Share ke media
Opini Publik

Liqo Muharram Mubalighoh: Saatnya Mubalighoh Berjuang Menegakkan Islam Kaffah

27 Jul 2025 04:00:252 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : Acara Liqo Muharram

Samarinda, beberapa waktu lalu tepatnya 13 Juli 2025, lebih dari 150 mubalighoh dari berbagai penjuru Kalimantan Timur berkumpul dalam agenda istimewa Liqo Muharram Mubalighoh bertema “Saatnya Mubalighoh Berjuang Menegakkan Islam Kaffah”. Bertempat di Kota Samarinda, acara ini menjadi ajang konsolidasi para dai perempuan dalam merespons berbagai tantangan umat sekaligus memperkuat peran strategis mereka dalam perjuangan penegakan syariat Islam secara kaffah.

Acara dibuka dengan penuh khidmat oleh MC Suryani Rahmah dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustadzah Sakinah, mengawali kegiatan dengan suasana spiritual yang menguatkan niat dan tekad perjuangan. 

Selanjutnya kata sambutan oleh Ketua Panitia acara Liqo Muharram Mubalighoh 1447 H, yakni Dra.Hj.Sri Wahyuni Abdul Muin dari Forum Suara Mubalighah bahwa agenda ini merupakan agenda tahunan, bukan hanya ajang silaturrahmi, tetapi juga sebagai momentum untuk: (1) Menyatukan langkah kita dalam menyambut tahun baru Hijriyah sebagai tonggak perubahan untuk membangun peradaban baru dalam naungan Khilafah Islamiyah. (2) Meningkatkan kesadaran politik Islam guna menyikapi persoalan krusial umat Islam yang membutuhkan sikap ulama (termasuk Ustadzah dan Mubalighoh) dari sudut pandang Islam Kaffah. (3) Terjalinnya Ukhuwah Islamiyah yang solid sehingga akan mampu menguatkan langkah dakwah Islam Kaffah di tengah-tengah umat. (4) Melakukan konsolidasi antar Ustadzah dan Mubalighoh guna menyatukan langkah memperjuangkan tegaknya Islam Kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyah.

Mubalighoh Hadapi Tantangan Zaman 

Host utama acara, Ustadzah Hj. Dinnar Susanti, dalam pengantarnya menegaskan bahwa umat Islam saat ini menghadapi tantangan serius, baik secara global maupun lokal. “Dari kerusakan moral hingga penjajahan terhadap saudara kita di Gaza, semua menjadi bukti bahwa umat ini butuh bangkit dalam satu perjuangan Islam kaffah,” tegasnya.

Dalam sesi pertama, Ustadzah Yulita Andriani menyampaikan materi berbobot yang mengupas akar persoalan umat dari sudut pandang Al-Qur’an. Mengutip QS Al-Baqarah ayat 120, beliau mengingatkan bahwa kebencian pihak kafir terhadap umat Islam akan berlangsung hingga akhir zaman. Diruntuhkannya Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924 disebut sebagai titik balik kehancuran politik umat Islam yang kini menjadi “hidangan yang diperebutkan” oleh kekuatan asing. 

Beliau juga mengkritisi program deradikalisasi sebagai alat untuk membungkam kebangkitan Islam dan menghambat penerapan syariah secara totalitas.

“Jangan sampai kita termakan narasi adu domba ala Barat,” ujarnya sambil menyerukan persatuan umat sebagaimana perintah Allah dalam QS Ali Imran ayat 103.

Sekulerisme, Akar Derita Umat 

Sesi berikutnya, Ustadzah Ima Rofah menyoroti kondisi sosial ekonomi akibat diterapkannya sistem sekulerisme. Dengan menukil QS Ar-Rum ayat 41 dan QS Ar-Ra’d ayat 11, beliau menggambarkan bagaimana kerusakan yang meluas hari ini merupakan konsekuensi dari sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan.

“Negara hanya menjadi regulator. Sektor-sektor strategis diserahkan ke swasta dan asing, sedangkan umat dibiarkan menderita,” jelasnya.

Ia menegaskan perlunya perubahan mendasar melalui penerapan Islam kaffah, yang hanya bisa terwujud dalam naungan institusi negara Islam—Khilafah. “Agama adalah fondasi, dan Khilafah adalah penjaganya,” tegasnya mengutip kesepakatan para ulama tentang kewajiban menegakkan imamah.

Mubalighoh: Cahaya Umat, Penjaga Islam Kaffah 

Ustadzah Nabila Asy Syafi’i mengingatkan bahwa mubalighoh adalah ujung tombak perjuangan dakwah Islam. Menggunakan perumpamaan indah, beliau menggambarkan peran para ulama dan dai sebagai bintang-bintang yang menerangi malam—sebagai sumber cahaya dan petunjuk umat.

“Mubalighoh adalah cahaya umat, pembawa ilmu. Maka mereka bukan hanya mengajarkan ibadah dan akhlak, tetapi juga menjadi rujukan umat dalam urusan sistem sosial, ekonomi, politik, hingga pengaturan hubungan internasional dalam Islam,” terangnya.

Beliau juga mengajak para mubalighoh untuk tidak hanya menjadi penyeru, tapi juga menjadi pelaku perubahan sosial dengan membina umat agar sadar dan siap memperjuangkan perubahan menuju sistem Islam yang hakiki.

Komitmen dan Semangat dari Berbagai Daerah 

Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang memperlihatkan keseriusan peserta menghadapi realitas umat saat ini. Beberapa peserta bahkan menyatakan komitmen untuk menyampaikan dakwah Islam kaffah di komunitas masing-masing. Para peserta yang berasal dari kota-kota besar dan daerah pelosok Kalimantan Timur menunjukkan antusiasme tinggi mengikuti rangkaian kegiatan hingga akhir.

Mubalighoh dari Paser Belengkong, dengan 13 majelis taklim dan sekitar 600 jamaah, menyatakan siap menyebarkan pemikiran Islam kaffah.

Peserta dari Balikpapan menyampaikan strategi dakwah melalui komunitas pengusaha lintas daerah dan negara, sedangkan peserta dari Kutai Timur menegaskan tekad untuk menyampaikan dakwah Islam kaffah meski dihadang oleh gelombang deradikalisasi.

“Derasnya arus deradikalisasi tidak menyurutkan semangat kami. Justru kami semakin yakin bahwa Islam kaffah adalah satu-satunya solusi,” ujar salah satu peserta dari Sangatta.

Penutup: Ini Baru Permulaan 

Sebagai penutup, host menyampaikan bahwa Liqo Muharram ini adalah langkah awal menuju perjuangan besar. “Ini bukan sekadar pertemuan, tapi permulaan jihad intelektual, sosial, dan spiritual untuk menegakkan Islam kaffah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw.”

Acara ditutup dengan doa penuh harap agar perjuangan ini diridhoi Allah dan segera meraih kemenangan dengan tegaknya syariat Islam secara total dalam bingkai Khilafah yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Wallahu’alam.

Oleh : Novianti Noor