Hari ini media sosial (Medsos) dihebohkan dengan beredarnya video pembakaran bendera tauhid berwarna hitam berlapadzkan kalimat ‘Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah’ oleh segelintir orang yang sok hebat dan pongah, seolah-olah tindakan yang dilakukannya adalah heroik. yang sangat disayangkan justru dilakukan dengan berbalut atribut ormas konon bermerk Islam.
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22/10/2018, dimana peristiwa pembakaran bendera tauhid berwarna hitam berlapaskan kalimat ‘Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah’ ini terjadi di Alun-alun Blubur Limbangan Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sebagai umat Islam sudah barang tentu berkecamuk berbagai macam perasaan, sedih, tidak rela, marah, menangis dan sebagainya campur aduk menjadi satu, menyaksikan mereka melecehkan dan menista Kalimah Tauhid begitu rupa.
Dalam satu riwayat dari Ibnu Abbas ra, mengatakan: Raayahnya (panji) Rasul saw berwarna hitam, sedangkan liwa’nya (benderanya) berwarna putih (HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, Thabrani). Sedangkan tulisan yang tertera dalam bendera dan panji Rasulullah adalah kalimat tauhid seperti yang dinyatakan dalam hadist yang diriwayatkan oleh at Thabrani dan Abu Syaikh dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas bahwa: Bendera Rasulullah saw bertuliskan lafadz ‘La ilaha illa Allah Muhammad Rasul Allah’.
Mungkin karena kedangkalan iman dan pemahaman agama, serta tak dapat dipungkiri kuatnya pengaruh sekulerisme yang begitu masif merasuk kesemua lini kehidupan masyarakat kita, sehingga masih ada saja orang-orang yang beranggapan bahwa bendera tauhid sebagai bendera sebuah ormas atau organisasi tertentu, sungguh mereka telah dibutakan.
Ini tidak bisa diterima dan sangat menyakiti hati umat Islam, mengingat Bendera dan panji Rasulullah adalah sebuah identitas Islam dan entitas kaum Muslim. Umat Islam memahami dan mengenal bendera tahuid sebagai bendera dan panji Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam yang juga menjadi simbol persatuan umat Islam dimanapun mereka berada, tanpa tersekat-sekat oleh batas-batas wilayah suatu negara, dengan tembok yang bernama nasionalisme dan Isme lainnya yang sempit.
Sudah seharusnya kita bangga dengan bendera tauhid, ‘lafadz ‘La ilaha illa Allah Muhammad Rasul Allah’ bahwa dengan kalimat inilah kita hidup, dengan kalimat inilah kita mati dan dengan kalimat inilah kita akan dihidupkan kembali. Semoga kelak kita dipersatukan dalam satu kibaran bendera dan panji Rasulullah Saw.(*Red)
Ditulis oleh Widiastuty ( Revowriter )
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru