SAMARINDA - Kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang kota Samarinda menyayangkan terjadinya intimidasi dan represif selama berlangsungnya Kongres XXI Kemaritiman GMNI yang berlangsung dikota Ambon, beberapa hari lalu.
Salah satu delegasi anggota GMNI Cabang Samarinda, Yohanes Richardo Nanga Wara mengatakan, bentuk represif yang terjadi adalah terjadinya pemukulan yang mengakibatkan korban jiwa.
Pria yang akrab disapa Richardo itu menyebutkan, salah satu peserta yang terkena pukulan berasal dari Sekretaris Jenderal DPC GMNI Banjarmasin & DPD Kalsel.
“Kongres semestinya menjadi ajang konsolidasi nasional, dinamika harusnya berjalan secara adu gagasan dan bertarung ide, argumen bukan beradu fisik,” kata Yohanes, Rabu, (04/12/2019) via telepon celuler.
Selain itu dirinya juga mengkritisi lemahnya upaya pengamanan dari tuan rumah penyelenggara kongres. Menurutnya tuan rumah kongres khususnya panitia, mestinya menjamin keamanan, kenyamanan, dan keselamatan bagi tiap peserta yang datang dari luar daerah bukan malah sebaliknya ikut bagian dalam tindakan premanisme.
“Kita menginginkan adanya hak yang sama dan setara dalam menyampaikan setiap aspirasi, ruang mestinya demokratis dan ilmiah, apalagi sampai diterorr, disweeping tiap kamar hotel peserta kongres,“tegasnya.
Selanjutnya, Richardo menerangkan kongres akan berkualitas apabila kita mendapatkan perlakuan secara adil tidak tebang pilih.
“Pentingnya bagi kita untuk mengakomodir suara-suara DPC, jangan selalu sentimen, hingga adu fisik dari panitia kepada peserta,“tutup Richardo.
(Jr/*)
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru