Samarinda - Kaum muslim menyambut 1 Syawal 1446 Hijriah dengan penuh suka cita karena hari itu merupakan Hari Raya Idul Fitri yang menjadi penanda kemenangan bagi umat Islam yang telah berhasil melalui ujian Ramadan dengan menahan hawa nafsu dan meningkatkan ketakwaan. Perayaan inipun diisi dengan silaturahmi, saling bermaafan, dan berbagi kebahagiaan.
Namun sayangnya, tawa riang Idul Fitri belum dirasakan oleh semua umat Islam di berbagai penjuru dunia. Di tanah Gaza ada luka yang terus menganga. Mereka menyambut bulan Syawal dengan rasa duka. Kemeriahan Idul Fitri diwarnai dengan darah dan deraian air mata. Mereka pun tidak punya pilihan untuk merayakan hari raya.
Serangan militer Israel pada 18 Maret 2025 lalu tidak menyisakan apa pun di Gaza, berulang kali menghancurkan atau merusak masjid, rumah sakit, sekolah, bangunan tempat tinggal, infrastruktur internet dan jalan raya, meninggalkan sedikitnya 26 juta ton puing-puing. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, zionis Israel telah membunuh 830 warga Palestina dan melukai 1.787 lainnya, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak di Jalur Gaza (Tempo.co, 31/03/2025).
Wajib Membela
Genosida yang dilakukan oleh entitas Yahudi dengan membabi-buta membuat kondisi Palestina semakin memprihatinkan. Mereka hidup dalam kesengsaraan yang berkepanjangan. Setiap jam korban terus berjatuhan. Tidak hanya masyarakat sipil, tenaga medis, para jurnalis, dan relawan kemanusiaan pun menjadi target pembantaian. Begitu sulitnya bertahan hidup, mereka tidak lagi memikirkan Idul Fitri atau perayaan atau bentuk kegembiraan lainnya. Hanyalah kesedihan yang menyelimuti hati mereka.
Semakin buruknya kehidupan di Gaza Palestina tentu sangat menyayat hati kaum Muslim. Kondisi demikian harusnya mampu membuka mata dan hati kita bahwa sistem hari ini yakni sekulerisme kapitalisme telah nyata gagal menjaga kemanusiaan. Sistem tersebut hanya tunduk pada kekuatan para kapitalis dan terus membiarkan penjajah berbuat semena-mena. Sementara itu, penguasa negeri-negeri Muslim hanya mengecam dan mengutuk dengan kata-kata kosong, bahkan ada yang diam membisu. Meskipun ada fatwa ulama internasional yang menyerukan jihad melawan Zionis namun masih sebatas retorika belum ada tindakan nyata.
Sebagai seorang Muslim, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mendukung dan membela Palestina. Pembelaan tersebut bukan sekadar tuntutan moral kemanusiaan, tapi ikatan akidah dan ukhuwah islamiah mestinya menjadi pendorong terkuat. Sehingga bentuk pembelaan nyata bagi warga Palestina adalah dengan mengusir kaum Yahudi. Mereka hanya bisa diusir dari tanah suci tersebut dengan mengerahkan pasukan militer.
Allah SWT. berfirman, “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (TQS Al-Baqarah: 191). Dalam surah yang lain Allah SWT. juga memerintahkan, “Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib memberikan pertolongan (TQS al-Anfal [8]: 72).
Kedua ayat di atas telah jelas memerintahkan kepada seluruh umat, termasuk para penguasa Muslim untuk mengusir entitas Yahudi dari tanah kaum muslim Palestina. Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dipenuhi sesama muslim dan negeri muslim, apalagi ketika musuh bertindak di luar batas kemanusiaannya. Oleh karena itu, negeri-negeri muslim harus bersatu menjadi garda terdepan perjuangan dan pembelaan terhadap muslim Gaza Palestina sehingga entitas Yahudi mampu dikalahkan beserta dengan negara penyokongnya, yaitu AS.
Jihad dan Khilafah untuk Palestina
Tragedi Palestina sudah berumur sekitar 77 tahun. Selama itu pula sudah tidak terhitung korban di pihak rakyat Palestina oleh kebiadaban Yahudi. Kekejaman demi kekejaman yang dilakukan oleh Yahudi seolah tidak pernah akan berhenti. Terus berulang dari waktu ke waktu, bahkan hingga hari ini. Oleh karena itu, dukungan nyata yang dibutuhkan oleh Palestina dan seluruh kaum muslim adalah seruan jihad yang dikomandoi oleh seorang pemimpin yang kekuasaannya merepresentasi Islam dan umat Islam di seluruh dunia.
Kepemimpinan inilah yang akan mampu memobilisasi semua potensi umat, termasuk tentara dan senjata yang tersebar di berbagai wilayah dan mengerahkannya untuk segera mengusir penjajah dan membungkam kekuatan sekutunya dari bumi Palestina. Kepemimpinan seperti ini tidak lain adalah Khilafah dengan pemimpinnya yang disebut khalifah.
Khalifahlah yang akan melindungi kaum muslim dari berbagai bentuk penjajahan, penganiayaan, penyiksaan, dan kezaliman yang dibuat musuh-musuh Islam. Rasulullah SAW. telah bersabda, “Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakangnya kaum muslim berperang dan berlindung.” (HR Al-Bukhari Muslim).
Untuk itu, menghadirkan sistem Khilafah Islam haruslah menjadi agenda utama umat Islam yang bersungguh-sungguh ingin menolong muslim Gaza Palestina, sekaligus membela seluruh kaum Muslim di negeri-negeri lainnya yang saat ini sedang terzalimi. Marilah kita jadikan Syawal ini bukan hanya sebatas perayaan tapi sebagai momentum untuk muhasabah umat, memperkuat tekad dan mengokohkan barisan perjuangan demi kebangkitan dan kemenangan Islam. Wallahua’lam bishshawab.
Oleh: Ita Wahyuni, S.Pd.I. (Pemerhati Masalah Sosial)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru