Samarinda - Beredar luas di media sosial mengenai tingginya biaya perpisahan sekolah yang dirasa memberatkan orang tua siswa di Balikpapan. Salah satu dari netizen mengungkapkan bahwa orang tua diminta untuk menyumbang hingga Rp530.000. Dan ramai diperbincangkan di sosial media dan hal tersebut mendapat respon dari Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan, Gasali. Beliau meminta agar biaya perpisahan sekolah tidak menjadi beban baru bagi orang tua siswa. Bahkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Balikpapan pun turut merespon terkait tingginya biaya perpisahan sekolah. Hal tersebut terlihat dengan adanya surat edaran guna mengingatkan agar kegiatan perpisahan siswa tidak berlebihan dalam hal biaya.
Perpisahan sekolah saat ini acapkali diwarnai dengan seremoni kemewahan dan pesta meriah sehingga tidak sedikit dari sekolah maupun orang tua bahkan siswa sendiri menginginkan kemewahan dengan biaya tidak sedikit. Perpisahan biasanya diselenggarakan di hotel ternama dengan dengan tampilan ruangan dibuat elegan, karena mengundang tamu-tamu instansi dari pihak luar sekolah yang masih terkait dengan pendidikan. Tidak ketinggalan pula tampilan-tampilan dari siswa-siswa, baik yang akan lulus maupun yang masih belajar.
Lebih dari itu, bahkan perpisahan ini menjadi ajang kemaksiatan karena adanya ikhtilat atau campur baur antara laki-laki dan perempuan, tabaruj atau mempercantik diri dengan menyewa jasa perias dan pakaian atau bahkan beli pakaian seragaman dengan teman sekelas demi tampil cantik di moment yang tidak bisa diulang kembali di lain waktu tersebut. Semua itu katanya dilakukan sebagai bentuk syukur dan bahagia atas berakhirnya masa proses pendidikan di jenjang pendidikan tersebut.
Belum lagi dalam sistem kapitalisme perayaan kelulusan sekolah menjadi tanggung jawab sekolah atau orang tua sehingga pemerintah tidak bertanggung jawab akan hal itu. Dan membuat orangtua harus merogoh koceknya lebih dalam lagi untuk perpisahan sekolah tersebut ditambah lagi harus menyiapkan uang untuk melanjutkan pendidikan siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Lalu bagaimana dengan orangtua yang punya anak 2 atau anak 3 yang waktu perpisahan dan pendaftarannya ditahun yang sama?
Dalam paradigma kapitalisme selalu disandarkan kepada materialisme termasuk yang penting kelulusan siswa, lantas bagaimana kualitas dan kepribadian pasca lulus? Rasanya tidak sebanding antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil dari proses pendidikan selama bertahun-tahun. Hari-hari ini banyak kasus yang pelakunya adalah remaja usia sekolah yang membuat jidat berkerut. Kualitas siswa dan keperibadiannya pun kian hari kian buruk. Padahal masa depan negeri ini kedepannya seperti apa itu ada ditangan mereka.
Pada dasarnya perayaan perpisahan siswa sekolah adalah wujud penghargaan kepada siswa. Sebagai reward atas upaya mereka dalam berjuang selama proses belajar dijenjang pendidikan tersebut. Maka perpisahan siswa sekolah ini pada dasarnya tidak masalah dilakukan selama tetap dalam koridor hukum syara’.
Dalam Islam, untuk semua biaya proses pendidikan itu ditanggung negara atau gratis. Perpisahan sekolah ini dilaksanakan tidak untuk membebani orang tua tapi sudah satu paket dengan penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab negara sebagai pengurus rakyat.
Jika hari ini para penguasa hanya merespon atau bersikap setelah viral ada keluhan, maka berbeda dengan pemimpin ketika Islam diterapkan. Penguasa Islam akan memastikan semua berjalan sesuai dengan hukum syara’. Sehingga masalah akan terurai. Wallahu’alam
Oleh : Nurjaya, S.PdI
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru