Share ke media
Populer

MENGULIK PARPOL DI PILKADA KALTIM; (1) GOLKAR

25 Jul 2024 02:00:292383 Dibaca
No Photo

Samarinda, Lembaga Survei Nusantara (LSN) Muhammad Ghafhan merilis hasil survei yang secara faktual ditemukan khusus untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) baik Pemilihan Gubernur maupun Pemilihan Walikota dan Bupati di 10 Kabupaten dan Kota se Kalimantan Timur.

Pada rilis ini secara komprehensif mendapatkan data untuk seluruh Partai Politik dan Tokoh Kuat yang di sinyalir memiliki peluang untuk menjadi calon Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota, namun dalam edisi kali ini dikhususkan hanya untuk “Partai Golkar” karena memiliki fenomena menarik yang menjadi pembicaraan hangat masyarakat Kaltim.

Sebelum masuk dalam pembahasan Pilkada, maka dimulai dengan analisis hasil pileg yang menempatkan Golkar Kaltim memuluskan 15 kursi di DPRD Kaltim.

Strategi Golkar yang merekrut tokoh-tokoh muda, pengusaha muda, mengupgrade kader petahana di DPRD Kabkota untuk mengikuti pileg di tingkat provinsi dan populis di wilayah masing-masing membuat suara yang dihasilkan mengalahkan parpol lainnya.

Dapil 1 Kota Samarinda untuk DPRD Kaltim, menempatkan 3 kursi, 1 kursi di raih oleh Sapto SP sedangkan 2 kursi lainnya di isi politisi muda Andi Adi dan Sayid Muziburrahman. Di level DPRD Kota Samarinda, dari yang sebelumnya hanya 5 kursi, kini naik menjadi 8 kursi, sisa 1 kursi saja dipastikan bisa mengusung calon walikota, inipun di isi politis muda, Adnan Faridhan, Arie Wibowo dan M Yusran sedangkan yang lain adalah petahana dan politisi senior. Gerindra mendapatkan 9 kursi, diatas Golkar 1 kursi dan merupakan batas minimal untuk bisa mengusung calon walikota.

Andi Harun sebagai Walikota petahana berdasarkan hasil survei jauh diatas kandidat lainnya yang mencuat, sedangkan kader Golkar yang muncul adalah Andi Adi, Sapto SP dan Nidya Listiyono. Apabila kader Golkar menjadi Wakil Walikota berpasangan dengan Andi Harun maka kemungkinan Pilkada Kota Samarinda akan di menangkan secara mudah, namun apabila Kader Golkar yang hanya kurang 1 kursi berpasangan dengan kandidat lain maka kompetisi akan berjalan seru, faktor pilgub sangat menentukan di Kota Samarinda.

H. Rudy Mas’ud atau Harum, yang diusung Golkar bersama-sama dengan parpol besar lainnya, peluang bisa atau tidaknya Gubernur Petahana Isran Noor maju berkompetisi di pilgub tahun ini, maka Kota Samarinda menjadi suara penentu selain Kukar dan Balikpapan, yang tentu saja pertempuran keras akan terjadi di wilayah ini, dan Golkar tidak akan sudi bila kalah suara untuk pilgub yang otomatis Pilwali samarinda juga sangat beririsan.

Dapil 2 Kota Balikpapan untuk DPRD Kaltim, menorehkan 3 kursi yang di isi politis kawakan yakni Hasanuddin Mas’ud, Abdulloh dan Yusuf Mustafa, yang luar biasa lagi, suara Abdulloh mencapai 48 ribu lebih, ini hampir menggendong 1 kursi lagi. Akibatnya, berbanding lurus dengan perolehan kursi untuk DPRD Kota Balikpapan, yang sebelumnya 12 Kursi menjadi 16 kursi. Terlihat kesuksesan Rahmad Mas’ud memimpin Golkar Balikpapan, dan ini dapat dimaklumi selain sebagai Ketua Golkar Balikpapan, Rahmad juga sebagai Walikota Balikpapan.

Kota Balikpapan ibarat permainan sepak bola, menjadi tuan rumah bagi Harum dan Rahmad, sebab mereka lahir dan tumbuh besar di kota Balikpapan. Dengan strategi kerjasama yang solid antara pilgub dan Pilwali maka suara akan terkondisional dengan baik.

Dapil 3 Penajam Paser Utara dan Paser untuk DPRD Kaltim, Golkar meraih 2 kursi sama seperti sebelumnya, namun di DPRD Kabupaten Paser dari sebelumnya hanya 5 kursi menjadi 7 kursi artinya Golkar mampu mengusung sendiri calon bupatinya.

Syarifah Masitah Assegaf menjadi pilihan utama Golkar, sebagai Wakil Bupati Petahana, secara ketokohan, politisi perempuan ini sudah sangat terkenal di Paser, sejak menjadi anggota DPRD Kaltim dulu, suara Syarifah ini terbilang tinggi. Pecah kongsi antara Bupati Fahmi dan Syarifah Masitah membuat Pilkada di paser menjadi semakin kian kompetitif. Faktor ketua Golkar Paser Ihwan Antasari juga sangat menentukan pilbup Paser saat ini

Sedangkan untuk DPRD Penajam Paser Utara, kursi yang diraih sama dengan pileg sebelumnya yakni 3 kursi. Namun, suara yang diraih golkar besar sehingga mendapatkan jatah Wakil Ketua DPRD PPU. Faktor kurangnya kursi untuk mengusung menjadi calon bupati ini yang membuat Andi Harahap sebagai Calon Bupati di PPU ini jalannya agak sedikit berliku, namun dengan survei tertinggi dibandingkan dengan calon lainnya, membuat Andi Harapap berpeluang besar pada pilbup tahun ini.

Trend suara golkar yang stagnan dan cenderung semakin menurun di PPU ini disebabkan partai lain yang sangat kompetitif, untung saja Andi Harahap pernah menjadi Ketua DPRD dan Mantan Bupati PPU sehingga hasil survei menunjukan ke terkenalan dan keterpilihan beliau tertinggi dari kandidat lainnya.

Selain itu ada nama Hamdan dan Mudyat Noor yang saat ini berkompetisi mencari dukungan parpol, Mudyat sendiri telah mengantongi dukungan Nasdem, berpotensi mendapatkan Gerindra, sebab wakilnya Mudyat dari Kader Gerindra.

Dapil 4 Kabupaten Kutai Kartanegara untuk DPRD Kaltim tetap meraih 3 kursi, walaupun jawara di dapil ini yakni H Syahrumsyah atau H Alung yang sudah tidak bisa berpolitik lagi dikarenakan sakit, namun munculnya nama Muhammad Husni Fahruddin yang lebih dikenal dengan sebutan Ayub, selaku sekretaris Golkar Kaltim, membuat Golkar kembali dapat mempertahankan 3 kursi dengan mempertahankan kursi H Alung.

Untuk kursi di DPRD Kukar jauh terjun bebas, dari 13 kursi menjadi 9 kursi, PDIP mendominasi dari 7 kursi menjadi 16 kursi, ada 3 keunikan di Kukar, keunikan pertama, penambah kursi PDIP didapatkan akibat mutasi kader Golkar, artinya Anggota DPRD Golkar yang pindah menjadi caleg PDIP berhasil meraih kursi, keunikan yang kedua, Bupati Edi Damansyah dan wakil Bupati Rendi Solihin sebelumnya adalah kader Golkar, kemudian bermutasi menjadi kader PDIP. Keunikan yang ketiga, Edi Damansyah tetap yakin bisa menjadi calon bupati ditengah kontroversi hasil putusan MK yang “menganggap” dirinya telah menjalani 2 periode sebagai Bupati Kukar.

Menariknya, dengan 9 kursi, Golkar masih bisa mencalonkan bupati tanpa berkoalisi dengan partai lainnya, inilah momentum kebangkitan Golkar di Kutai Kartanegara, keputusan untuk menentukan siapa calon bupatinya di Agustus 2024 ini, Golkar bisa kembali menguningkan Kukar apabila berhasil menjadi Bupati pada Pilkada tahun ini.

Ada 2 kandidat Calon Bupati yang di berikan surat tugas oleh DPP Partai Golkar yakni Hasanuddin Mas’ud dan Muhammad Husni Fahruddin, kemungkinannya Hasanuddin tetap memilih menjadi Ketua DPRD Kaltim periode 2024-2029, sehingga Husni lah yang digadang-gadang menjadi calon bupati.

Kenapa hanya Husni, apalagi Golkar di isi oleh kader-kader mentereng dan digdaya, sebut saja Sarkowi, Salehuddin dan Rasid, mereka bertiga sudah 3 periode menjadi anggota DPRD baik tingkat kabupaten maupun provinsi.

Golkar melihat bahwa Hasil Pilkada menunjukan Husni meraih suara terbesar di Partai Golkar dapil Kutai Kartanegara, sebagai pendatang baru, ini tentu saja sebuah prestasi, perolehan suara tersebut sangat produktif dan berpotensi untuk meningkat, bila dibandingkan dengan kader lainnya, yang apabila di lihat dari kacamata survei setiap periode suara yang diraih cenderung stagnan dan sulit meningkat.

Siapakah wakil yang akan di pinang Golkar, kalau melihat fenomena Pilgub Kaltim dengan menguatkan konsolidasi Koalisi Indinesia Menang (KIM) maka pilihan Golkar di Kukar tentu saja kader Gerindra, kader potensial ada Alif Turiadi Ketua Gerindra Kukar dan Reza Fahlevi anggota DPRD Kaltim.

Namun apabila dilihat dari keterwakilan masyarakat pesisir, tokoh seperti Baharuddin Demmu dari PAN, Masniyah dari PDIP, Asnawi dari Gerindra serta Ahmad Zais dari Golkar menjadi pilihan yang rasional.

Bila indikator diatas bisa di kawinkan maka pilbup di kukar akan sangat kompetitif, soliditas dan kerjasama yang rekat antara calon ditingkat pilgub dan pilbup sangat menentukan sebab Kukar merupakan suara terbesar kedua setelah Kota Samarinda.

Kesolidan Rudy Mas’ud dan Muhammad Husni Fahruddin di level organisasi, sebagai Ketua dan Sekretaris Golkar Kaltim tentu saja modal penting untuk diturunkan di level Pilkada. Begitu juga Seno Aji sebagai calon wakil gubernur yang suara terbesarnya ada di Kukar, tentu saja sangat signifikan untuk memenangkan Pilkada di Kukar.

Dapil 5 Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu untuk DPRD Kaltim tidak ada peningkatan, Golkar tidak mendapatkan kursi. Sedangkan, untuk DPRD Kab. Kubar, dari 3 kursi menjadi 5 kursi, yang merupakan batas minimal untuk mengusung calon bupati.

Ahmad Syaiful atau Haji Acong adalah nama yang ditugaskan Golkar sebagai calon bupati. Haji Acong merupakan Ketua Golkar Kubar dan Wakil Ketua DPRD Kubar, dengan dapatnya Golkar mengusung sendiri calon bupati tanpa berkoalisi maka akan merubah peta perpolitikan di Kubar.

Kabupaten Mahakam Ulu, untuk DPRD Mahulu yang sebelumnya 2 kursi pada pileg ini meraih 3 kursi, kurang 1 kursi lagi untuk mengusung calon bupati. Golkar secara tegas menunjuk Yohanes Avun sebagai calon bupati, selain menjabat sebagai wakil bupati petahana, Avun sebelumnya adalah Sekda Mahulu yang akhirnya menjadi Ketua Golkar di Mahulu.  Saat ini Avun telah mendapatkan rekomendasi dari PDIP berpasangan dengan Juan Jenau.

Dapil 6 Kota Bontang, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau. Pada dapil ini meraih 4 kursi untuk DPRD Kaltim dan di isi pendatang baru, yakni Semmy, Budi Bulang, Apansyah dan Syarifatul Sya’diah. Suara yang mereka raih sangat fenomenal, sehingga mampu meraih kursi terbanyak diseluruh dapil se Kaltim.

Di sisi DPRD Kota Bontang, meraih 7 kursi yang sebelumnya 5 kursi, otomatis bisa mengusung tanpa berkoalisi dengan parpol lain dan Neni Moerniaeni menjadi kandidat yang dipercaya Golkar untun Pilwali tahun ini.

Belajar dari Kesalahan Pilwali sebelumnya yakni Neni sebagai petahana di 2020, dapat dikalahkan oleh Basri Rase, ketidaksempurnaan tempo dulu tentu saja menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Golkar di Bontang.

Memilih cawali sangat menentukan, harus yang satu cerug dengan Basri Rase Wakilota petahana saat ini agar mendapatkan suara di luar wilayah dominasi Neni.

Kabupaten Kutai Timur, tentu saja Kasmidi Bulang menjadi ikon terkuat saat ini. Wakil Bupati 2 periode dan Ketua Golkar Kutim. Raihan suara Golkar di Kutim meningkat namun kursi tetap sama dengan periode sebelumnya yakni 7 kursi. Kurang 1 kursi untuk bisa mengusung calon bupati.

Semua mahfum bahwa pilbup 2020 dulu, Kasmidi lah yang melamar Ardiansyah Sulaiman Bupati Petahana saat ini untuk mendampinginya. Namun, di Pilkada saat ini pecah kongsi, ketidakharmonisan Ardiansyah dan Kasmidi menyeruak hangat di kalangan warga Kutim.

Ardiansyah jatuh hati dengan Mahyunadi yang dulu menjadi lawan politiknya, dulu saat berpasangan dengan Kasmidi. Boleh di bilang Kasmidi adalah politisi tahan banting, kenapa tidak?! Selama 2 periode menjadi wakil bupati, Golkar selalu mengusung orang lain, bukan dirinya, padahal Kasmidi sebagai Ketua Golkar Kutim, namun Kasmidi tetap loyal dan tidak pernah memproklamirkan dirinya keluar dari Golkar.

Ada beberapa tokoh yang disinyalir mendekat ke Kasmidi, antara lain Lulu Kinsu dan H Kadar, kedua tokoh ini adalah kader Nasdem yang meraih 6 kursi di Kutim, jikalau Lulu Kinsu yang akhirnya berpasangan dengan Kasmidi maka sejarah baru akan muncul bahwa Pilkada di Kutim di ikuti orang yang sama namun berbeda posisi dan pasangannya, karena Pilgub 2020, Lulu mendampingi Mahyunadi sebagai calon wakil bupati.

Kabupaten Berau, nama Syarifatul Sya’diyah menjadi fenomena tersendiri, meraih suara terbesar di dapil 6 untuk DPRD Kaltim bahkan mengalahkan perolehan suara Makmur HAPK yang sebelumnya diprediksi, dengan keluarnya Makmur maka akan membuat banyak hilangnya kursi Golkar di dapil 6 dan di DPRD Berau, ternyata tidak sepenuhnya terbukti.

Golkar di DPRD Berau yang sebelumnya 6 kursi turun menjadi 4 kursi, fenomena ini terjadi karena Bupati Berau Petahana Sri Juniarsih adalah kader PKS sehingga PKS dapat mempertahankan 4 kursi. Ditambah Gamalis sebagai Wakil Bupati petahana berhasil menaikkan kursi PPP.

Turunnya kursi Golkar juga di ikuti oleh Nasdem yang meraih 5 kursi, sebelumnya 6 kursi. Seluruh lembaga survei menempatkan posisi Syarifatul sebagai tokoh kuat yang mampu memberikan suara signifikan kepada siapa saja yang berpasangan dengan dirinya apabila menjadi calon bupati atau wakil bupati.

Golkar memberikan surat tugas kepada Syarifatul sebagai calon bupati, komposisi pasangan untuk Syarifatul masih terbuka lebar, ada nama Madripani Ketua DPRD Berau dari Nasdem dan mantan Sekda Berau Agus. Tampaknya Syarifatul lebih fokus menjadi anggota DPRD Kaltim sehingga terbuka lebar bagi kader golkar untuk menggantikan posisinya.

Analisis untuk Partai Golkar di 10 Kabupaten dan Kota tersebut di atas dapat menjadi mapping untuk mengerucut ke Pilgub Kaltim, kader-kader Golkar yang menang besar di Pileg akan berkontribusi aktif terhadap kerja-kerja politik Pilgub pasangan Harum dan Seno, termasuk kader-kader Golkar yang menjadi calon bupati dan walikota ataupun calon wakil bupati dan calon wakil walikota akan menentukan jumlah suara yang didapatkan untuk Pemilihan Gubernur.

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah wajib kader murni partai sangat menentukan, sebab bila bukan kader partai yang menjadi calon kepala daerah ataupun wakil kepala daerah, loyalis dan konstituen belum pasti jakan diarahkan kemana untuk pilgub, karena hanya kader lah yang memiliki loyalitas untuk dapat berkerjasama atau dalam istilah pileg yang lalu dikenal dengan sebutan “tandem” dalam mendekati pemilih, merayu pemilih, mendoktrin pemilih dan mengawal pemilih untuk memilih pilihan yang segaris lurus antara Pilgub dengan Pilbup atau Pilwali.

Jangan sampai Pilbup atau Pilwali yang direkomendasikan Golkar meraih suara besar dan menang akan tetapi untuk Pilgubnya suara yang memilih Rudy dan Seno meraih suara yang kecil, berbanding terbalik. Ini yang sedang di formulasikan Golkar agar tidak terjadi ketimpangan suara antara provinsi dengan kabupaten dan kota.

Gambaran jelas bahwa semakin banyak kader Golkar yang di calonkan sebagai Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota maka semakin besar peluang Rudy Mas’ud dan Seno Aji menjadi kampium di Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur 2024 ini.

Nama-nama Calon dari Kader Golkar:

    1.    Pilgub Kaltim: H. Rudy Mas’ud (Cagub);

    2.    Pilwali Samarinda: Sapto SP atau Nidya Listiyono (Cawali);

    3.    Pilwali Balikpapan: Rahmad Mas’ud (Cawali);

    4.    Pilbup PPU: Andi Harahap (Cabup);

    5.    Pilbup Paser: Syarifah Masitah Assegaf (Cabup);

    6.    Pilbup Kukar: Muhammad Husni Fahruddin (Cabup);

    7.    Pilbup Kubar: Ahmad Syaiful (Cabup);

    8.    Pilbup Mahulu: Yohanes Avun (Cabup);

    9.    Pilwali Bontang: Neni Moerniaeni (Cawali);

    10.    Pilbup Kutim: Kasmidi Bulang (Cabup);

    11.    Pilbup Berau: Syarifatul Syadiah (Cabup).

Tampaknya Pilkada di Kaltim sangat dinamis, satu bulan lagi tepatnya pada tanggal 27-29 Agustus 2024 pendaftaran Calon Kepala Daearah dan Wakil Kepala Daerah akan dibuka, siapakah yang mendaftar? (Red/M).