Digitalnews - Sangatta - Sejumlah orang tua murid kembali menghadiri gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), untuk mempertanyakan nasib anak-anak mereka yang tidak lolos dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024.
Mereka menduga adanya ketidakadilan dalam sistem zonasi yang diterapkan, meskipun wilayah mereka masuk dalam zona yang seharusnya.
Salah satu orang tua mengungkapkan pengalamannya saat mendaftarkan anaknya di SMA Negeri 1 Sangatta Utara. Meskipun nilai rata-rata anak-anaknya sangat tinggi, mereka tidak berhasil masuk karena terjadi penurunan drastis pada peringkat mereka di hari kedua pendaftaran.
“Nilai anak saya yang seharusnya di urutan atas, tiba-tiba turun ke urutan terbawah dalam hitungan jam,” ujar salah seorang orang tua.
Anton, orang tua murid lainnya, mempertanyakan mengapa masih terdapat 21 kuota kosong di SMA Negeri 1 Sangatta Utara, padahal jumlah pendaftar tidak mencapai kapasitas penuh sekolah. Menanggapi hal ini, perwakilan dari UPT Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur, I Ketut Puriata, menjelaskan bahwa salah satu faktor masalah adalah tingginya peminat sekolah negeri yang tidak diimbangi oleh jumlah daya tampung yang terbatas.
Namun, penjelasan mengenai perbedaan nilai dan simbol khusus yang mempengaruhi prioritas penerimaan di zona tertentu, tidak sepenuhnya memuaskan para orang tua. Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap dugaan praktik titipan yang mungkin terjadi dalam proses PPDB.
Yan, Ketua Komisi D DPRD Kutim, menegaskan komitmennya untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan ini.
Dia berjanji akan membawa masalah ini kepada pimpinan DPRD dan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur untuk menemukan solusi yang adil bagi semua pihak.
“Ya kita meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh orang tua murid dan berjanji akan terus berupaya untuk memastikan setiap anak di Kutai Timur mendapatkan akses pendidikan yang layak dan berkualitas,” pungkasnya.ADV
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru