SAMARINDA - Pemilihan Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda periode 2018-2022 . berlangsung, Senin (20/08/18) siang tadi. Kampus yang terletak dibilangan Jln. Samratulangi Samarinda seberang ini menuai polemik.
Sedikitnya 16 dari 25 anggota senat mempersoalkan hasil suara dari Kemenristek Dikti, lantaran tidak mempertimbangkan suara mayoritas anggota senat. Suara menteri yang diberikan kepada salah satu calon juga dianggap tidak proporsional. “Mestinya kementrian mempertimbangkan rekomendasi dari bawah, kenapa suara itu menuju ke satu orang saja,” papar Hasanudin salah seorang anggota senat, pada Senin (20/08/28) usai pemilihan.
Dengan kondisi seperti itu, dirinya mengangap suara senat tidak bermanfaat. Disebutnya yang muncul sebagai pemenang tergantung suara Kementrian. “Artinya walaupun kita menang di Senat belum tentu dipusat meng iyakan itu,” sebutnya. Dirinya juga menerangkan, bahwa hal semacam itu baru pertama kali terjadi.
Berbeda dengan sebelumnya, suara menteri selalu diberikan secara proporsional menyesuaikan suara senat. “artinya ini sdah politis, Dulu siapapun yang menang dia selalu diberikan porsi suara dari kementrian yang lebih besar juga,” terangnya
Diketahui Pada pemilihan putaran pertama (proses penyaringan) dari 25 suara senat, Hamka hanya memiliki 8 suara, lebih unggul Hasanudin yang meraup 13 suara senat, sementara Masrudy hanya peroleh 2 suara dan Nasir 0 suara, 2 suara tidak sah.
Tahapan penyaringan berlangsung (25/05), bertempat diruang rapat senat Politeknik Pertanian Samarinda. Dari 4 calon Dirut tersisa 3 calon yang dikirim ke Kemenristek Dikti, guna proses rekam jejak pada pemilihan putaran kedua.
Pemilihan putaran kedua yang dihadiri 25 anggota senat pada, Senin (20/08/28) langsung menuai polemik, usai suara akhir memenangkan Hamka ditambah 13 suara dari 35% suara Kemenristek Dikti, dengan perolehan suara menjadi 22 dan Hasanuddin 16 suara. (*Red/Fran/dr)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru