenuhi kecukupan gizi keluarganya. Wallahu a’lam bisshowab. 

Oleh: Ita Wahyuni, S.Pd.I. (Pemerhati Masalah Sosial)