Share ke media
Opini Publik

Peristiwa Dibalik Sosok Orang Yang Mengaku Wakil Nabi Muhammad SAW

26 May 2023 04:43:24474 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : indozone.id - Fakta-fakta Penembakan Kantor MUI: Ngaku Wakil Nabi, Cari Ketua MUI - 3 Mei2023

Samarinda - Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan oleh berita ada seorang laki-laki yang menyerang kantor MUI Pusat yang berkantor di ibukota Jakarta, sebagaimana yang dimuat dalam berita online, Pria tidak dikenal melakukan penembakan di Kantor Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Selasa (2/5/2023) sekitar pukul 12.00 WIB Belum jelas motif pelaku, namun diketahui pria tersebut pernah meminta bertemu Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar dan mengaku sebagai nabi (Tribunnews.com).

Pria berinisial M (60) dan berasal dari Lampung tersebut kemudian tewas saat ditangkap lantaran berusaha kabur. Akibat insiden ini, dilaporkan seorang resepsionis luka terkena pecahan kaca sementara staf penerima tamu mengalami luka tembak di bagian punggung. Menurut keterangan Wakil Sekretaris Jenderal MUI Bidang Hukum dan HAM, Ikhsan Abdullah, mengungkapkan ada tiga staf mengalami luka.terkait dugaan penyebab penembakan tersebut.

Dari berbagai peristiwa serupa, banyak pertanyaan-pertanyaan di masyarakat mengenai kasus ini, apa motif di balik penyerangan tersebut, dan bagaimana ini bisa terjadi akhir-akhir ini. Sebelumnya ada berita yang beredar imam masjid yang dibunuh, diskriminalisasi ulama dengan daftar beberapa ulama dilarang untuk mengadakan pengajian, belum lagi pelecehan-pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW, pelecehan terhadap Al Qur’an.  Kenapa semua itu bisa terjadi?, padahal negeri kita mayoritas umat muslim yang menjunjung nilai-nilai agama dan persatuan kesatuan seaqidah dan sebangsa.

Pengaruh Buruk Desakralisasi Islam

Pada kasus ini terjadinya pengakuan pelaku sebagai wakil nabi Muhammad SAW, hal ini menandakkan tidak ada efek jera atas kasus serupa yang sering terjadi. Juga tanda dangkalnya pemahaman umat terhadap agamanya sendiri. Fenomena ini wajar muncul dalam sistem sekuler yang menganggap agama hanya sekedar urusan privat. Hal ini juga mencerminkan adanya penistaan agama, termasuk meremehkan agama atau desakralisasi.

Desakralisasi ini membahayakan kaum muslim dan upaya perubahan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh (kafah). Dikhawatirkan hal ini akan tumbuh subur karena tidak ada sangsi tegas bagi para pelaku. Sehingga kasus-kasus yang ada hilang begitu saja, tanpa ada penyelesaiannya atau pelakunya dinyatakan orang gila atau tidak waras artinya tidak bisa dihukum atas perbuatannya. Begitu para pelaku pelecehan agama, melecehkan Nabi Muhammad saw, melecehkan Al Qur’an atau Al-Kitab, bahkan ada yang mengatakan Tuhan itu tidak perlu di bela karena Tuhan bisa membela diri nya sendiri. 

Sungguh miris, padahal kita sebagai muslim harus bisa membela jika Nabinya dihina, jika Al Qur’annya dihina sebagai bentuk implementasi keimanannya terhadap agama. Bukan malah dituduh radikal atau tidak toleran , tidak menyukai kedamaian. Padahal jelas Islam sangat menjaga toleransi, Islam mengajarkan umatnya untuk saling menghargai, “lakum diinukum waliadiin“ (agamamu agamamu agamaku agamaku). Ayat tersebut Menyebutkan untuk saling menghargai dan tidak mencampur adukkan agama, tidak memaksakan agama kepada orang lain.

Islam Menjaga Akidah dan Aturan Mulia

Islam menjadikan agama sebagai sesuatu yang wajib dibela, bahkan negara punya mekanisme akan hal ini, tegaknya agama sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan umat dari krisis multi ini. Islam memiliki metode menjaga aqidah umat dan menjaga agar Islam tetap mulia, Dalam Islam tidak akan mentolerir perbuatan-perbuatan yang menjurus kepada penistaan agama atau pelecehan-pelecehan terhadap agama.

Upaya tersebut pernah dilakukan Rasulullah saw Ketika ada seorang laki-laki Bernama Musailamah al kadzab yang mengaku dirinya sebagai rasul utusan Allah, mendengar hal tersebut Rasulullah memperingatkan Musailamah agar bertaubat dan kembali pada Islam, sampai akhirnya Rasulullah wafat dan musailamah kian gencar menyebarkan ajaran-ajaran sesatnya. Kemudian dimasa kepemimpinan khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq ra beliau memerintahkan pasukan muslim untuk memerangi musailamah dan pengikut nya yang tidak mau bertobat, hingga akhirnya terbunuh dalam perang yamamah.

Ini membuktikan bahwa Islam sangat tegas terhadap pelaku-pelaku penistaan agama, tidak ada belas kasih terhadap mereka. Sebelumnya Islam telah memberikan peluang untuk mereka untuk bertobat, tapi peluang itu tidak diambil malah mereka tambah menjadi-jadi. Dengan ketegasan itu memberikan pelajaran atau efek jera bagi pelaku dan siapapun untuk berpegang teguh pada Aqidah Islam dan memeliharanya tetap terjaga hingga ajal datang. Allah Taala berfirman dalam QS Al-Ahzab [33] ayat 48, “Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan tawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.” 

Wallahualam bissawab.

Penulis : Sri Andini, S.Ag [ Pendidik dan Pembina MT Annahdah

disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu dari masyarakat yang ingin menuangkan pemikiran, ide dan gagasannya yang hak ciptanya sepenuhnya dimiliki oleh yang bersangkutan. Isi redaksi dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.