Share ke media
Opini Publik

Investasi pada Perempuan, Benarkah Semakin Menyejahterakan?

23 Mar 2024 06:47:1545 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : mediaislam.id - Investasi pada Perempuan, Benarkah Makin Memuliakan? - 7 Maret 2024

International Women’s Day 2024 yang mengambil tema “Invest in Women: Accelerate Progress” , disebut-sebut menjadi sebuah refleksi tentang pentingnya mengalokasikan investasi dan sumber daya yang memadai untuk mendukung perempuan. Tema tersebut sejatinya mendorong seluruh negeri untuk memberikan perhatian lebih kepada kaum perempuan agar mereka bisa terus belajar dan berkarya.

Hal ini bisa dikatakan sebagai bentuk investasi bagi negara agar ke depan perempuan bisa maju dan bisa mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) atau mencapai target kesetaraan gender tahun 2030.

Menurut UN Women, pemberdayaan perempuan adalah kunci dari upaya mengurangi kesenjangan sosial dengan menciptakan fondasi yang lebih kokoh untuk pembangunan yang berkelanjutan berbasis ekonomi.

Data dari institusi tersebut menunjukan bahwa porsi perempuan di parlemen ataupun di posisi manajerial di tempat kerja di seluruh dunia masih kurang dari 30%. Perempuan masih menanggung pekerjaan domestik tak berbayar tiga jam lebih banyak dari laki-laki. Di dunia kerja, upah rata-ratanya hanya setengah dari yang dihasilkan laki-laki.

Hal ini menyebabkan perempuan berada dalam pusaran ketidakadilan sistemik dalam kesempatan ekonomi dan pembangunan. Oleh karena itu,  dengan memberikan 

kesempatan yang adil dan setara, serta mendukung keterlibatan perempuan dalam perekonomian dapat membawa inovasi, keberagaman, dan keberlanjutan dalam pemberdayaan ekonomi yang transformasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah perempuan adalah sekitar 49,92% dari total penduduk Indonesia. Artinya, perempuan juga memiliki potensi besar sebagai kekuatan ekonomi negara. Indonesia perlu memaksimalkan potensi ini dengan menyusun kerangka ekonomi yang peka gender.

Masih menurut UN Women, masalah utama dalam usaha pemberdayaan perempuan yaitu kesetaraan gender, mengingat peran serta perempuan dalam bidang ekonomi masih tergolong rendah. Untuk itu pemerintah perlu melakukan banyak upaya untuk mengatasi kesenjangan gender seperti pengadaan Bantuan Program Keluarga Harapan, bantuan sembako dan bantuan langsung tunai yang berhubungan dengan peranan perempuan yang mengatur keuangan rumah tangganya, bantuan sosial itu tidak disalurkan melalui tangan kaum laki-laki. Langkah ini diharapkan menjadi kebijakan yang baik untuk mempercepat pengembangan ekonomi Indonesia. (https://www.kompasiana.com/nadjwasafia0565/6558e1acedff7656081c9742/pemberdayaan-perempuan-kunci-bangkitnya-pertumbuhan-ekonomi-dan-bisnis)

 Dengan Investasi Perempuan Sejahtera, Benarkah? 

Menilik berbagai upaya yang sudah dilakukan, nampaknya logika yang dipakai sangat sederhana dan materialistik. Tolok ukur kontribusi yang diakui adalah seberapa besar materi yang dihasilkan. Oleh karena itu,

Para perempuan didorong untuk terus berkarya dan bekerja yang nantinya ia bisa ikut serta untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Dengan demikian akan tercipta kesejahteraan di tengah masyarakat.

Perempuan yang tidak berkontribusi materi dituding menjadi salah satu penyebab problem kemiskinan negara. 

Memang fakta menunjukkan bahwa masalah yang menimpa perempuan begitu kompleks, mulai dari kemiskinan hingga kekerasan seksual dan fisik. Menurut pandangan kapitalisme, berbagai masalah yang menimpa perempuan ini diakibatkan karena tidak adanya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki yang mengakibatkan kaum perempuan mudah ditindas. Oleh karena itu, kaum feminisme berusaha untuk memperjuangkan hak-hak perempuan agar mereka bisa setara dengan kaum laki-laki dalam segala aspek, dengan membuka berbagai akses keterampilan berdasarkan gender agar mereka lebih produktif.

Namun upaya masif mendorong para perempuan untuk lebih produktif nyatanya justru menimbulkan berbagai persoalan baru. Alih-alih meyelesaikan masalah, dengan adanya program ini justru makin menjauhkan fitrah seorang ibu dari keberadaan mereka sebagai ummu wa rabbatul bait. Dengan dalih berkarya dan mengangkat derajat mereka, para perempuan justru dieksploitasi untuk kepentingan oligarki.

 Akar Masalah Perempuan dan solusinya 

Jika ditelaah, kita akan mendapati bahwa yang menjadi sumber utama munculnya berbagai masalah perempuan sejatinya bersumber pada peraturan hidup yang diemban oleh hampir seluruh negeri, termasuk Indonesia. Sistem kehidupan yang berlaku saat ini adalah sistem kapitalisme sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem inilah yang menjauhkan peran negara dalam mengurusi urusan rakyatnya. Kesulitan ekonomi yang saat ini dihadapi berbagai negeri, bukanlah suatu kebetulan semata. Ini adalah hasil kebijakan buatan manusia dan cacatnya ekonomi kapitalisme yang diterapkan. Padahal, Allah SWT telah melimpahkan dunia ini dengan sumber daya melimpah, kekayaan alam dan mineral, hutan luas, lautan, dan gurun.

Ketidakadilan pengelolaan sumber daya alam dalam hegemoni peradaban Barat inilah yang membuat kekayaan alam tersebut hanya tersedia untuk kalangan elite. Alhasil, manusia-manusianya pun harus berkutat pada pemenuhan kebutuhan materi. Rakyat, termasuk perempuan harus berjibaku demi pemenuhan kebutuhan hidup yang kian melejit.

Tidak dapat dimungkiri bahwa melakukan investasi pada perempuan merupakan hal terbaik bagi sebuah peradaban. Sebab, di tangannya akan lahir generasi-generasi penerus peradaban bangsa. Di tangan generasi didikan para perempuan itulah akan ditentukan arah peradaban dunia. Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan nasib mereka.

Penerapan seperangkat peraturannya yang berasas pada akidah Islam, yang diterapkan secara kaffah dalam sendi kehidupan manusia, mulai dari sistem ekonomi, pendidikan, politik, dan sosialnya akan mampu menjadikan sebuah negara yang kuat. Sehingga para perempuan tidak perlu menjadi tumbal investasi untuk memajukan perekonomian suatu negeri.

Misalnya dalam masalah ekonomi, Islam menetapkan kewajiban nafkah pada para suami, maka negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya, sehingga mereka bisa menunaikan kewajibannya. Negara juga menerapkan sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam. Sehingga seluruh rakyat dididik untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dan menjadikan standar hidup diarahkan untuk menggapai rida Allah.

Dengan sistem pendidikan Islam, masyarakat akan paham bahwa tugas utama perempuan adalah menjadi ummu wa rabbatul bait (pengurus urusan rumah tangganya dan seorang ibu). Mereka boleh terjun ke ranah publik sesuai dengan batasan-batasan hukum syara’,Akan tetapi, mereka tidak boleh meninggalkan fungsi utama mereka, yakni melahirkan dan mendidik generasi peradaban gemilang.

Di sisi lain, sistem sanksi Islam juga terkenal mampu memberikan efek jera sehingga mencegah terjadinya kriminalitas yang berulang. Hal ini juga terbukti di masa kejayaan Islam silam, di mana kasus kriminalitas sangatlah minim. 

Khatimah

Sejatinya investasi pada perempuan dalam kapitalisme hanya menguntungkan para pemilik modal, sedangkan kesejahteraan perempuan hanya sebuah fatamorgana. Sebab, sistem yang rusak tidak mendukung terciptanya kesejahteraan terhadap perempuan dan rakyat.

Investasi pada perempuan dalam pandangan Islam adalah yang mampu untuk menyejahterakan dan melahirkan generasi gemilang. Wallahu ‘alam

Oleh: Jubaidah