Share ke media
Opini Publik

Benarkah R20 Menjadi Solusi Masalah Agama Global Atau Sebagai Agenda Mengkerdilkan Agama?

26 Nov 2022 04:00:22410 Dibaca
No Photo
ilustrasi gambar : Jokowi Ajak Delegasi R20 Tingkatkan Kontribusi Agama dalam Penyelesaian Masalah Dunia - kemenag.go.id - 2 Nov 2022

Samarinda - Para pemimpin agama dunia bertemu dalam Forum Agama G20 atau Forum R20 di Nusa Dua, Bali pada 2-3 November 2022 yang lalu. Forum R20 dibentuk dalam rangka berusaha untuk mempromosikan saling pengertian, budaya damai, dan koeksistensi yang harmonis di antara orang-orang yang beragam di dunia, agama, dan bangsa. Untuk mencapai tujuan ini, R20 memobilisasi tokoh agama, sosial, ekonomi, dan politik dari seluruh dunia untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai sumber solusi yang dinamis, bukan masalah. Demikian nukilan bunyi Komunike R20 yang disampaikan tim publikasi R20.

R20 atau Religion of Twenty 2022 adalah forum para pemimpin agama-agama dan sekte-sekte dengan peserta utama dari negara-negara anggota G20 dengan memanfaatkan posisi presidensi Indonesia tahun ini. Meski demikian, R20 juga mengundang para pemimpin agama dari negara lain di luar G20 sehingga total ada 32 negara. Jumlah peserta mencapai 464 undangan dan sebanyak 170 di antaranya dari luar negeri yang berasal dari lima benua.

Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami atau Liga Muslim Dunia (MWL), Syekh Mohammed Al-Issa bahwa begitu banyak masalah di dunia saat ini yang dilatarbelakangi agama. Karena itu R20 merekomendasikan beberapa hal untuk dilakukan agar bisa merubah agama yang semula potensial menjadi sumber masalah, menjadi  sumber solusi global. 

Forum Religion of Twenty (R20) menjadi bagian dari Presidensi G20 Indonesia yang bertujuan menghasilkan rekomendasi dan kesepakatan bersama mengatasi konflik-konflik yang mengatasnamakan agama.

Para peserta menyampaikan berbagai hal di dalam agama dalam menghadapi berbagai persoalan kemanusiaan. Persoalan itu di antaranya kemiskinan, kesenjangan, polarisasi sosial politik, serta keterpurukan ekonomi akibat pandemi. Perang antara Rusia-Ukrania yang mengancam, krisis energi dan pangan juga menjadi perbincangan. (kompas.com, 02/11/2022)

Menjadi pertanyaan besar, bagaimana mungkin sebuah kegiatan yang merupakan bagian dalam sistem kapitalisme global tiba-tiba menarik agama untuk menyelesaikan permasalahan dunia. Apa maksud sebenarnya?

“Mengkerdilkan” agama

Sebagaimana kita fahami, bahwa sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan adalah akidah dari ideologi kapitalisme. Artinya, agama tidak boleh mengatur urusan kehidupan manusia. Agama benar-benar dipinggirkan dari ranah kehidupan manusia. Tidak boleh bicara politik, ekonomi, sosial, hukum, dan yang lainnya atas nama agama. Tidak boleh menganalisa persoalan dengan sudut pandang agama. Apalagi agama dijadikan sebagai solusi bagi semua persoalan manusia. Semua itu tidak boleh dalam sekularisme.

Jika saat ini dalam R20 agama diambil untuk menyelesaikan persoalan yang ada saat ini, nyatanya bukan untuk memberikan penghormatan kepada agama. Tempat untuk mencari solusi atas semua persoalan yang menimpa masyarakat dunia.

Justru sebaliknya, R20 menyudutkan agama sebagai pihak yang bersalah. Agama dianggap sebagai sumber konflik dan persoalan global dunia saat ini. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Yahya Staquf, salah satu inisiator R20.

Yahya Staquf menyampaikan, berbagai kisruh dunia, baginya, bukan hanya ada pada ruang publik melainkan justru pada agama itu sendiri. Menurutnya, agama selama ini tidak jujur terhadap dirinya bahwa di dalam agama ada problem mendasar yang luput dari pembahasan dan keterusterangan para pemimpin agama itu sendiri.

Problem yang dimaksud adalah doktrin tentang klaim kebenaran yang seringkali menolak untuk sharing dengan yang lain. Menurutnya, agama harus merefleksikan dirinya dan menyelesaikan masalah tersebut dengan melampaui doktrin-doktrin eksklusif dan kemudian membangun konsensus dan sharing nilai-nilai bersama.

Ini jelas “pengkerdilan” terhadap Islam. Islam merupakan agama yang sempurna, agama yang mencakup seluruh urusan manusia tetapi didudukkan sama dengan agama lain yang tidak mempunyai aturan sesempurna dan selengkap islam.

Umat Harus Waspada

Tuduhan agama sebagai sumber konflik merupakan cara keji Barat memutar balikkan fakta. Fakta menunjukkan bahwa kebijakan dan perundangan yang diterapkan dalam mengatur urusan masyarakat hari ini dibuat atas landasan kapitalisme, bukan agama. Kerusakan, kemiskinan, ketidakadilan dan segala masalah yang terjadi adalah buah penerapan kapitalisme. Bukan agama. Lalu kenapa agama yang menjadi tertuduh atas kerusakan yang terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme?

Kapitalisme adalah biang dari semua masalah yang muncul dalam kehidupan, diantaranya kemiskinan, kerusakan lingkungan, dan masalah lainnya akibat dari penjajahan gaya baru versi mereka yaitu dengan cara investasi. Mereka bisa dengan leluasa mengeruk SDA kaum muslimin dengan jaminan UU yang dibuat legal oleh para penguasa antek barat. Mereka bisa dengan mudahnya mengambil dan menguasainya dan tidak mempedulikan lagi dampak buruk akibat ulah mereka.

Seruan R20 yang menyatakan bahwa “agama adalah sumber solusi, bukan masalah”, sebenarnya kontradiktif dengan kebijakan pemerintah sendiri, yakni proyek deradikalisasi. Kenyataan yang ada, agama malah dijadikan narasi kebencian dalam memerangi terorisme dan radikalisme. Kehadiran forum R20 dibuat untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai sumber solusi yang dinamis, bukan masalah.

Seruan R20 sejatinya tidak terlepas dari agenda Barat dalam proyek War on Terorisme (WoT) yang digencarkan sejak Peristiwa 9/11. Proyek ini berganti nama menjadi War on Radicalism. Dengan seruan ini, Barat lebih leluasa menyasar kekuatan Islam, terutama Islam politik.

Dengan isu radikalisme pula, mereka memainkan proyek deradikalisasi yang mewujud dalam program moderasi beragama. Hal ini dilakukan untuk mengubah cara pandang dan sikap individu atau kelompok yang memiliki ciri-ciri radikal sesuai definisi mereka, untuk menjadi individu atau kelompok yang lunak, toleran, moderat, sekuler, dan liberal.

Islam sebagai agama yang sempurna, bukan hanya berbicara masalah keakhiratan, tetapi juga masalah politik (pengaturan urusan umat di dunia). Oleh karena itu, gerakan Islam politik inilah yang senantiasa mengkritisi setiap kebijakan kapitalisme yang diterapkan di negeri-negeri muslim. Ini jelas membahayakan kepentingan kapitalisme dan dianggap harus segera dilenyapkan.

Oleh karena itu, adanya R20 lebih spesifik lagi mengarahkan sasarannya kepada Islam politik. Islam politik adalah  ancaman nyata, Islam politiklah yang menjadi sumber konflik. Ibarat kata, kalau Islam politik tidak mengkritisi kebijakan kapitalisme, tentulah umat tidak sadar kalau sedang dirampok dan diperdaya kapitalisme. Umat tidak akan bergolak. Perdamaian dunia pun akan terwujud. Itu harapan mereka.

Umat juga harus memahami bahwa musuh bersama kita adalah ideologi barat dan budaya mereka yang merusak, yaitu kapitalisme, sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan produk pemikiran turunannya. Tidak seharusnya umat bersikap defensif apologetis.

Niatnya membela agar Islam tidak dituding sebagai sumber teroris dan radikal, justru pembelaan itu membuat makna dan hakikat ajaran Islam menjadi kabur dan samar. Lebih jauh lagi, malah terjebak dengan narasi yang dibuat Barat untuk menyerang Islam. Bahkan, ada yang sukarela menjadi pengusung, pengemban, dan penyebar ideologi dan produk pemikiran Barat.

Islam, Solusi Masalah Global

Barat kapitalis tidak henti-hentinya membuat makar. Menyerukan memerangi terorisme, padahal merekalah pelaku teror sesungguhnya. Menuduh Islam sumber konflik, justru kapitalismelah yang merusak peradaban manusia.

Menyerukan Islam sebagai solusi global memang bagus, tetapi tidak dengan paradigma Barat. Ketika Islam diformulasikan menurut sudut pandang sekularisme, nilai-nilai Barat akan turut tercantum dalam solusi tersebut. Misalnya, memerangi radikalisme dengan moderasi beragama, yaitu menjadi muslim moderat yang tidak menolak pemikiran-pemikiran dan pandangan hidup Barat.

Padahal, Islam adalah agama sempurna dan merupakan ideologi yang memiliki fikrah (pemikiran/ide dasar) dan thariqah atau metode dalam menerapkan fikrah. Saat ini, Islam tidak memiliki kekuatan karena umat Islam belum menjadikannya sebagai pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan dan dipandang selayaknya agama lain yang mengatur ibadah ritual semata.

Selain itu, dalam menyelesaikan permasalahan hidup manusia, Islam memiliki konsep beserta segala penerapannya. Penerapan aturan Islam akan membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia. Karena Islam adalah rahmatan Lil alamin. Jika syariat Islam diterapkan secara menyeluruh, rahmat akan terpancar dari bumi dan langit.

Rahmat Islam ini tidak akan tampak jika tidak menjadikan Islam sebagai sebuah mabda atau ideologi. Islam adalah satu-satunya ideologi sahih yang layak diterapkan sebagai sistem kehidupan. Ideologi Islam mampu menjawab seluruh problem masalah dunia, menjelaskan aturan syariat secara terperinci dalam mengurai persoalan, serta mengatur kehidupan mulai bangun tidur hingga membangun negara yang berlandaskan Islam.

Islamlah satu-satunya harapan bagi umat Islam dunia. Apa pun masalahnya, Islam punya solusinya. Oleh karenanya, umat Islam harus mempelajari dan memahami Islam secara utuh dan menyeluruh agar tidak salah paham terhadap Islam dan tidak memiliki paham salah yang bertentangan dengan ideologi Islam. Wajib bagi umat memahami hal ini agar mereka tidak terjebak terus dengan narasi dusta mereka. Satu-satunya jalan hanya dengan mencerdaskan umat dengan memasifkan dakwah Islam politik.

Wallahu a’lam bissowab

Oleh: Lifa Umami, S.HI (Pemerhati Masalah Sosial)

disclaimer : Tulisan ini merupakan partisipasi individu masyarakat yang ingin menuangkan pokok-pokok fikiran, ide serta gagasan yang sepenuhnya merupakan hak cipta dari yang bersangkutan. Isiredaksi dan narasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis