Share ke media
Opini Publik

Kampung Moderasi Mewujudkan Toleransi

09 Aug 2023 08:49:40556 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : Liputan6.com - Moderasi Beragama adalah Salah Satu Cara Mewujudkan Toleransi - 9 Maret 2023

Samarinda - Kementrian Agama Republik Indonesia resmi meluncurkan 1000 Kampung moderasi beragama di 34 Provinsi di Indonesia. Tidak terkecuali di Kalimantan Timur, turut pula kampung moderasi diresmikan. Beberapa kampung ditunjuk sebagai kampung percontohan moderasi yakni di Samarinda, Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai Timur, dan lain-lain.

Di Samarinda, Kelurahan Selili, Gang Perintis, Kecamatan Samarinda Ilir terpilih sebagai kampung moderasi beragama. Baequni, Kepala Kantor Kementerian Agama Samarinda menjelaskan alasan terpilihnya Kelurahan Selili sebagai kampung moderasi beragama diantaranya di kawasan tersebut terdapat tempat-tempat ibadah yang jaraknya berdekatan, hanya berjarak beberapa meter saja seperti masjid dan gereja, namun masyarakatnya hidup berdampingan. (Mediakaltim.com, 27/07/2023) 

Peluncuran kampung moderasi beragama ini dimaksudkan untuk menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Faktanya, umat beragama di Indonesia sangat beragam. Menjaga kerukunan dan menghormati perbedaan dalam beragama menjadi tujuannya agar tercipta toleransi antar umat beragama. 

Lebih lanjut, kampung moderasi dibentuk untuk mewujudkan ketertiban di masyarakat dalam hal beragama, mendukung hak-hak dalam beragama untuk beribadah, mewujudkan ketentraman dalam beragama dan mewujudkan kesejahteraan dalam beragama. Sehingga akan memperkuat masyarakat yang harmonis dalam keragaman dan toleransi sikap beragama yang moderat berbasis desa. 

Tentu tidak asing lagi di Indonesia hidup berdampingan beberapa agama hingga berdekatan pula tempat ibadah antar umat beragama. Hal ini pula yang menjadi syarat sebuah kampung bisa ditunjuk sebagai kampung percontohan moderasi beragama. 

Berdekatannya tempat ibadah menunjukkan beberapa agama bisa saling menghormati satu sama lain tanpa terjadi gesekan. Bahkan pada beberapa kesempatan bisa saling membantu dalam mewujudkan kenyamanan beribadah. 

Adanya sikap saling membantu, menghormati dan menghargai ini diharapkan dapat mewujudkan toleransi diantara umat beragama dan masyarakat majemuk. 

Mampukah Kampung Moderasi Mewujudkan Toleransi Antar Umat Beragama? 

Sejauh Indonesia merdeka negeri ini sudah dihuni oleh beberapa agama yang hidup secara berdampingan dan mewujud kerukunan. Baru pada beberapa dekade terakhir toleransi digaungkan. Gunanya adalah untuk mengingatkan umat beragama agar menghormati, menghargai dan membersamai agama lain dalam beribadah. 

Sesungguhnya sasaran tembak peluru toleransi adalah umat Islam. Belakangan umat Islam dituduh sebagai umat yang terkikis toleransinya bahkan dinyatakan intoleran. 

Toleransi menurut pandangan kemenag adalah sikap saling menghormati, saling menghargai setiap keyakinan orang, tidak memaksakan kehendak serta tidak mencela ataupun menghina agama lain dengan alasan apapun.

Namun sayangnya toleransi hanya harus dilakukan oleh umat Islam. Umat Islam “dipaksa” membuka cakrawala berpikirnya berdasarkan sudut pandang lain. 

Dalam perayaan keagaan umat agama non Islam, kaum muslim diminta untuk ikut berpartisipasi dan menghormati. Bahkan ada yang dipaksa untuk memakai atribut hari raya karena terikat kontrak kerja. Ketika bulan ramadhan umat Islam diminta menghormati yang tidak berpuasa. 

Kemudian, ketika ada sebuah permasalahan dikupas berdasarkan sudut pandang agama maka akan dinyatakan sebagai pihak yang mabuk agama. Mestinya umat Islam bangkit mengarah pada Islam moderat menurut arahan barat. Tidak boleh kaum muslim teguh dengan identitasnya sebagai muslim yang taat. 

Kemunculan Islam moderat dijadikan jalan tengah agar kaum muslim tetap dengan agamanya tetapi pola pikir yang lebih terbuka. Islam moderat adalah Islam yang terbuka terhadap agama lain ataupun kebudayaan dari luar Islam. Menerima, menghargai dan mengambil sesuatu yang bukan dari Islam diharapkan akan mewujudkan kaum muslimin yang memiliki cakrawala baru dalam memandang persoalan agama. 

Adanya sebutan toleransi dan intoleran kemudian moderat dan radikal, sasaran tujuannya adalah Islam. Barat membelah kaum muslimin menjadi beberapa kelompok diantaranya adalah Islam moderat dan Islam radikal. 

Pengklasifikasian ini untuk mengelompokkan mana yang bisa menjadi teman Barat dan menjadi musuh Barat. Islam radikal yang menjadi musuh Barat kemudian dijadikan sebagai musuh bersama bukan hanya Barat tetapi kaum muslimin yang lain. Sehingga di antara kaum muslimin terjadi saling memusuhi mencurigai dan membenci satu sama lain akibat ulah Barat. 

Alih-alih akan terwujud toleransi justru akan memecah belah umat Islam. Umat Islam moderat akan cenderung kepada agama lain, kepercayaan lain dan kebudayaan lain kemudian akan memusuhi umat Islam yang tidak moderat. 

Semestinya, tidak perlu adanya kampung moderasi beragama ketika antar umat beragama menghargai dan menghormati perbedaan dan tata cara peribadatan masing-masing. 

Toleransi akan Terwujud dengan Syariah Islam

Sejak masa Rasulullah Muhammad SAW memimpin umat Islam dalam sebuah pemerintahan, di sana hidup berbagai agama dan berbagai kabilah secara berdampingan. Umat Islam hidup rukun dan toleran terhadap umat agama lain. 

Negara yang dipimpin oleh Rasulullah mampu melindungi umat beragama di luar Islam dengan sangat baik. Darah dan harta umat agama non Islam dijaga dan dilindungi sebagaimana negara melindungi umat Islam. Dalam riwayat Imam aAt-Thabrani dinyatakan bahwa, “siapa menyakiti dzimmi, maka sungguh ia menyakitiku. Dan siapa menyakitiku, maka sungguh ia menyakiti Allah. ” Kafir dzimmi adalah orang-orang non muslim yang tinggal di dalam negara Islam. 

Islam pun tidak memaksa umat lain untuk masuk ke dalam Islam sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 256, “tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam; sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat… “

Perlakuan yang sama antar umat beragama sebagai warga negara menjadikan umat agama non Islam menjadi merasa nyaman dan tentram dalam menjalani kehidupan sebagai umat agama lain. Urusan ibadah non muslim tidak dicampuri oleh negara Islam. Mereka bebas menjalankan ibadahnya. Umat non muslim bahkan ikut berperang melawan orang kafir yang memusuhi negara Islam sebagai bukti cinta dan loyalitas terhadap negaranya.

Oleh: Munawaroh S. Pd (Pemerhati Masalah Sosial) 

disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu dari masyarakat yang ingin menuangkan pemikiran, ide dan gagasannya yang hak ciptanya sepenuhnya dimiliki oleh yang bersangkutan. Isi redaksi dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.