Samarinda - Para pemimpin agama
dunia bertemu dalam Forum Agama G20 atau Forum R20 di Nusa Dua, Bali pada 2-3
November 2022 yang lalu. Forum R20 dibentuk dalam rangka berusaha untuk
mempromosikan saling pengertian, budaya damai, dan koeksistensi yang harmonis
di antara orang-orang yang beragam di dunia, agama, dan bangsa. Untuk mencapai
tujuan ini, R20 memobilisasi tokoh agama, sosial, ekonomi, dan politik dari
seluruh dunia untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai sumber solusi yang
dinamis, bukan masalah. Demikian nukilan bunyi Komunike R20 yang disampaikan
tim publikasi R20.
R20 atau Religion of Twenty 2022
adalah forum para pemimpin agama-agama dan sekte-sekte dengan peserta utama
dari negara-negara anggota G20 dengan memanfaatkan posisi presidensi Indonesia tahun
ini. Meski demikian, R20 juga mengundang para pemimpin agama dari negara lain
di luar G20 sehingga total ada 32 negara. Jumlah peserta mencapai 464 undangan
dan sebanyak 170 di antaranya dari luar negeri yang berasal dari lima benua.
Disampaikan oleh Sekretaris
Jenderal Rabithah Alam Islami atau Liga Muslim Dunia (MWL), Syekh Mohammed
Al-Issa bahwa begitu banyak masalah di dunia saat ini yang dilatarbelakangi
agama. Karena itu R20 merekomendasikan beberapa hal untuk dilakukan agar bisa
merubah agama yang semula potensial menjadi sumber masalah, menjadi sumber solusi global.
Forum Religion of Twenty (R20)
menjadi bagian dari Presidensi G20 Indonesia yang bertujuan menghasilkan
rekomendasi dan kesepakatan bersama mengatasi konflik-konflik yang mengatasnamakan
agama.
Para peserta menyampaikan
berbagai hal di dalam agama dalam menghadapi berbagai persoalan kemanusiaan.
Persoalan itu di antaranya kemiskinan, kesenjangan, polarisasi sosial politik,
serta keterpurukan ekonomi akibat pandemi. Perang antara Rusia-Ukrania yang
mengancam, krisis energi dan pangan juga menjadi perbincangan. (kompas.com,
02/11/2022)
Menjadi pertanyaan besar,
bagaimana mungkin sebuah kegiatan yang merupakan bagian dalam sistem
kapitalisme global tiba-tiba menarik agama untuk menyelesaikan permasalahan
dunia. Apa maksud sebenarnya?
“Mengkerdilkan” agama
Sebagaimana kita fahami, bahwa
sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan adalah akidah dari ideologi
kapitalisme. Artinya, agama tidak boleh mengatur urusan kehidupan manusia.
Agama benar-benar dipinggirkan dari ranah kehidupan manusia. Tidak boleh bicara
politik, ekonomi, sosial, hukum, dan yang lainnya atas nama agama. Tidak boleh
menganalisa persoalan dengan sudut pandang agama. Apalagi agama dijadikan
sebagai solusi bagi semua persoalan manusia. Semua itu tidak boleh dalam
sekularisme.
Jika saat ini dalam R20 agama
diambil untuk menyelesaikan persoalan yang ada saat ini, nyatanya bukan untuk
memberikan penghormatan kepada agama. Tempat untuk mencari solusi atas semua
persoalan yang menimpa masyarakat dunia.
Justru sebaliknya, R20
menyudutkan agama sebagai pihak yang bersalah. Agama dianggap sebagai sumber
konflik dan persoalan global dunia saat ini. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Yahya Staquf, salah satu inisiator R20.
Yahya Staquf menyampaikan,
berbagai kisruh dunia, baginya, bukan hanya ada pada ruang publik melainkan
justru pada agama itu sendiri. Menurutnya, agama selama ini tidak jujur
terhadap dirinya bahwa di dalam agama ada problem mendasar yang luput dari
pembahasan dan keterusterangan para pemimpin agama itu sendiri.
Problem yang dimaksud adalah
doktrin tentang klaim kebenaran yang seringkali menolak untuk sharing dengan
yang lain. Menurutnya, agama harus merefleksikan dirinya dan menyelesaikan
masalah tersebut dengan melampaui doktrin-doktrin eksklusif dan kemudian membangun
konsensus dan sharing nilai-nilai bersama.
Ini jelas “pengkerdilan”
terhadap Islam. Islam merupakan agama yang sempurna, agama yang mencakup
seluruh urusan manusia tetapi didudukkan sama dengan agama lain yang tidak
mempunyai aturan sesempurna dan selengkap islam.
Umat Harus Waspada
Tuduhan agama sebagai sumber
konflik merupakan cara keji Barat memutar balikkan fakta. Fakta menunjukkan
bahwa kebijakan dan perundangan yang diterapkan dalam mengatur urusan
masyarakat hari ini dibuat atas landasan kapitalisme, bukan agama. Kerusakan,
kemiskinan, ketidakadilan dan segala masalah yang terjadi adalah buah penerapan
kapitalisme. Bukan agama. Lalu kenapa agama yang menjadi tertuduh atas
kerusakan yang terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme?
Kapitalisme adalah biang dari
semua masalah yang muncul dalam kehidupan, diantaranya kemiskinan, kerusakan
lingkungan, dan masalah lainnya akibat dari penjajahan gaya baru versi mereka
yaitu dengan cara investasi. Mereka bisa dengan leluasa mengeruk SDA kaum
muslimin dengan jaminan UU yang dibuat legal oleh para penguasa antek barat.
Mereka bisa dengan mudahnya mengambil dan menguasainya dan tidak mempedulikan
lagi dampak buruk akibat ulah mereka.
Seruan R20 yang menyatakan bahwa
“agama adalah sumber solusi, bukan masalah”, sebenarnya kontradiktif
dengan kebijakan pemerintah sendiri, yakni proyek deradikalisasi. Kenyataan
yang ada, agama malah dijadikan narasi kebencian dalam memerangi terorisme dan
radikalisme. Kehadiran forum R20 dibuat untuk memastikan bahwa agama berfungsi
sebagai sumber solusi yang dinamis, bukan masalah.
Seruan R20 sejatinya tidak
terlepas dari agenda Barat dalam proyek War on Terorisme (WoT) yang digencarkan
sejak Peristiwa 9/11. Proyek ini berganti nama menjadi War on Radicalism.
Dengan seruan ini, Barat lebih leluasa menyasar kekuatan Islam, terutama Islam
politik.
Dengan isu radikalisme pula,
mereka memainkan proyek deradikalisasi yang mewujud dalam program moderasi
beragama. Hal ini dilakukan untuk mengubah cara pandang dan sikap individu atau
kelompok yang memiliki ciri-ciri radikal sesuai definisi mereka, untuk menjadi
individu atau kelompok yang lunak, toleran, moderat, sekuler, dan liberal.
Islam sebagai agama yang
sempurna, bukan hanya berbicara masalah keakhiratan, tetapi juga masalah
politik (pengaturan urusan umat di dunia). Oleh karena itu, gerakan Islam
politik inilah yang senantiasa mengkritisi setiap kebijakan kapitalisme yang
diterapkan di negeri-negeri muslim. Ini jelas membahayakan kepentingan
kapitalisme dan dianggap harus segera dilenyapkan.
Oleh karena itu, adanya R20 lebih
spesifik lagi mengarahkan sasarannya kepada Islam politik. Islam politik
adalah ancaman nyata, Islam politiklah
yang menjadi sumber konflik. Ibarat kata, kalau Islam politik tidak mengkritisi
kebijakan kapitalisme, tentulah umat tidak sadar kalau sedang dirampok dan
diperdaya kapitalisme. Umat tidak akan bergolak. Perdamaian dunia pun akan
terwujud. Itu harapan mereka.
Umat juga harus memahami bahwa
musuh bersama kita adalah ideologi barat dan budaya mereka yang merusak, yaitu
kapitalisme, sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan produk pemikiran
turunannya. Tidak seharusnya umat bersikap defensif apologetis.
Niatnya membela agar Islam tidak
dituding sebagai sumber teroris dan radikal, justru pembelaan itu membuat makna
dan hakikat ajaran Islam menjadi kabur dan samar. Lebih jauh lagi, malah
terjebak dengan narasi yang dibuat Barat untuk menyerang Islam. Bahkan, ada
yang sukarela menjadi pengusung, pengemban, dan penyebar ideologi dan produk
pemikiran Barat.
Islam, Solusi Masalah Global
Barat kapitalis tidak
henti-hentinya membuat makar. Menyerukan memerangi terorisme, padahal merekalah
pelaku teror sesungguhnya. Menuduh Islam sumber konflik, justru kapitalismelah
yang merusak peradaban manusia.
Menyerukan Islam sebagai solusi
global memang bagus, tetapi tidak dengan paradigma Barat. Ketika Islam
diformulasikan menurut sudut pandang sekularisme, nilai-nilai Barat akan turut
tercantum dalam solusi tersebut. Misalnya, memerangi radikalisme dengan
moderasi beragama, yaitu menjadi muslim moderat yang tidak menolak
pemikiran-pemikiran dan pandangan hidup Barat.
Padahal, Islam adalah agama
sempurna dan merupakan ideologi yang memiliki fikrah (pemikiran/ide dasar) dan
thariqah atau metode dalam menerapkan fikrah. Saat ini, Islam tidak memiliki
kekuatan karena umat Islam belum menjadikannya sebagai pandangan hidup yang
harus diterapkan dalam kehidupan dan dipandang selayaknya agama lain yang mengatur
ibadah ritual semata.
Selain itu, dalam menyelesaikan
permasalahan hidup manusia, Islam memiliki konsep beserta segala penerapannya.
Penerapan aturan Islam akan membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia. Karena
Islam adalah rahmatan Lil alamin. Jika syariat Islam diterapkan secara
menyeluruh, rahmat akan terpancar dari bumi dan langit.
Rahmat Islam ini tidak akan
tampak jika tidak menjadikan Islam sebagai sebuah mabda atau ideologi. Islam
adalah satu-satunya ideologi sahih yang layak diterapkan sebagai sistem
kehidupan. Ideologi Islam mampu menjawab seluruh problem masalah dunia,
menjelaskan aturan syariat secara terperinci dalam mengurai persoalan, serta
mengatur kehidupan mulai bangun tidur hingga membangun negara yang berlandaskan
Islam.
Islamlah satu-satunya harapan
bagi umat Islam dunia. Apa pun masalahnya, Islam punya solusinya. Oleh
karenanya, umat Islam harus mempelajari dan memahami Islam secara utuh dan
menyeluruh agar tidak salah paham terhadap Islam dan tidak memiliki paham salah
yang bertentangan dengan ideologi Islam. Wajib bagi umat memahami hal ini agar
mereka tidak terjebak terus dengan narasi dusta mereka. Satu-satunya jalan
hanya dengan mencerdaskan umat dengan memasifkan dakwah Islam politik.
Wallahu a’lam bissowab
Oleh: Lifa Umami, S.HI (Pemerhati
Masalah Sosial)
disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu
masyarakat yang ingin menuangkan pokok-pokok fikiran, ide serta gagasan yang
sepenuhnya merupakan hak cipta dari yang bersangkutan. Isiredaksi dan
narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Masukkan alamat email untuk mendapatkan informasi terbaru