Share ke media
Opini Publik

#INDONESIA GELAP, ISYARAT DEMOKRASI SEKARAT?

27 Feb 2025 03:43:434 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : kumparan.com - Indonesia Gelap : Upaya Menghalau Otoritarianisme Kompetitif - 26 Februari 2025

Samarinda - Aksi demonstrasi “Indonesia Gelap” yang digelar mahasiswa di berbagai daerah, juga menular ke kota Samarinda, Kalimantan Timur. Aksi semakin memanas dengan kehadiran Rocky Gerung di sana. Dalam orasinya di depan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Rocky menegaskan bahwa mahasiswa memiliki hak untuk mengkritisi kebijakan pemerintah dan menentukan arah negeri. Seruannya disambut lantang dengan yel-yel semangat perjuangan. “Ini adalah tugas mahasiswa untuk mengendalikan politik dengan dasar argumen akademik. Sekalian demo, kalian punya hak untuk menentukan isi negeri ini,” ujar Rocky, mengutip nomorsatukaltim.

Demonstrasi ini membawa tuntutan utama seperti pencabutan Inpres Nomor 1 Tahun 2025, evaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG), serta kebijakan publik berbasis riset. Di beberapa kota, aksi sempat diwarnai bentrokan dengan aparat, namun mahasiswa tetap berkomitmen mengawal kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat. https://kaltimpost.jawapos.com/utama/2385656048/mantap-rocky-gerung-bakar-semangat-mahasiswa-samarinda-menuju-aksi-indonesia-gelap-di-dprd-kaltim

Tagar Indonesia Gelap dimaknai sebagai bentuk ketakutan, kecemasan, dan situasi mencekam terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai sangat tidak berpihak kepada rakyat. Cendekiawan muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menyatakan, diksi “Indonesia Gelap” yang digaungkan dalam aksi massa mahasiswa cukup tepat menggambarkan kondisi negeri ini yang ruwet dan seolah tidak ada jalan keluar. “Berbagai keruwetan tersebut antara lain, kebijakan efisiensi anggaran, korupsi, penanganan kasus pagar laut yang hanya mengarah ke tingkat kepala desa, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dipertanyakan kelayakan prioritasnya, dan berbagai persoalan,” bebernya dalam Fokus : “Indonesia Gelap”, Ahad (23-2-2025), di UIY Channel.

Tentu tidak ada yang salah dengan efisiensi anggaran. Tetapi, jika pemangkasan anggaran dilakukan secara serampangan tanpa berdasarkan data dan kajian yang akurat, hal tersebut akan menjadi senjata makan tuan bagi pemerintah. Layanan publik terbengkalai, proyek vital seperti sarana publik yang semestinya diperbaiki menjadi terhenti, rakyat terhambat mencari nafkah karena bayang-bayang PHK, dan masih banyak masalah baru lainnya yang perlu diantisipasi oleh pemerintah.

Demikianlah sistem pemerintahan ala demokrasi yang konon dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Mantra sihir yang tak lebih dari tipuan dan khayalan. Para penguasa tidak benar-benar menjalankan tugas, pokok, dan fungsinya dengan baik. Mereka terus berkubang dalam kepentingan individu, golongan, ataupun partai. Contohnya program MBG yang begitu manis terlihat di awal. Sejumlah masalah baru bermunculan padahal baru saja dilaksanakan. Begitulah ketika manusia sebagai makhluk yang serba lemah dan terbatas membuat sendiri aturan hukum untuk mengatur diri dan kehidupannya. Bermodalkan akal dan pikiran yang dominan dikendalikan hawa nafsu, alih-alih kesejahteraan yang didapat, justru kian terbelit problem ikutan tak berkesudahan.

Islam memandang penguasa tidak sekadar pemimpin yang dipilih dalam kotak suara. Akan tetapi, penguasa adalah raa‘in, yakni pengurus dan pelayan kepentingan rakyat. Dalam pandangan Islam, pemenuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan adalah kebutuhan asasi sehingga program prioritas adalah negara menjamin pelayanan pada enam kebutuhan pokok tersebut.

Dalam kitab Syakhshiyah Islamiyah Jilid 2 hlm. 158, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah menjelaskan bahwa tanggung jawab penguasa yang berkaitan dengan hal-hal yang wajib dipenuhi dalam dirinya sendiri sebagai penguasa tampak jelas dalam hadis-hadis yang dijelaskan Rasul saw. mengenai sebagian sifat-sifat penguasa. Di antaranya yang paling menonjol adalah kekuatan, ketakwaan, kelemahlembutan terhadap rakyat, dan tidak menimbulkan antipati. Rasul memandang bahwa penguasa haruslah seorang yang kuat sehingga seorang yang lemah tidak layak untuk menjadi penguasa.

Yang dimaksud dengan kekuatan di sini adalah kekuatan kepribadian (syakhshiyah), yakni kekuatan akal (akliah) dan jiwa (nafsiah). Akalnya haruslah akal seorang penguasa yang mengetahui berbagai hal dan berbagai bentuk hubungan. Jiwanya haruslah jiwa seorang penguasa yang mengetahui bahwa dirinya adalah pemimpin dan mengarahkan kecenderungannya sebagaimana seorang pemimpin. Karena di dalam kekuatan kepribadian terdapat potensi bagi timbulnya hegemoni dan tirani, penguasa harus memiliki sebuah sifat yang melindunginya dari kejahatan tirani. Ia harus memiliki sifat takwa dalam dirinya sendiri dan dalam kepemimpinannya terhadap umat.

Prinsip kedaulatan di tangan syariat menjadikan penguasa harus tunduk pada hukum syariat, tidak berpihak pada pihak lain yang ingin mendapat keuntungan. Penguasa harus terikat dengan hukum-hukum yang telah Allah SWT tetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunah Rasul-Nya.

Dalam Islam, sumber anggaran banyak dan beragam, tidak hanya bergantung pada utang dan pajak. Pengelolaan anggaran dalam negara Islam dilakukan oleh baitulmal. Sumber pemasukan tetap baitulmal terdiri dari fai, ganimah, anfal, kharaj, jizyah, dan pemasukan dari hak milik umum dengan berbagai macam bentuknya, pemasukan dari hak milik negara, usyur, khumus, rikaz, tambang, serta harta zakat (Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah dalam kitab Nizham al-Iqtishadiy fi al-Islam hlm. 530).

Maka sudah seharusnya suara mahasiswa saat ini menggugat ke arah akar atau ideologis, yaitu sistem demokrasi yang tak pernah kunjung jadi solusi bagi permasalahan kehidupan. Ianya sangat mudah diartikan bahkan dikendalikan sesuai kepentingan/tujuan tertentu siapa saja yang tidak pernah bermuara kepada kebenaran dan kebaikan.

Sudah saatnya, sekaratnya sistem demokrasi ini diakhiri dengan membawa cahaya Islam (syariat-Nya) yang akan mampu menerangi negeri ini bahkan ke seluruh penjuru alam. Bukankah Allah Taala telah berfirman dalam QS Ibrahim : 1, “’Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu ‎supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya ‎terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan ‎Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.’ Wallahualam.

Oleh : Dyan Indriwati Thamrin, S. Pd. (Pemerhati Masalah Sosial dan Politik)