Share ke media
Opini Publik

Toleransi Tanpa Mengikis Akidah

15 Jul 2025 01:09:0644 Dibaca
No Photo
Ilustrasi Gambar : muslimahnews.net - Toleransi Tanpa Merusak Akidah Islam - 14 September 2024

Samarinda - Kementerian Agama Kota Balikpapan menjadi tuan rumah kegiatan syuting program televisi bertema “Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama” pada Rabu, 18 Juni 2025. Program ini digagas oleh TVRI Samarinda bekerja sama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Balikpapan. Tujuannya adalah memperkuat nilai-nilai moderasi beragama dan membangun kesadaran akan pentingnya hidup rukun dalam keberagaman.

Kegiatan semacam ini terus digalakkan sebagai bagian dari kampanye toleransi yang dianggap sebagai solusi atas berbagai potensi konflik di tengah masyarakat yang majemuk. 

Toleransi yang Benar Menurut Islam

Toleransi bukan berarti menyamakan semua keyakinan. Islam mengajarkan bahwa setiap manusia berhak memilih agama, tetapi kebenaran tetap satu: Islam. Maka, menghormati bukan berarti menyetujui. Hidup damai bukan berarti mengakui semua agama benar. Islam tidak menolak perbedaan, tapi Islam juga tidak menyamakan kebenaran semua agama.  Islam mengakui keberagaman, tapi Islam tidak membiarkan akidahnya dikaburkan atas nama damai. 

Justru, toleransi sejati adalah ketika kita tetap tegas pada keyakinan kita, tanpa menyakiti pemeluk agama lain.

Kampanye toleransi kerap kali membawa narasi yang cenderung menyamakan semua agama, atau dikenal dengan istilah pluralisme agama. Padahal, persoalan utama masyarakat bukan terletak pada keberagaman itu sendiri, melainkan pada gaya hidup sekuler yang menjauh dari ajaran agama, khususnya Islam. Kapitalisme dan sekularisme telah melahirkan banyak problematika seperti kemaksiatan, kriminalitas, kerusakan moral, bahkan bencana sosial.Oleh karena itu, di tengah gencarnya kampanye toleransi kita juga harus jeli, jangan sampai toleransi itu justru mengikis akidah.

 Konflik dalam masyarakat majemuk sebenarnya bukan karena keberagaman, tapi karena kesalahan dalam memahami dan menyikapinya. Ketika pluralisme agama menyusup ke dalam wacana toleransi, maka secara halus dan sistematis hal ini berpotensi mengikis akidah umat, terutama generasi muda yang sering dijadikan agen promosi “toleransi” dalam makna yang keliru.

Islam dan Sejarah Keberagaman

Islam tidak hanya berbicara tentang keberagaman, tapi telah mengelolanya sejak masa awal. Islam mengakui, menghormati, dan mengatur keberagaman sebagai bagian dari sunnatullah (ketetapan Allah). Namun, Islam juga memberikan batasan agar keberagaman itu tidak menjadi sumber permusuhan atau kerusakan. Di Makkah, Rasulullah berdakwah di tengah masyarakat musyrik. Beliau tetap menyampaikan risalah Islam tanpa kompromi, meski hidup berdampingan.

Pun begitu ketika di Madinah, Rasulullah menata masyarakat multikultur dengan Piagam Madinah. Kaum Yahudi, Nasrani, dan Muslim hidup damai, tapi hukum Islam tetap menjadi rujukan umat Islam.

Di era Khilafah, kaum non-Muslim hidup dengan aman, dijamin haknya, namun tidak dibenarkan menyebarkan keyakinannya ke umat Islam. Islam menjaga harmoni tanpa kehilangan prinsip.

Jadi, umat Islam tidak perlu diajarkan toleransi, apalagi sampai mencampuradukkan akidah. Islam mempunyai garis batas yang jelas yang membedakan antara hidup berdampingan secara damai dan kompromi terhadap akidah. Allah SWT berfirman:

“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal…” (QS. Al-Hujurat: 13).

Allah SWT juga berfirman: 

 “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)

Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Islam mengakui keberagaman sebagai bagian dari sunnatullah. Namun, Islam juga memberikan batasan agar keberagaman tidak menjadi sarana permusuhan dan merusak akidah.

Khatimah

Keberagaman telah menjadi bagian dari kehidupan umat manusia sejak dahulu. Islam tidak menolaknya, bahkan mengaturnya dengan sistematis dan adil. Namun, toleransi harus diletakkan pada tempatnya — sebagai bentuk penghormatan antar umat beragama, bukan jalan untuk menyamakan semua keyakinan. Toleransi dalam Islam adalah menghormati, bukan mengamini kebenaran agama lain. Islam menolak pluralisme agama yang menyatakan semua agama benar dan setara. Prinsip ini bukan bentuk intoleransi, melainkan penjagaan terhadap kemurnian akidah. Hanya dengan menjaga kemurnian akidah dan menghindari jebakan pluralisme, umat Islam dapat hidup damai di tengah keberagaman tanpa kehilangan jati diri keislamannya.

Wallahu’alam

 Oleh : Jubaidah Alie