Samarinda - Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) Mohammad Novan Syahronny Pasie turut menyampaikan keprihatinannya terkait kasus kekerasan terhadap guru yang terus terjadi. Keprihatinan Novan karena kasus tersebut berdampak signifikan terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Permasalahan ini serius dan harus segera ditangani. Ia menilai kekerasan terhadap guru yang semakin meningkat dapat menghambat kinerja pendidik dalam menjalankan tugasnya, serta menciptakan ketidaknyamanan di lingkungan sekolah.
Syahronny Pasie turut menyampaikan keprihatinannya terkait kasus kekerasan terhadap guru yang terus terjadi.
Keprihatinan Novan karena kasus tersebut berdampak signifikan terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Permasalahan ini serius dan harus segera ditangani.
Ia menilai kekerasan terhadap guru yang semakin meningkat dapat menghambat kinerja pendidik dalam menjalankan tugasnya, serta menciptakan ketidaknyamanan di lingkungan sekolah.
“Fenomena kekerasan terhadap guru yang semakin marak ini harus menjadi perhatian utama kita semua. Guru seharusnya bisa menjalankan tugasnya dengan nyaman dan aman, tanpa harus merasa terancam atau terintimidasi,” ujar Novan saat diwawancarai usai menghadiri Acara Puncak Jambore GTK Hebat 2024 di Aston Hotel Samarinda, Rabu (6/11/2024).
Lebih lanjut, Novan mengajak semua pihak, baik pemerintah daerah, masyarakat, maupun pihak sekolah untuk bersinergi dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi para guru.
Ia menegaskan pentingnya melibatkan seluruh komponen dalam mencegah kekerasan terhadap tenaga pendidik agar mereka dapat fokus dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi para siswa.
“Kami berharap ke depan, tidak ada lagi kekerasan yang menimpa guru, baik di kota maupun di daerah. Kami akan terus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk Dinas Pendidikan Kota Samarinda, untuk memastikan bahwa para guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan tanpa rasa takut,” tambah Novan.
Menurutnya, peningkatan perlindungan terhadap guru adalah langkah penting untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik.
Ia berharap pemerintah daerah dapat lebih memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan bagi tenaga pendidik. Terutama dalam mengatasi isu-isu kekerasan yang semakin meresahkan.
Apa yang Salah dengan Sistem Pendidikan Sekarang?
Viral kekerasan terhadap guru terjadi, gambaran guru yang seharusnya dihormati malah kekerasan terjadi, dilakukan oleh muridnya bukti rendah output yang terlahir dari sistem pendidikan kapitalis sekuler saat ini.
Bagaimana dalam kurikulum yang ada bilang nya untuk mencetak siswa yang berkarakter tetapi kenyataan semakin terlihat bagaimana adab etika seorang siswa yang semakin hari semakin memperhatinkan, berani melawan gurunya dan bahkan menantang gurunya untuk berduel.
Yang seharusnya guru itu mereka hormati dan hargai karena guru adalah sebagai orang tua siswa disekolah yang mendidik dan memberikan pengajaran serta bimbingan kepada para siswa-siswanya agar siswanya menjadi orang yang berilmu dan beradab, tetapi kenyataannya yang banyak terjadi justru siswa-siswanya mengalami dekadensi moral, dan mirisnya lagi para pendidik tidak bisa berbuat banyak untuk menegur atau menasehati siswa karena guru tersebut akan berhadapan dengan hukum, guru tersebut akan dilaporkan ke polisi, sehingga membuat guru enggan dan takut untuk menegur daripada nanti bermasalah dengan hukum lebih baik diamkan karena tidak ada payung hukum untuk melindungi guru , berita yang viral terjadi seorang guru dilaporkan oleh orang tua siswa dan sempat dipenjara, akhirnya kelakuan buruk siswa nya semakin menjadi-jadi, karena tidak ada yang mengingatkan bahwa perbuatannya salah, apalagi kalau dirumah tidak dididik dengan nilai-nilai agama sehingga hidupnya jauh dari nilai-nilai agama dan tidak berakhlaq ini menambah keterpurukan / dekandensi moral pada siswa.
Prihatin tanpa tindakan nyata oleh penguasa akan kekerasan terhadap guru hanyalah tiada arti. Penguasa harus betul-betul memperhatikan sistem pendidikan saat ini, apalagi terkait guru. Sudahlah kondisi guru gajinya tidak seberapa, kerjanya full, ditambah perlakuan kekerasan kepada mereka, di mana kepedulian negara? Sebab jika seorang guru menegur siswa nya yang berbuat salah misal tidak kerjakan tugas berulang-ulang, ribut di kelas, atau pelanggaran-pelanggaran lain yang dlakukan siswa, kalau siswa dan orangtuanya tidak terima atas sikap gurunya yang menegur maka akan dilaporkan kepihak aparat dan inilah tidak ada payung hukum yang bisa melindungin hak-hak seorang guru sebagai pendidik.
Wacana ganti menteri ganti kurikulum gambaran kelemahan sistem pendidikan saat ini, gambaran kurikulum merdeka saja sudah terlihat rusaknya. Ini menjadi tradisi yang berulang-ulang setiap ganti menteri ganti kurikulum guru dan siswa sering jadi kelinci percobaan dan korban dari berlakunya kurikulum baru, yang menyita banyak waktu bagi guru untuk mempersiapkan adminitrasi guru yang menumpuk belum lagi harus mengikuti seminar-seminar, workshop, pelatihan-pelatihan yang memerlukan waktu sehingga tugas utama mengajarnya jadi terbengkalai, meninggalkan tugas nya mengajar dan mendidik siswa-siswanya ini menjadi salah satu penyebeb siswanya kurang mendapatkan ilmu dan pendidikan moral, karena guru nya sibuk . Yang seharusnya guru itu tugas utamanya adalah memndidik dan membimbing. Guru, seharusnya fokus menjadi guru profesional, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi setiap proses pembelajaran menjadi sibuk mengurusi administrasi.
Regulasi yang dibuat Kemendikbud itu, seolah ada ketakpercayaan terhadap kinerja guru. Akibatnya, guru diharuskan mengerjakan setumpuk administrasi sebagai bukti kinerjanya, dan tentu ini menjadi beban bagi guru dan membuang waktu serta menguras pikiran guru.
Pendidikan Sekuler
Sulit menjadi pendidik yang ideal saat ini. “Sistem pendidikan sekuler kapitalisme saat ini menjadikan guru mengajar hanya sekadar tuntutan profesi. Belum lagi aturan ataupun sikap orang tua dan anak didik yang seakan “mengkibiri” peran guru sebagai pendidik generasi,”
Jika guru di sekolah hanya bertugas sebagai pengajar dan tidak mendidik, imbuhnya, berakibat siswa hanya pintar tetapi tidak baik perilakunya. “Jika guru “takut” dalam melaksanakan tugasnya, terutama mendidik siswa, mau jadi apa anak didik kita kelak?”
Mengapa sedemikian sulitnya menjadi pendidik? “Seakan tidak ada jaminan dari negara agar fungsi guru bisa terlaksana dengan baik tanpa ada pihak yang mengintimidasi guru. Aturan yang menjamin profesi guru pun tidak bisa ditegakkan ketika berhadapan dengan orang yang berkuasa dan banyak uang sehingga guru gampang diintimidasi,”
Kekerasan terhadap guru salah satu bukti potret rusaknya sistem pendidikan saat ini, belum lagi persoalan lain. Pencegahan tidak akan berhasil jika sistemnya masih Kapitalisme sekuler. Sistemnya harus kita ganti dengan sistem Islam yang sangat memperhatikan bidang pendidikan baik terhadap guru maupun siswanya, dengan kurikulum yang tidak bertentangan dengan syariat Islam
Bagaimana Islam Memandang Masalah ini ?
Sistem pendidikan Islam memiliki karakteristik yang didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam. Tujuan utamanya adalah membentuk kepribadian Islam pada peserta didik. Kepribadian islami (asy-syakhshiyyah al-islâmiyyah) sebagai hasil dari pendidikan Islam memiliki dua karakter utama, yakni pola pikir islami (al-‘aqliyyah al-islamiyyah) dan pola sikap islami (an-nafsiyyah al-islâmiyyah).
Sistem pendidikan Islam dimulai oleh Rasulullah saw. Beliau mengajarkan hukum-hukum Islam kepada kaum Muslim, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua. Tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Islam mendidik setiap generasi dan angkatan. Rasulullah saw. dan para Sahabat mengislamkan hampir semua kalangan. Mereka mengajarkan al-Quran dan as-Sunnah kepada segenap lapisan masyarakat. Dengan itu lahirlah generasi ulul albab yang cerdas dan shalih.
Meski demikian, Islam tetap memperhatikan ilmu pengetahuan umum (sains). Rasulullah saw., misalnya, pernah mengizinkan dua orang Sahabat beliau pergi ke Yaman untuk mempelajari teknik membuat senjata yang bernama dabbabah. Rasulullah saw. juga mendorong kaum Muslim untuk mengembangkan teknik pembuatan busur panah dan tombak. Beliau pun menganjurkan para wanita saat itu untuk mempelajari ilmu tenun, menulis dan merawat orang-orang sakit (pengobatan). Beliau juga memerintahkan para orangtua agar mengajarkan kepada anak-anak mereka olahraga memanah, berenang dan menunggang kuda. Dari sistem pendidikan Islam yang dipelopori oleh Rasulullah saw. inilah kelak lahir generasi emas yang berkualitas, baik dari sisi intelektualitas maupun spiritualitas.
dalam pendidikan Islam untuk membentuk kepribadian pada pelajar adalah menanamkan keimanan pada mereka. Pelajar dibimbing untuk memahami jawaban yang benar terkait dari mana asalnya manusia. Memahami hakikat penciptaan manusia akan mengantarkan mereka pada keimanan atas keberadaan Sang Pencipta, hingga mereka memahami bahwa sebagai hamba Allah harus beribadah dan tunduk patuh terhadap syariat-Nya.
Sampai kapan generasi kita akan berada dalam sistem yang rusak dan merusak mereka? Sampai kapan mereka terus dibuat lemah iman dan bodoh? Semestinya sistem Islamlah yang diambil sebagai solusi untuk mengakhiri masalah generasi saat ini.
Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Hanya saja keberhasilan guru tidak bisa berdiri sendiri. Peran guru tidak dapat dipisahkan dari peran negara. Negara tidak bisa sepenuhnya hanya mengandalkan guru untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Perlu ada kebijakan negara yang mendukung keberhasilan ini dalam semua aspek tata kelola pendidikan termasuk dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru.
Dalam pandangan Islam, pendidikan guru bukanlah sekadar media transfer ilmu pengetahuan. Pendidikan juga merupakan “alat” pembentuk kepribadian islami, yakni pembentuk pola pikir islami dan pola sikap islami, pada peserta didik. Pola pikir islami berkaitan dengan pemahaman peserta didik terhadap hukum-hukum Islam (wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram). Pola sikap islami berkaitan dengan perilaku peserta didik yang sesuai dengan hukum Islam di semua aspek kehidupan.Peran strategis guru dapat dikembalikan karena guru itu digugu dan ditiru. “Guru tidak boleh abai ketika melihat kesalahan yang dilakukan anak didiknya karena akan berbahaya bagi masa depan generasi.
Wallaahu ‘a lam bishowwab
Penulis : Sri Andini, S.Ag (Pendidik dan Pengurus MT Annahdah)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru