Share ke media
Opini Publik

Pemuda Berbekal Islam, Mampu Hadapi Tantangan Globalisasi dan Digitalisasi

13 Nov 2024 12:27:29103 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : kompasiana.com - Akhlak Digital Remaja Muslim: Tantangan dan Solusi dalam Era Digitalisasi - 13 Juni 2024

Samarinda - Kebhinekaan berarti beraneka ragam atau bermacam-macam. Dalam konteks bangsa Indonesia, kebhinekaan juga berarti adanya kesadaran terhadap perbedaan, seperti perbedaan agama, suku, ras, budaya, bahasa daerah, dan kepercayaan. Dengan berbekal kebhinekaan pemuda diharapkan mampu hadapi tantangan globalisasi dan digitalisasi.

Seperti yang dilakukan PT Pamapersada Nusantara site BAYA (PAMA BAYA) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) gelar lomba berbentuk “Rangking 1” bertema kebhinekaan. Lomba sendiri, diadakan bekerja sama dengan SMAN 1 Tenggarong Seberang mengundang sekolah-sekolah Tingkat Menengah Atas baik SMA, SMK dan Madrasah Aliyah (MA) di Tenggarong Seberang, Kabupaten Kukar, Kalimantan Timur.

CSR Officer PAMA BAYA, Ghani Rasyid Ning mengatakan, pihaknya menggelar lomba bertema kebhinekaan bertujuan agar di era globalisasi dan digitalisasi para generasi muda terus tertanam nilai-nilai sosial, kebhinekaan, dan nasionalisme. Untuk itu, perlunya penanaman nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda terus digalakkan.

Sistem Sekulerisme Tantangan Pemuda

Tidak dapat dimungkiri pemuda saat ini gandrung dengan teknologi dan digitalisasi. Pemuda pun ikut arus globalisasi agar tidak gengsi. Pemuda tentu tidak mau ketinggalan zaman dan kuper alias kurang pergaulan.

Sayangnya majunya zaman dengan tantangan globalisasi dan digitalisasi ini tanpa filter dan perlindungan dari negara. Negara dengan sistem pendidikan Kapitalisme Sekuler saat ini justru memberikan peluang pemuda ikut arus globalisasi dari Barat jauh dari nilai agama sehingga pemuda bebas tanpa batas.

Teknologi dan digitalisasi pun karena jauh dari agama membuat pemuda semaunya. Game online, judi online, konten pornografi dan sebagainya membuat profil pemuda penuh masalah. Lantas bagaimana bisa bekal Kebhinekaan mampu menghadapi tantangan tersebut?

Justru kalau dicermati bekal kebangsaan saat ini menguatkan pembentukan profil pemuda yang berlandaskan pada produk sekuler. Kehidupan saat ini dengan pemahaman wawasan kebangsaan/ nasionalisme, moderasi, dan sejenisnya menyesatkan profil generasi muslim.

Pemuda berjiwa nasionalisme yang berkiblat pada Barat dan jauh dari kepribadian Islam. Akibatnya, generasi muslim kehilangan identitas sebagai anak-anak umat yang seharusnya menjaga dan memperjuangkan Islam.

Profil Pemuda Muslim

Sejak kemunculannya, Islam selalu memiliki para pejuang di kalangan para pemuda yang patut dijadikan teladan. Lihatlah para sahabat Nabi Saw yang didominasi oleh para pemuda.

Ali bin Abi Thalib yang masuk Islam dalam usia 7 tahun, dikenal sangat cerdas dan selalu membersamai Rasul Saw. Mush’ab bin Umair, pemuda ternama, kaya raya, tampan rupawan, meninggalkan semua kemewahan demi ikut berjuang bersama Rasulullah Saw.

Usamah bin Zaid, di usia 18 tahun telah memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu. Selain itu, Zaid bin Tsabit (13 tahun), penulis wahyu, dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani sehingga menjadi penerjemah Rasul Saw.

 Thalhah bin Ubaidullah, di usia 16 tahun telah berbaiat untuk mati demi Rasul Saw. pada perang Uhud dan menjadikan dirinya sebagai tameng bagi Nabi. Ada masih banyak lagi pemuda tangguh para sahabat Nabi Saw.

Nabi Saw. telah membina mereka, sehingga memiliki keimanan yang kuat, ketaatan yang sempurna kepada Allah Swt, hingga mendorong mereka melakukan perubahan. Pemuda muslim kala itu mampu mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islam.

Demikianlah, dengan berbekal Islam, pemuda muslim takkala itu mampu melakukan perubahan. Implementasi saat ini pemuda akan punya kontrol iman dan takwa dalam menghadapi tantangan globalisasi dan digitalisasi.

Oleh karena itu, kalau berkaca dalam kehidupan sekarang sosok pemuda harus berbekal ilmu Islam dan memperjuangkannya. Pemuda tangguh generasi emas akan menyetir globalisasi dan digitalisasi untuk kebangkitan Islam.

Wallahua’lam bishshawab

Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin